Liputan6.com, Amsterdam - Pengadilan Belanda mengkonfirmasi pesawat penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak rudal buatan Rusia.
"Penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh pada tahun 2014 oleh rudal buatan Rusia yang ditembakkan dari sebuah lapangan di Ukraina timur," kata pengadilan Belanda yang menangani persidangan empat tersangka dalam jatuhnya pesawat tersebut, Kamis 17 November 2022.
"Pengadilan berpendapat bahwa MH17 ditembak oleh tembakan rudal BUK dari ladang pertanian dekat Pervomaisk, menewaskan 283 penumpang dan 15 awak," kata hakim ketua Hendrik Steenhuis seperti dikutip dari US News, Jumat (18/11/2022).
Advertisement
Pengadilan Belanda mengatakan Rusia memiliki kendali penuh atas pasukan separatis di Ukraina timur pada saat pesawat itu ditembak jatuh.
"Sejak pertengahan Mei 2014, Rusia disebut memiliki kendali penuh atas Republik Rakyat Donetsk," kata Steenhuis, mengacu pada wilayah di mana penerbangan penumpang ditembak jatuh pada 17 Juli 2014 seperti dilaporkan The Straits Times.
Pengadilan memberikan putusannya pada hari Kamis dalam persidangan empat pria atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di atas Ukraina, saat ketegangan meningkat atas invasi Rusia delapan tahun kemudian.
Para hakim kemudian menghukum tiga pria atas pembunuhan 298 orang dalam insiden tahun 2014, dan membebaskan yang keempat.
Orang-orang yang dihukum adalah mantan agen intelijen Rusia Igor Girkin dan Sergey Dubinskiy, serta Leonid Kharchenko, seorang pemimpin separatis Ukraina. Sementara warga Rusia Oleg Pulatov dibebaskan.
Tiga dari tersangka secara resmi diadili secara in absentia, sementara Pulatov memiliki perwakilan hukum di persidangan dan membuat pernyataan video di mana dia mengatakan tidak bersalah.
Â
Vonis Secara In Absentia
Putusan ini dilakukan secara in absentia, tanpa kehadiran terdakwa. Para tersangka tidak hadir di pengadilan karena mereka menolak untuk menghadiri persidangan yang berlangsung dalam kurun waktu 2,5 tahun.
Semua orang -- 298 penumpang dan awak -- tewas ketika Boeing 777 yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur dihantam di Ukraina timur yang dikuasai separatis, oleh apa yang dikatakan para penyelidik sebagai rudal yang dipasok oleh Moskow.
Jaksa telah menuntut hukuman seumur hidup bagi para tersangka atas tuduhan pembunuhan dan menyebabkan kecelakaan pesawat, meskipun orang-orang itu tidak mungkin menjalani hukuman jika terbukti bersalah.
Para tersangka diduga bagian dari pasukan yang didukung Kremlin dan memiliki peran kunci dalam membawa rudal BUK dari pangkalan militer di Rusia dan menyebarkannya di lokasi peluncuran – bahkan jika mereka tidak menarik pelatuknya.
Putusan itu dibacakan di pengadilan dengan keamanan tinggi di dekat Bandara Schiphol, tempat pesawat naas itu lepas landas pada 2014.
Advertisement
Berburu Peradilan
Kerabat yang berduka melakukan perjalanan dari seluruh dunia untuk mendengar keputusan tersebut setelah perjuangan panjang untuk mendapatkan keadilan.
Para korban berasal dari 10 negara, termasuk 196 Belanda, 43 Malaysia, dan 38 Australia.
Keluarga dari beberapa negara mengunjungi monumen MH17 nasional Belanda di kota Vijfhuizen menjelang putusan.
Kecelakaan itu memicu kemarahan dan sanksi global terhadap Moskow, dengan ladang bunga matahari Ukraina yang terkenal berserakan dengan mayat dan puing-puing. Beberapa korban, termasuk anak-anak, masih terikat di kursi mereka.
Delapan tahun kemudian, wilayah tempat jatuhnya MH17 telah menjadi salah satu medan pertempuran utama dalam perang Rusia yang berlangsung hampir sembilan bulan di Ukraina.
Sidang dibuka pada Maret 2020 dengan pembacaan muram nama 298 korban, 196 di antaranya berasal dari Belanda.
Pengadilan juga mengunjungi puing pesawat yang telah direkonstruksi di sebuah pangkalan militer Belanda.
Â
Skenario Alternatif
Jaksa mengatakan Girkin, 51, yang disebut-sebut sebagai menteri pertahanan Republik Rakyat Donetsk yang separatis, melakukan kontak dengan Rusia untuk mendapatkan sistem rudal tersebut. Dia membantah pemberontak terlibat dalam menembak jatuh MH17.
Girkin baru-baru ini mengkritik militer Rusia atas penanganannya terkait invasi tahun ini dan dilaporkan mengajukan diri untuk berperang di Ukraina.
Dubinskiy, 60, yang juga terkait dengan intelijen Rusia, diduga menjabat sebagai kepala intelijen militer separatis dan bertanggung jawab untuk memberikan perintah tentang rudal tersebut.
Pulatov, 56, seorang mantan tentara pasukan khusus Rusia, dan Kharchenko, 50, yang diduga memimpin unit separatis, adalah bawahan yang memainkan peran lebih langsung dalam mengangkut rudal, kata jaksa penuntut.
Rudal BUK telah diidentifikasi berasal dari Brigade Rudal Anti-Pesawat ke-53 dari Kursk di Rusia, kata pengadilan Belanda.
Sementara itu, sejauh ini Moskow membantah semua keterlibatan.
Putusan itu dilatarbelakangi oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang telah memicu kekhawatiran akan perang internasional yang lebih luas.
Advertisement