Liputan6.com, Moskow - Kementerian Pertahanan Rusia membantah tuduhan yang beredar bahwa rudal dari negaranya menghantam negara NATO, Polandia, yang berdekatan dengan perbatasan Ukraina.
Seperti diketahui bahwa sebuah rudal menghantam Desa Przewodów di Polandia Timur, berjarak sekitar 6 km dari perbatasan dengan Ukraina, menewaskan dua orang pada Selasa (15/11) waktu setempat.
Baca Juga
Dilansir dari US News, Rabu (16/11/2022), Kementerian Pertahanan Rusia membantah rudal tersebut terkait dengan Rusia melalui sebuah unggahan pernyataan di platform Telegram.
Advertisement
Pernyataan itu menyebutkan, dugaan jatuhnya rudal Rusia di wilayah permukiman Przewodów merupakan provokasi.
"Tidak ada serangan terhadap target di dekat perbatasan negara Ukraina-Polandia yang dilakukan dengan cara penghancuran Rusia," jelas kementerian itu dalam di Telegram.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan pimpinan negara anggota NATO lainnya (Kanada, Uni Eropa, Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, Belanda, dan Jepang) menggelar pertemuan darurat menyusul kabar serangan rudal di Polandia.
Namun seusai pertemuan itu, Biden mengungkapkan bahwa dirinya tidak yakin rudal yang menghantam Polandia berasal dari Rusia.
"Ada informasi awal yang membantah itu," kata Biden kepada wartawan, dikutip dari AP News.
"Sepertinya tidak mungkin ditembakkan dari Rusia, tapi kita lihat saja nanti," bebernya.
Selain itu, Presiden AS juga mengatakan bahwa ada "kebulatan suara total di antara orang-orang di meja" tentang bagaimana menanggapi insiden tersebut.
"Kemudian kita akan bersama-sama menentukan langkah kita selanjutnya saat kita menyelidiki," jelas dia.
Rudal Rusia Hantam Polandia, Joe Biden Gelar Rapat Darurat dengan Pemimpin G7-NATO
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden memberikan keterangan pers dari pertemuan darurat dengan sekutu utama selama hari terakhirnya di KTT G20 Bali, Indonesia, berjanji untuk "mencari tahu dengan tepat apa yang terjadi" setelah rudal buatan Rusia jatuh di dalam perbatasan sekutu NATO, Polandia.
"Kami setuju untuk mendukung penyelidikan Polandia atas ledakan di pedesaan Polandia dekat perbatasan Ukraina, dan kami akan memastikan bahwa kami mengetahui dengan tepat apa yang terjadi," kata Biden kepada wartawan setelah rapat daruratnya dengan para pemimpin di KTT G20 seperti dikutip dari CNN, Rabu (16/11/2022).
Biden menambahkan, "Kemudian kita akan bersama-sama menentukan langkah selanjutnya saat kita menyelidikinya."
Presiden AS baru saja keluar dari rapat di Bali pada Rabu pagi waktu setempat. Pembicaraan darurat itu terjadi setelah kementerian luar negeri Polandia mengatakan Selasa 15 November 2022 malam bahwa "rudal buatan Rusia" jatuh di Desa Przewodów.
Pernyataan kementerian luar negeri Polandia tidak merinci jenis rudal, siapa yang menembakkannya atau dari mana ditembakkan. Biden sebelumnya telah menghubungi presiden Polandia dan sekretaris jenderal NATO.
Berbicara kepada pers setelah pertemuan darurat, Biden ditanya apakah rudal itu ditembakkan dari Rusia. “Ada informasi awal yang membantah itu,” jawabnya.
Dia menambahkan, “Saya tidak ingin mengatakan itu sampai kami benar-benar menyelidikinya. Tidak mungkin di benak lintasan bahwa itu ditembakkan dari Rusia. Tapi kita lihat saja.”
Biden dan para pemimpin dari G7 dan NATO rapat darurat roundtable. Pertemuan itu termasuk para pemimpin dari Kanada, Uni Eropa, Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, Belanda, dan Jepang, kata para pejabat.
Presiden AS mengatakan bahwa ada “kebulatan suara total di antara orang-orang di meja” tentang bagaimana menanggapi insiden tersebut. Dia tidak memberikan informasi lain tentang sumber rudal tersebut.
Advertisement
Roket Diduga Buatan Rusia Hantam Polandia Dekat Perbatasan Ukraina, 2 Orang Tewas
Polandia mengatakan bahwa roket yang diduga buatan Rusia menewaskan dua orang di kawasan timurnya yang berlokasi dekat dengan Ukraina.
Otoritas negara itu dikabarkan sedang menghubungi duta besar Rusia untuk Warsawa untuk meminta penjelasan, setelah Moskow membantah bertanggung jawab atas jatuhnya roket tersebut.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (16/11/2022), Kementerian luar negeri Polandia mengatakan roket itu jatuh pada Selasa sore 15 Novemeber di Przewodow, sebuah desa di Polandia timur sekitar 6 km dari perbatasan dengan Ukraina, menewaskan dua orang.
Laporan media setempat mengatakan roket itu menghantam fasilitas pengeringan biji-bijian.
"Kita tidak memiliki bukti konklusif saat ini mengenai siapa yang meluncurkan rudal ini ... kemungkinan besar itu adalah rudal buatan Rusia, tetapi ini semua masih dalam penyelidikan saat ini," kata Presiden Polandia Andrzej Duda.
Dia juga menyebut, insiden tersebut terjadi hanya sekali dan "tidak ada indikasi akan terulangnya insiden hari ini".
Duda menambahkan, sangat mungkin bahwa Polandia akan meminta konsultasi berdasarkan Pasal 4 aliansi militer NATO setelah hantaman roket itu.
"Duta besar kami akan menghadiri pertemuan Dewan Atlantik Utara besok pukul 10 pagi di markas NATO ... kemungkinan besar duta besar akan meminta aktivasi Pasal 4, atau konsultasi dengan sekutu," jelasnya.
Adapun seorang pejabat NATO yang mengatakan aliansinya tengah berkoordinasi erat dengan Polandia.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyampaikan kepada Presiden Polandia Andrzej Duda melalui sebuah panggilan telepon bahwa Washington memiliki "komitmen kuat terhadap NATO" dan akan mendukung penyelidikan di Polandia, menurut keterangan dari Gedung Putih.
Seruan untuk Tetap Tenang
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mendesak Polandia untuk tetap tenang menyusul hantaman roket itu.
"Saya menyerukan kepada semua orang Polandia untuk tetap tenang dalam menghadapi tragedi ini... Kita harus menahan diri dan berhati-hati," UJAR Morawiecki setelah pertemuan darurat pemerintah di Warsawa.
Morawiecki juga mengatakan, Polandia telah memutuskan untuk meningkatkan pengawasan wilayah udaranya.
Sementara itu, di Washington, Pentagon, Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka belum bisa menguatkan laporan kejadian tersebut dan sedang bekerja sama dengan pemerintah Polandia untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.
Tetapi Departemen Luar Negeri AS mengatakan laporan itu "sangat memprihatinkan".
Adapun Jerman dan Kanada yang mengatakan sedang memantau situasi, dan Uni Eropa, Belanda dan Norwegia mengatakan sedang mencari rincian lebih lanjut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memerintahkan upaya verifikasi, sementara Inggris "segera" menyelidiki laporan tersebut.
Advertisement