Sukses

Aturan COVID-19 di China Makin Ketat, Kini Taman dan Museum Ikut Ditutup

Ketatnya aturan COVID-19 di China membuat taman dan museum terpaksa ikut ditutup.

Liputan6.com, Beijing - Aturan COVID-19 di China semakin ketat lantaran temuan banyak kasus baru. Beijing menutup taman dan museum pada hari Selasa (22 November) dan Shanghai memperketat aturan bagi orang yang memasuki kota ketika otoritas China bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19, yang telah memperdalam kekhawatiran tentang ekonomi dan meredupkan harapan untuk pembukaan kembali dengan cepat.

China melaporkan 28.127 kasus baru yang ditularkan di dalam negeri untuk hari Senin, mendekati puncak hariannya dari bulan April, dengan infeksi di kota selatan Guangzhou dan kota barat daya Chongqing menyumbang sekitar setengah dari total.

Di Beijing, kasus telah mencapai titik tertinggi barunya setiap hari. Ini pun mendorong seruan dari pemerintah kota agar lebih banyak penduduk tetap tinggal dan menunjukkan bukti tes COVID-19 negatif, tidak lebih dari 48 jam, untuk masuk ke gedung-gedung publik.

Pada Selasa malam, pusat keuangan Shanghai mengumumkan bahwa mulai Kamis orang tidak boleh memasuki tempat-tempat seperti pusat perbelanjaan dan restoran dalam waktu lima hari setelah tiba di kota, meskipun mereka masih dapat pergi ke kantor dan menggunakan transportasi. 

Sebelumnya, kota berpenduduk 25 juta orang itu memerintahkan penutupan tempat budaya dan hiburan di tujuh dari 16 distriknya setelah melaporkan 48 infeksi lokal baru.

2 dari 4 halaman

Ekonomi Paling Terdampak

Gelombang infeksi kali ini menjadi momen penentuan bagi China terhadap kebijakan nol-COVIDnya, yang bertujuan membuat pihak berwenang lebih bertarget dalam tindakan pembatasan dan menjauhkan mereka dari lockdown menyeluruh.

Hal tersebut tentu menyiksa ekonomi warga China karena pembatasn yang begitu ketat.

"Beberapa teman kami bangkrut, dan beberapa kehilangan pekerjaan," kata seorang pensiunan Beijing berusia 50 tahun bermarga Zhu.

“Kami tidak bisa melakukan banyak kegiatan yang ingin kami lakukan, dan tidak mungkin melakukan perjalanan. Jadi kami sangat berharap pandemi ini bisa segera berakhir,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Kasus Kematian

Otoritas kesehatan mengaitkan dua kematian lagi dengan COVID-19, setelah tiga kematian pada akhir pekan, yang merupakan yang pertama di China sejak bulan Mei.

Bahkan setelah pedoman yang disesuaikan, China tetap menjadi outlier global dengan pembatasan COVID-19 yang ketat, termasuk perbatasan yang tetap ditutup.

Langkah-langkah pengetatan di Beijing dan di tempat lain, bahkan ketika China mencoba untuk menghindari lockdwon di seluruh kota seperti yang melumpuhkan Shanghai tahun ini, jadi kekhawatiran baru untuk investor tentang ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

4 dari 4 halaman

Polemik Kebijakan Nol-COVID

Pemerintah berpendapat bahwa kebijakan nol-COVID khas Presiden Xi Jinping menyelamatkan nyawa dan diperlukan untuk mencegah sistem perawatan kesehatan menjadi kewalahan.

Tetapi banyak pengguna media sosial di China yang frustrasi, dan membuat perbandingan dengan penonton tanpa masker di Piala Dunia sepak bola, yang dimulai pada hari Minggu di Qatar.

"Puluhan ribu orang di Qatar tidak memakai masker. Dan kami masih panik seperti ini," tulis seorang pengguna di platform Weibo.

  • Beijing adalah ibukota dari Republik Rakyat Tiongkok
    Beijing adalah ibukota dari Republik Rakyat Tiongkok

    Beijing

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Varian Omicron dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.529, adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.

    COVID-19 omicron

  • virus corona