Sukses

Pimpinan Badan Intelijen AS-Rusia Bertemu di Turki, Bahas Perang Rusia-Ukraina

Ketua badan inteligen Amerika Serikat dan Rusia dilaporkan melakukan pertemuan tatap muka di Ankara, Turki.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua badan inteligen Amerika Serikat dan Rusia melakukan pertemuan tatap muka untuk membahas ancaman nuklir Moskow di Ukraina.

Dilansir dari laman BBC, Selasa (15/11/2022) diskusi antara Direktur CIA William Burns dan Ketua Badan Intelijen Asing (SVR) Rusia Sergei Naryshkin berlangsung di ibu kota Turki, Ankara, pada Senin (14/11).

Kremlin menyebut pembicaraan itu datang dengan inisiatif dari pihak AS. Selain itu, ini juga menandai pertemuan publik tingkat tertinggi antara pejabat AS dan Rusia sejak perang di Ukraina pecah pada Februari 2022.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa Burns, yang merupakan duta besar AS untuk Rusia antara 2005 dan 2008 dan mampu berbicara bahasa Rusia, tidak menegosiasikan akhir perang.

Pesannya adalah "menyampaikan konsekuensi penggunaan senjata nuklir oleh Rusia," dan risiko "peningkatan stabilitas strategis," jelas Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Namun,  Gedung Putih menekankan bahwa Burns tidak "melakukan negosiasi dalam bentuk apa pun" dan mengatakan Washington akan "berpegang teguh pada prinsip dasar bahwa tidak ada pembahasan apa pun tentang Ukraina yang tidak melibatkan Ukraina".

"Keduanya menggarisbawahi penentangan mereka terhadap penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir di Ukraina," demikian pernyataan Gedung Putih.

Selain Gedung Putih dan Kremlin, pertemuan antara Burns Naryshkin juga dikonfirmasi oleh juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah muncul sebagai penengah penting antara Rusia dan negara-negara Barat sejak terjadinya perang di Ukraina.

Pertemuan antara pimpinan CIA dan SVR terjadi ketika Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping menjelang KTT G20 di Bali.

Terkait salah satu topik dalam pertemuan tersebut, Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan, Xi Jinping menyampaikan kepada Biden bahwa senjata nuklir tidak boleh digunakan dan perang nuklir tidak dapat dilakukan.

Pernyataan Gedung Putih pada pertemuan AS-Rusia juga mengatakan para pejabat sedang membahas masalah warga AS yang ditahan "secara tidak adil" di Rusia.

2 dari 4 halaman

Joe Biden dan Xi Jinping Bahas Isu Perang Ukraina-Rusia, Sebut Tak Boleh Ada Senjata Nuklir

Konflik di antara Rusia dan Ukraina turut menjadi isu dalam pembahasan yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan China Xi Jinping pada pertemuan bilateral kedua negara.

Pada press briefing yang sampaikan oleh Joe Biden di Grand Hyatt Hotel, Nusa Dua Bali disampaikan bahwa AS akan mengatasi segala penderitaan yang ditimbulkan oleh agresi Rusia.

“AS akan mengatasi penderitaan yang ditimbulkan oleh agresi Rusia, tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di seluruh dunia, khususnya kerawanan pangan,” kata Joe Biden, saat melakukan press briefing bersama media Indonesia dan negara asing lainnya, di Grand Hyatt Nusa Dua Bali, Senin (14/11/2022).

Biden juga menegaskan kembali keyakinan bersama bahwa ancaman atau penggunaan senjata nuklir sama sekali tidak dapat diterima. Dan ia meminta Sekretaris Blinken pergi ke China untuk menindaklanjuti diskusi kedua negara dan terus menjaga jalur komunikasi tetap.

“Pada pertemuan G20 besok, kita akan berbicara, membahas masalah yang sangat penting, soal kehidupan masyarakat, tidak hanya di sini, tetapi juga Bersama sekutu dan mitra kita.”

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengaku menghabiskan waktu kurang lebih 3,5 jam saat berbincang dengan Presiden China Xi Jinping saat melakukan pertemuan di Bali, sebelum KTT G20.

Ini adalah kali pertama keduanya bertemu secara tatap muka setelah Biden resmi dilantik sebagai presiden.

"Tidak ada salah paham. Itu kekhawatiran terbesar yang saya miliki. Kesalahpahaman tentang niat atau tindakan di pihak kita," ujar Joe Biden.

"Saya ingin bertanya ke tim saya, berapa lama pertemuan itu berlangsung? Tiga setengah jam. Jadi perbincangan kami tadi mencakup banyak hal."

3 dari 4 halaman

Bertemu Xi Jinping, Joe Biden Berjanji Tak Ada Perang Dingin Baru

 Presiden Amerika Serikat berjanji bahwa tidak akan ada Perang Dingin baru yang akan tercipta di masa depan. Hal ini ia sampaikan kepada awak media di Nusa Dua, Bali usai melakukan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.

"Saya benar-benar mempercayai, tidak perlu ada Perang Dingin baru. Saya telah bertemu dengan Xi Jinping dan kami saling terus terang dan jelas pada maksud kami satu sama lain," kata Joe Biden di Grand Hyatt, Senin (14/11/2022).

"Saya tidak merasa ada upaya dari pihak China untuk menginvasi Taiwan," ujarnya.

"Saya menjelaskan bahwa kami ingin melihat masalah lintas-selat diselesaikan secara damai sehingga tidak perlu sampai seperti itu. Dan saya yakin dia mengerti apa yang saya katakan, saya mengerti apa yang dia katakan."

Joe Biden juga mengatakan bahwa ia juga membahas One China Policy bersama Xi Jinping.

"Kami membahas kebijakan One China Policy. Kebijakan itu tidak berubah, tidak akan pernah berubah. Kami menentang perubahan sepihak soal status quo oleh kedua belah pihak."

"Kami berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Juga jelas bahwa China dan Amerika Serikat harus dapat bekerja sama. Kita bisa untuk memecahkan tantangan global yang mengharuskan setiap negara melakukan bagiannya."

4 dari 4 halaman

Joe Biden Mengaku Habiskan 3,5 Jam Ngobrol dengan Xi Jinping

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengaku menghabiskan waktu kurang lebih 3,5 jam saat berbincang dengan Presiden China Xi Jinping saat melakukan pertemuan di Bali, sebelum KTT G20.

Ini adalah kali pertama keduanya bertemu secara tatap muka setelah Biden resmi dilantik sebagai presiden.

"Tidak ada salah paham. Itu kekhawatiran terbesar yang saya miliki. Kesalahpahaman tentang niat atau tindakan di pihak kita," ujar Joe Biden saat melakukan press briefing bersama media Indonesia dan negara asing lainnya, di Grand Hyatt Nusa Dua Bali, Senin (15/11/2022).

"Saya ingin bertanya ke tim saya, berapa lama pertemuan itu berlangsung? Tiga setengah jam. Jadi perbincangan kami tadi mencakup banyak hal."