Liputan6.com, Nusa Dua - Hari ini para pemimpin dunia dari Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat bertemu di sela-sela KTT G20 di Bali dan merilis pernyataan berikut:
"Kami mengutuk serangan rudal biadab yang dilakukan Rusia di sejumlah kota yang menimpa warga sipil Ukraina dan infrastruktur pada Selasa (15/11/2022). Kami membahas serangan yang terjadi di bagian timur Polandia dekat perbatasan dengan Ukraina. Kami menawarkan dukungan penuh dan bantuan untuk penyelidikan di Polandia yang sedang berlangsung," dikutip dari pernyataan pers European Commission yang diterima Liputan6.com, Rabu (16/11/2022).
Baca Juga
"Kami setuju untuk tetap berhubungan dekat untuk menentukan langkah selanjutnya yang tepat saat penyelidikan berlangsung. Kami menegaskan kembali dukungan teguh kami untuk Ukraina dan rakyat Ukraina dalam menghadapi kelanjutan agresi Rusia, serta kesiapan berkelanjutan kami untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas perbuatannya."
Advertisement
“Serangan terhadap komunitas Ukraina, bahkan saat G20 bertemu untuk menangani dampak perang yang lebih luas. Kami semua menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga para korban di Polandia dan Ukraina.”
Latar Belakang
Untuk diketahui, Selasa 15 November malam dikabarkan Kyiv diserang oleh Rusia.
Rusia telah menyerang ibu kota Ukraina, Kyiv, merusak bangunan tempat tinggal yang dekat dengan pusat kota.
Mengutip laporan BBC, dalam hantaman yang disebut-sebut sebagai serangan nasional, serangan juga dilaporkan di Mykolaiv, Chernihiv dan Zaporizhzhia.
Tak berapa lama, Polandia mengatakan bahwa roket yang diduga buatan Rusia menewaskan dua orang di kawasan timurnya yang berlokasi dekat dengan Ukraina.
Otoritas negara itu dikabarkan sedang menghubungi duta besar Rusia untuk Warsawa untuk meminta penjelasan, setelah Moskow membantah bertanggung jawab atas jatuhnya roket tersebut.
Serangan tersebut dilaporkan saat Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, perwakilan Rusia pada KTT G20, meninggalkan Bali dengan pesawat.
Rapat darurat pun digelar. Bertemu di meja bundar besar di sebuah ballroom di hotel tempatnya menginap, presiden AS menjamu para pemimpin G7, yang meliputi Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Uni Eropa, bersama dengan presiden dari Dewan Eropa dan perdana menteri sekutu NATO Spanyol dan Belanda.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Polandia mengidentifikasi rudal itu dibuat di Rusia. Namun Presiden Polandia, Duda, lebih berhati-hati tentang asal usulnya, dengan mengatakan bahwa para pejabat tidak tahu pasti siapa yang menembaknya atau di mana dibuatnya. Dia mengatakan itu "kemungkinan besar" buatan Rusia, tapi masih diverifikasi. Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi pertama kalinya sejak invasi Ukraina senjata Rusia jatuh di negara NATO.
Landasan aliansi NATO adalah prinsip bahwa serangan terhadap satu anggota adalah serangan terhadap mereka semua, menjadikan sumber peluncuran rudal penting untuk menentukan langkah selanjutnya.
Respons Kemlu RI
Roket Rusia dilaporkan menghantam Polandia pada Selasa (15/11). Insiden itu turut menarik perhatian NATO, sebab Polandia merupakan bagian dari aliansi tersebut.
Pihak pemerintah Polandia menyebut roketnya jatuh di desa Przewodow. Akibatnya, dua orang Polandia meninggal.
Kementerian Luar Negeri RI menyebut terus mengikuti kasus ini. Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah berkata pihaknya masih menunggu informasi-informasi yang masuk terkait insiden di Polandia.
"Indonesia mengikuti dari dekat perkembangan ini. Tentunya dalam beberapa waktu ke depan akan banyak informasi lagi yang kita terima," ujar Teuku Faizasyah di sela G20 Summit Bali, Rabu (16/11/2022).
Faiza berkata ketika ada acara-acara internasional, insiden di luar dugaan seperti yang terjadi di Polandia merupakan hal yang lumrah terjadi.
"Memang ini adalah suatu dinamika yang sering terjadi saat kita menyelanggarakan event-event internasional. Tidak hanya Indonesia mungkin. Pada event internasional lainnya banyak konteks yang harus kita perhatikan," jelas Faiza.
Advertisement
Tak Dijawab
Namun, Faiza enggan menjawab apakah insiden di Polandia dapat memengaruhi deklarasi G20 Bali. Ia juga enggan memprediksi rencana Presiden Jokowi ke depannya terkait isu ini.
Jubir Kemlu RI itu lantas menegaskan bahwa Indonesia tetap mendukung perdamaian. Presiden Jokowi juga memberikan pesan agar berhenti perang di awal pembukaan G20 Summit.
"Indonesia senantiasa menyerukan agar pihak-pihak yang katakanlah bersebarangan pada saat ini untuk mengupayakan cara-cara damai. Itu tentunya berangkat dari politik luar negeri bebas aktif Indonesia. Senantiasa konsisten mengupayakan, mengharapkan katakanlah, suatu kondisi internasional yang baik dan kondusif," pungkas Faiza.
Jokowi Minta Akhiri Perang
Presiden Jokowi berkata menghormati hukum internasional merupakan bentuk sebagai tanggung jawab. Namun, ia tidak secara eksplisit menyebut Rusia atau Ukraina saat membahas isu perang.
"Kita punya tanggung jawab tidak hanya kepada rakyat kita, tetapi juga rakyat dunia)," ujar Presiden Jokowi dalam Bahasa Inggris.
"Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, maka akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, maka akan sulit untuk bertanggung jawab untuk generasi sekarang dan generasi selanjutnya," tegas Jokowi.
Kata-kata tersebut diberikan Presiden Jokowi di hadapan para pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Pihak Uni Eropa saat ini berupaya agar ada tekanan kepada Rusia di G20. Mereka juga ingin supaya deklarasi G20 ikut memberika kecaman Rusia dengan cara menyorot pentingnya Piagam PBB di deklarasi tersebut.
Salah satu poin Piagam PBB adalah melarang perebutan batas wilayah negara lain. Aksi Rusia yang menyerang Ukraina, serta menganeksasi wilayah dengan referendum ilegal juga telah dikecam oleh PBB.
Advertisement