Sukses

Rusia Puji Deklarasi KTT G20 di Bali, Meski Singgung Perang di Ukraina

Hasil dari pertemuan puncak KTT G20 di Bali, Leaders’ Declaration yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi KTT G20 dipuji oleh Rusia.

Liputan6.com, Moskow - Hasil dari pertemuan puncak KTT G20 di Bali, Leaders’ Declaration yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi KTT G20 dipuji oleh Rusia. Meskipun sejumlah poin dalam deklarasi tersebut menyorot perihal perang Rusia vs Ukraina.

"Rusia puas dengan deklarasi akhir KTT G20," kata Kremlin.

"Rusia memandang deklarasi KTT G20 yang diselenggarakan di Bali sebagai dokumen yang berimbang, yang secara khusus menunjukkan posisi yang berbeda dalam masalah Ukraina," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Rabu 16 November 2022 seperti dikutip dari TAAS, Jumat (18/11/2022).

"Pasti," katanya, ketika ditanya apakah Rusia puas dengan deklarasi KTT G20 mengenai situasi di Ukraina.

"Pendekatan berbeda dan pandangan berbeda tentang masalah ini diperhitungkan dan dicatat dalam deklarasi. Selebihnya, tidak diragukan lagi, para ahli kami - baik pejabat Kementerian Luar Negeri dan Sherpa [G20] kami [Svetlana] Lukash - melakukan upaya besar untuk memastikan pengembangan dokumen yang seimbang," tambah Peskov.

Menurut Dmitry Peskov, deklarasi tersebut juga akan dipublikasikan di situs web Kremlin.

Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pada konferensi pers setelah KTT bahwa ketentuan tentang konflik di Ukraina telah memicu perdebatan yang sangat panas, yang berlangsung hingga tengah malam. Sebaliknya, deklarasi lainnya tidak membutuhkan begitu banyak upaya untuk menyepakatinya.

Deklarasi KTT G20 berisi lebih dari 50 paragraf, mengatakan bahwa sebagian besar anggota G20 "mengutuk keras perang di Ukraina" tetapi "ada pandangan lain dan penilaian situasi yang berbeda" juga. Deklarasi tersebut juga mencatat bahwa negara-negara G20 telah mengamati bahwa konflik di Ukraina "berdampak lebih jauh terhadap ekonomi global.".

2 dari 4 halaman

Kemenangan Akal Sehat

Situs TASS juga menyebut juru bicara Kremlin memuji deklarasi KTT G20 sebagai kemenangan akal sehat.

Menurut Dmitry Peskov, para diplomat Rusia, tuan rumah Indonesia dan India, yang kini akan mengambil alih kepresidenan G20, serta mitra asing lainnya, pantas mendapatkan banyak pujian atas hasil yang dicapai pada acara tersebut.

"Deklarasi akhir yang diadopsi pada KTT G20 baru-baru ini menandai kemenangan akal sehat karena berhasil menetralisir agresi liar Barat dan mencapai kompromi," kata Juru Bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov kepada wartawan, Kamis 17 November 2022.

Dokumen tersebut, antara lain, menyentuh berbagai sudut pandang tentang masalah Ukraina.

"Ini adalah kemenangan akal sehat," kata juru bicara Kremlin. "Itu menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk menahan agresivitas kolektif Barat dan mencapai kompromi, jika tidak, KTT G20 akan gagal mengadopsi deklarasi akhir untuk pertama kalinya dalam sejarahnya," kata Peskov.

Juru bicara Kremlin menambahkan bahwa Moskow umumnya cukup positif tentang deklarasi tersebut. Memang itu mencerminkan gambaran di mana ada sudut pandang yang berbeda, dan itu sangat penting bagi kami, katanya.

Juru bicara kepresidenan Rusia itu menekankan bahwa pekerjaan akan dilanjutkan di platform G20. "Semua orang tertarik padanya. Faktanya, platform ini mungkin mengikuti situasi global saat ini dengan cara yang paling memungkinkan dan setidaknya dapat mendekati masalah yang paling krusial dan mendesak," kata Peskov.

 

3 dari 4 halaman

Menlu Retno Bangga Hasil Deklarasi KTT G20 Jadi Bukti Sukses Presidensi Indonesia yang Diragukan

Kepresidenan G20 di tangan Indonesia memang berada di posisi yang sangat sulit. Ini karena dunia tengah mengalami berbagai masalah global secara bertubi-tubi, mulai dari pemulihan pasca pandemi yang belum usai, masalah ketahanan pangan, ancaman resesi ekonomi hingga masalah geopolitik yang semakin panas. 

Bahkan, Presiden Jokowi juga mengakui bahwa diskusi para pemimpin G20 terkait perang antara Rusia dan Ukraina berlangsung alot.

"Diskusi mengenai hal ini berlangsung sangat-sangat alot sekali dan akhirnya para pemimpin G20 menyepakati isi deklarasi. Yaitu, condemnation perang di Ukraina karena telah melanggar batas wilayah, melanggar integritas wilayah," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (16/11/2022).

Menurut dia, perang tersebut telah mengakibatkan penderitaan masyarakat. Selain itu, perang juga memperberat ekonomi global yang masih rapuh akibat pandemi sehingga menimbulkan risiko krisis pangan, energi, dan potensi krisis finansial.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi pun mengatakan bahwa kepresidenan Indonesia sempat sangat diragukan sebelumnya. 

"Di awal, hampir semua orang pesimis. Kita lihat semua orang mengatakan pasti nggak bisa, dan di pertemuan internasional lainnya, semua gagal," ujarnya.

"Jadi, dengan capaian bahwa kita bisa mewujudkan adanya deklarasi yang merupakan kesepakatan semua pihak dalam G20 itu, menurut saya adalah sesuatu yang luar biasa," tambahnya kemudian.

Kendati demikian, Menlu Retno Marsudi mengakui bahwa perbedaan pendapat antara pemimpin G20 tetap ada. Namun dari perbedaan itu, ia menegaskan bahwa masih ada yang bisa dikerjasamakan.

"Tadi disebut oleh Pak Menko, Bu Menkeu, pada saat di awal-awal kita keketuaan, setelah bulan Februari, kita selalu berkomunikasi dengan mereka apakah kita masih akan bekerja sama, dan jawabannya adalah 'Iya'," papar Menlu. 

Berangkat dari komitmen tersebut, Indonesia mencoba kapitalisasi hingga menghasilkan deklarasi KTT G20.

"Sekali lagi, Presidensi, negosiasi, kata yang paling penting di sini adalah trust. Dan alhamdullilah, kita memiliki trust dari semua," tambahnya kemudian.

4 dari 4 halaman

Apa Saja Isi Leaders' Declaration?

Terdapat 52 poin yang tertuang dalam deklarasi tersebut. Poin-poin tersebut mencakup permasalahan mengenai ketegangan geopolitik global, isu krisis pangan, perubahan iklim, kesehatan global, hingga transformasi digital.

Deklarasi ini juga memunculkan sikap yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. "Sebagian besar anggota sangat mengutuk perang di Ukraina dan menekankan hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk keadaan yang ada kerentanan dalam ekonomi global,” dalam poin ketiga Leaders' Declaration di KTT G20 Bali.

Deklarasi ini juga mendorong jalur diplomasi dalam penyelesaian konflik.

"Penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima. Penyelesaian konflik secara damai, upaya penanganan krisis, serta diplomasi dan dialog, sangat penting. Zaman sekarang tidak boleh perang.”

Selain itu, isu krisis pangan juga menjadi perhatian yang tertuang dalam beberapa poin deklarasi, "Kami mendukung upaya internasional untuk menjaga agar rantai pasokan makanan tetap berfungsi di bawah tantangan keadaan. Kami berkomitmen untuk mengatasi kerawanan pangan dengan memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, dan keberlanjutan pangan dan produk pangan bagi mereka yang membutuhkan, khususnya di negara berkembang dan negara kurang berkembang.”