Sukses

Semenanjung Krimea Diserang Pesawat Tak Berawak, Moskow Bersiaga

Semenanjung Krimea yang dianeksasi Rusia dari Ukraina menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak pada Selasa (22/11).

Liputan6.com, Moskow - Semenanjung Krimea yang dianeksasi Rusia dari Ukraina menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak pada Selasa 22 November 2022, kata pihak berwenang di Kremlin, menambahkan bahwa pasukan Moskow telah di sana untuk siaga.

Serangan itu terjadi ketika Kyiv mengklaim kemenangan teritorial lainnya dan hanya beberapa hari setelah Moskow mengatakan akan memperkuat posisinya di semenanjung Krimea.

"Ada serangan dengan drone," kata gubernur wilayah administrasi Sevastopol di Krimea, Mikhail Razvozhayev, melalui Telegram.

"Pasukan pertahanan udara kita sedang bekerja sekarang," demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (23/11/2022).

Dia mengatakan, dua drone "telah ditembak jatuh".

Razvozhayev mengatakan, tidak ada infrastruktur sipil yang rusak dan meminta warga untuk "tetap tenang".

Moskow mencaplok Krimea pada 2014 setelah demonstrasi pro-demokrasi nasional yang menyebabkan penggulingan presiden Ukraina yang bersahabat dengan Kremlin.dicaplok.

Ada beberapa ledakan di atau dekat instalasi militer Rusia di Krimea sejak Februari, termasuk serangan pesawat tak berawak terkoordinasi di pelabuhan utama angkatan laut Rusia di Sevastopol pada Oktober 2022.

Pekan lalu gubernur wilayah yang berpihak pada Moskow, Sergei Aksyonov, mengatakan pihak berwenang telah memperkuat posisi di semenanjung.

Ukraina mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya telah merebut kembali hampir seluruh wilayah semenanjung yang terisolasi di lepas pantai Laut Hitam, tempat pertempuran sedang berlangsung.

"Kami memulihkan kontrol penuh atas wilayah tersebut. Kami memiliki tiga permukiman tersisa di Kinburn Split untuk secara resmi tidak lagi menjadi wilayah perang," kata gubernur wilayah Mykolaiv Vitaly Kim di media sosial.

Perpecahan di wilayah selatan yang menjorok ke Laut Hitam itu terbagi dua: di barat, sebagai bagian dari wilayah Mykolaiv dan ke timur sebagai bagian dari wilayah Kherson.

2 dari 4 halaman

Sekjen NATO: Membela Ukraina Sama dengan Mempertahankan Demokrasi

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta anggota NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Hal tersebut, kata Stoltenberg, untuk memastikan hasil terbaik bagi negara itu sebagai "negara yang berdaulat, independen, dan demokratis di Eropa."

"Kita perlu menyadari bahwa perang ini kemungkinan besar akan berakhir pada tahap tertentu – di meja perundingan. Tetapi kita juga tahu bahwa hasil dari negosiasi itu sepenuhnya bergantung pada kekuatan di medan perang," kata Stoltenberg, pada Senin (21/11), dalam pertemuan Majelis Parlemen NATO di Madrid. Aliansi ini, imbuhnya, harus menginvestasikan lebih banyak uang untuk membela Ukraina.

Ia mencatat bahwa membela Ukraina adalah mempertahankan demokrasi. “Jika kita membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menang, kita semua harus menanggung risiko yang jauh lebih tinggi. Rezim otoriter di seluruh dunia akan belajar bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan kekerasan.”

Stoltenberg menambahkan bahwa pada akhir tahun, NATO akan mengeluarkan lebih dari $350 miliar ekstra untuk sektor pertahanan sejak 2014, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (22/11/2022).

NATO, katanya, harus meningkatkan infrastruktur militer di Eropa dan menuntaskan proses masuknya Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi itu.

Stoltenberg memuji kemajuan militer Ukraina melawan Rusia. Tetapi, ia memperingatkan bahwa adalah kesalahan jika sejumlah pihak saat ini mulai meremehkan kekuatan militer Federasi Rusia.

3 dari 4 halaman

Dukungan NATO untuk Ukraina

Berbicara kepada majelis itu melalui video, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menekankan pentingnya dukungan militer dan keuangan NATO bagi Ukraina dan mendesak aliansi untuk menyambut Ukraina ke dalam Uni Eropa dan NATO. Presiden Ukraina mendesak anggota NATO untuk menjamin perlindungan fasilitas nuklir dari "sabotase Rusia."

Rusia dan Ukraina pada Senin saling tuding atas setidaknya selusin ledakan yang terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang telah berada di bawah kendali Rusia tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Dalam pernyataan pada Senin, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi bahwa tidak ada masalah keselamatan atau keamanan nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina. Peralatan utama tetap utuh meskipun terjadi penembakan besar-besaran di fasilitas tersebut selama akhir pekan yang menyebabkan kerusakan luas, kata pengawas atom PBB setelah para ahlinya mengunjungi lokasi tersebut.

4 dari 4 halaman

NATO Yakini Serangan Rudal di Polandia Kecelakaan dalam Perang Rusia-Ukraina

NATO mengatakan bahwa hantaman rudal di Polandia kemungkinan merupakan kecelakaan, berupaya menenangkan situasi dalam perang Rusia-Ukraina.

Dilaporkan sebelumnya, bahwa Kementerian luar negeri Polandia mengungkapkan roket jatuh di Przewodow, sebuah desa di Polandia timur sekitar 6 km dari perbatasan dengan Ukraina pada Selasa sore (15/11/2022) waktu setempat. Dua orang tewas dalam insiden tersebut.

Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (17/11/2022) baik Polandia dan NATO mengatakan bahwa hantaman rudal di desa Przewodow, kemungkinan disebabkan oleh rudal pertahanan udara Ukraina yang diluncurkan untuk mencegat serangan Rusia.

Gedung Putih mengungkapkan pihaknya "tidak melihat apa pun yang bertentangan" dengan penilaian awal Polandia.

Pada Rabu (16/11), Presiden Polandia Andrzej Duda mengumumkan bahwa pihaknya menyimpulkan proyektil kemungkinan berasal dari pertahanan udara Ukraina.

Duda menyebut, rudal itu kemungkinan diluncurkan oleh Ukraina dalam apa yang disebutnya "kecelakaan yang patut disayangkan".

Senada, Kepala NATO Jens Stoltenberg juga mengatakan penyelidikan yang sedang berlangsung diperkirakan bakal menemukan "bahwa insiden itu kemungkinan disebabkan oleh rudal pertahanan udara Ukraina yang ditembakkan untuk mempertahankan wilayah Ukraina dari serangan rudal Rusia".

"Tapi biar saya perjelas, ini bukan salah Ukraina," Stoltenberg menjelaskan, setelah menghadiri pertemuan dengan diplomat Uni Eropa di Brussel.

"Rusia memikul tanggung jawab utama karena melanjutkan perang ilegal melawan Ukraina," sebutnya. 

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Kyiv tidak melihat bukti bahwa rudal itu milik Ukraina. Dia juga menuduh Rusia berada di balik serangan itu.

"Saya tidak ragu bahwa ini bukan rudal kami," kata Zelenskyy.

"Saya percaya bahwa ini adalah rudal Rusia, berdasarkan laporan militer kami," ungkapnya.

Selain itu, Zelenskyy juga meminta untuk ikut terlibat dalam penyelidikan dan meminta akses ke lokasi ledakan serta "semua data" pada proyektil.