Liputan6.com, Nusa Dua - Presiden RI Joko Widodo menutup KTT G20 di Bali pada Rabu (16/11/2022). Jokowi pun menyerahkan palu sidang KTT G20 ke PM India Narendra Modi sebagai pemegang presidensi berikutnya.
"Kita telah tiba pada akhir KTT G20. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia semua dan juga selamat jalan," ucap Jokowi di hadapan kepala negara anggota G20 dan tamu undangan.
Baca Juga
"Dengan ini saya mengatakan, KTT G20 di Bali, Indonesia ditutup," kata Jokow sambil mengetok palu sidang sebanyak lima kali yang kemudian disambut tepuk tangan para hadirin di ruang sidang.
Advertisement
Setelah itu, Presiden Jokowi memberikan palu sidang kepada PM India Narendra Modi, sebagai simbol beralihnya kepresidenan G20 berikutnya.
Sementara itu, G20 Bali Leaders Declaration atau Deklarasi Para Pemimpin Dunia di KTT G20 sudah dirilis. Salah satu poin yang paling menarik adalah respons negara anggota G20 soal perang Rusia dan Ukraina.
Deklarasi yang ada di poin ketiga tersebut menyebutkan:
"Tahun ini, kita juga telah menyaksikan perang di Ukraina yang berdampak buruk pada perekonomian dunia. Ada diskusi tentang masalah ini. Kami menegaskan kembali posisi nasional dalam forum lain, termasuk Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB, yang mana telah ada pada Keputusan No. ES-11/1 tanggal 2 Maret 2022 diambil berdasarkan suara terbanyak (141 suara mendukung, 5 menentang, 35 abstain, 12 tidak hadir."
Dalam poin tersebut juga dijelaskan bahwa negara anggota G20 banyak yang menyesalkan tindakan Rusia.
"Banyak yang menyesalkan agresi Federasi Rusia melawan. Sebagian besar anggota sangat mengutuk perang di Ukraina dan menekankan hal itu telah menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk keadaan yang ada, termasuk kerentanan dalam ekonomi global, menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu pasokan rantai, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, serta meningkatkan risiko stabilitas keuangan."
"Menyadari itu G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan, kami mengakui bahwa masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan bagi perekonomian global."
Respons Kemlu RI Soal Serangan Polandia
Roket Rusia dilaporkan menghantam Polandia pada Selasa (15/11). Insiden itu turut menarik perhatian NATO, sebab Polandia merupakan bagian dari aliansi tersebut.Â
Pihak pemerintah Polandia menyebut roketnya jatuh di desa Przewodow. Akibatnya, dua orang Polandia meninggal.Â
Kementerian Luar Negeri RI menyebut terus mengikuti kasus ini. Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah berkata pihaknya masih menunggu informasi-informasi yang masuk terkait insiden di Polandia.Â
"Indonesia mengikuti dari dekat perkembangan ini. Tentunya dalam beberapa waktu ke depan akan banyak informasi lagi yang kita terima," ujar Teuku Faizasyah di sela G20 Summit Bali, Rabu (16/11/2022).Â
Faiza berkata ketika ada acara-acara internasional, insiden di luar dugaan seperti yang terjadi di Polandia merupakan hal yang lumrah terjadi.
"Memang ini adalah suatu dinamika yang sering terjadi saat kita menyelanggarakan event-event internasional. Tidak hanya Indonesia mungkin. Pada event internasional lainnya banyak konteks yang harus kita perhatikan," jelas Faiza.Â
Namun, Faiza enggan menjawab apakah insiden di Polandia dapat memengaruhi deklarasi G20 Bali. Ia juga enggan memprediksi rencana Presiden Jokowi ke depannya terkait isu ini.
Jubir Kemlu RI itu lantas menegaskan bahwa Indonesia tetap mendukung perdamaian. Presiden Jokowi juga memberikan pesan agar berhenti perang di awal pembukaan G20 Summit.
"Indonesia senantiasa menyerukan agar pihak-pihak yang katakanlah bersebarangan pada saat ini untuk mengupayakan cara-cara damai. Itu tentunya berangkat dari politik luar negeri bebas aktif Indonesia. Senantiasa konsisten mengupayakan, mengharapkan katakanlah, suatu kondisi internasional yang baik dan kondusif," pungkas Faiza.
Advertisement
Jokowi Minta Akhiri Perang
Presiden Jokowi berkata menghormati hukum internasional merupakan bentuk sebagai tanggung jawab. Namun, ia tidak secara eksplisit menyebut Rusia atau Ukraina saat membahas isu perang.
"Kita punya tanggung jawab tidak hanya kepada rakyat kita, tetapi juga rakyat dunia)," ujar Presiden Jokowi dalam Bahasa Inggris.
"Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, maka akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, maka akan sulit untuk bertanggung jawab untuk generasi sekarang dan generasi selanjutnya," tegas Jokowi.
Kata-kata tersebut diberikan Presiden Jokowi di hadapan para pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.Â
Pihak Uni Eropa saat ini berupaya agar ada tekanan kepada Rusia di G20. Mereka juga ingin supaya deklarasi G20 ikut memberika kecaman Rusia dengan cara menyorot pentingnya Piagam PBB di deklarasi tersebut.Â
Salah satu poin Piagam PBB adalah melarang perebutan batas wilayah negara lain. Aksi Rusia yang menyerang Ukraina, serta menganeksasi wilayah dengan referendum ilegal juga telah dikecam oleh PBB.
Hadir KTT G20 Bali Secara Virtual, Zelensky Sebut 'G19' Harus Sepakat Akhiri Perang Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada para pemimpin dunia pada KTT G20 Bali -- melalui pidato virtualnya -- bahwa perang Rusia harus diakhiri sekarang.
Dikutip dari laman BBC, Selasa (15/11), dia juga memohon perpanjangan kesepakatan ekspor biji-bijian yang signifikan yang akan segera berakhir.Â
Zelensky muncul dalam video pidatonya kepada para pemimpin yang berkumpul di Pulau Bali, Indonesia.
Vladimir Putin, pemimpin Rusia -- anggota G20 -- menolak untuk hadir dan mengirim menteri luar negerinya Sergei Lavrov sebagai gantinya.
Dalam videonya yang pertama kali dilaporkan oleh AFP, Zelensky mengatakan: "Saya yakin sekaranglah saatnya perang destruktif Rusia harus dan dapat dihentikan."
Dia menguraikan sejumlah strategi, termasuk memastikan keamanan nuklir dan pangan, mengakhiri permusuhan, dan mencegah eskalasi.
Dia berulang kali menyebut para pemimpin dalam forum itu sebagai "G19" -- dengan tegas mengecualikan Rusia.
Yang paling utama di antara permintaannya adalah perpanjangan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang dibuat pada Juli antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Rusia.
Kesepakatan itu telah memastikan bahwa ekspor makanan yang diblokir di pelabuhan Ukraina oleh kapal perang Rusia dapat dikirim keluar.
PBB mengatakan sejak kesepakatan dimulai, 10 juta ton biji-bijian dan makanan lainnya telah berhasil diekspor, membantu mencegah krisis pangan global.
Namun kesepakatan itu akan segera berakhir pada 19 November. Berbicara pada hari Selasa di sesi G20 tentang ketahanan pangan, Zelensky mengatakan kesepakatan itu harus diperpanjang tanpa batas waktu, "tidak peduli kapan perang berakhir".
"Hak atas pangan adalah hak fundamental setiap orang di dunia," katanya, mengusulkan untuk memperluas kesepakatan ke pelabuhan lain di wilayah Mykolaiv. Â
Advertisement