Sukses

Justin Trudeau Pakai Batik Warna Fuchsia, Jurnalis di Media Center KTT G20 Teriak dan Tepuk Tangan

PM Justin Trudeau masuk ke wilayah tersebut dengan menggunakan batik berwarna fuchsia.

Liputan6.com, Nusa Dua - Ada reaksi tak biasa di Media Center KTT G20. Awak media terutama kaum hawa berteriak histeris dan memberikan tepuk tangan saat Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau masuk ke area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana.

PM Justin Trudeau masuk ke wilayah tersebut dengan menggunakan batik berwarna fuchsia.

Senyum lebar Justin Trudeau saat masuk area GWK lantas diteriaki oleh awak media.

"Menawan ya, satu kancing atas batiknya di lepas,” kata Khadijah, salah satu jurnalis asal Indonesia kepada Liputan6.com, di Media Center G20 Bali, Kamis (15/11/2022).

"Trudeau paling menawan malam ini. Posisi kedua Rishi Sunak," tambahnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo tiba lebih dahulu di lokasi makan malam, didampingi ibu Iriana. Keduanya serasi mengenakan pakaian adat Bali. Dilengkapi dengan sejumlah aksesoris menonjol lainnya seperti hiasan kepala dan keris yang terpasang di punggungnya.

Kedatangan Jokowi ini kemudian akan disusul oleh kepala negara G20 lainnya.

Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana sudah ditutup bagi umum dan arus lalu lintas di sekitar wilayah tersebut juga diperketat keamanannya.

2 dari 4 halaman

Pemulihan Pandemi COVID-19

Sebelumnya, pada sesi kedua pertemuan pemimpin G20, Presiden RI Joko Widodo menyebut dunia semakin pulih dari Pandemi COVID-19.

"Dunia kita semakin pulih dari pandemi COVID-19. Namun, kita tidak boleh lengah, darurat kesehatan berikutnya dapat muncul kapan saja. Kali ini dunia harus lebih siap. Kesiapsiagaan akan menyelamatkan nyawa dan perekonomian kita," kata Jokowi dalam KTT G20 sesi kedua di hari pertama, Selasa (15/11/2022).

"G20 harus mengambil langkah nyata dan segera. Pertama, arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu WHO yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus jadi roh arsitektur kesehatan global."

3 dari 4 halaman

Pandemic Fund

Jokowi mengatakan, G20 telah berhasil membentuk pandemic fund. Ini harus diikuti penambahan kontribusi pendanaan agar berfungsi secara optimal.

“Saya mengajak semua pihak berkontribusi, Indonesia telah berikan komitmen 50 juta dolar,” kata Jokowi.

“G20 juga harus ikut mengawal proses pembentukan Traktat Pandemi. Ini penting untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan, dan global.”

“Kedua, negara berkembang harus diberdayakan sebagai bagian dari solusi. Kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan. Negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan. Negara berkembang harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset.”

Jokowi menyebut, ini hanya bisa terjadi jika investasi industri kesehatan ditingkatkan, kerja sama riset dan transfer teknologi diperkuat, dan akses bahan baku produksi untuk negara berkembang diperluas. Selain itu, TRIPS Waiver harus diperluas pada semua solusi kesehatan termasuk diagnostik dan terapeutik.

“WHO juga harus merealisasikan komitmennya terkait hubs dan spokes solusi kesehatan.”

4 dari 4 halaman

G20 Siap Hadapi Pandemi, Jokowi: Kita Perlu WHO yang Bertaring

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti anggota G20 untuk bersiap mengahadapi potensi pandemi kedepannya. Ini disampaikan dalam forum kedua Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20.

Jokowi mengingatkan kalau pandemi bisa datang kapan pun. Maka, salah satu hal konkret yang dibentuk adalah Pandemic Fund.

"Para pemimpin G20, dunia kita semakin pulih dari pandemi covid-19, namun kita tidak boleh lengah, darurat kesehatan berikutnya dapat muncul kapan saja. Kali ini dunia harus lebih siap, kesiapsiagaan kita akan menyelamatkan nyawa dan perekonomian kita," kata dia dalam Forum KTT G20, Selasa (15/11/2022).

"G20 harus mengambil langkah-langkah nyata dan segera," kata dia.

Kepala negara ini menekankan kalau salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memperkuat organisasi kesehatan dunia atau WHO. Harapannya, hal ini bisa jadi landasan dalam menangani krisis kesehatan kedepan.

"Pertama, arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu WHO yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus menjadi ruh arsitektur kesehatan global," paparnya.

Sebagai upaya kolaborasi, G20 berhasil menghadirkan wadah untuk menampung dana persiapan pandemi, dinamai Pandemic Fund. Jokowi meminta, negara anggota G20 ikut terlibat dalam memberi pendanaannya agar lebih optimal.

"Saya mengajak semua pihak berkontribusi, Indonesia telah memberikan komitmen USD 50 jtua. G20 juga harus ikut mengawal proses pembentukan traktat (perjanjian internasional) pandemi. Ini penting untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan dan global," terangnya.