Liputan6.com, Seoul - Investigasi tragedi Itaewon masih bergulir. Festival Halloween Itaewon pada Oktober 2022 itu berakhir dengan tragedi yang menewaskan 158 orang karena area yang overcrowded. Korban meninggal mayoritas berusia muda dan perempuan.Â
Terkini, intelijen Korea Selatan juga ikut diperiksa karena diduga menghapus salah satu dokumen penting terkait tragedi itu. Dokumen itu terkait peringatan kemungkinan terjadinya tragedi di Itaewon.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan Yonhap, Jumat (25/11/2022), sosok yang diperiksa itu adalah Park Sung Min yang merupakan intelijen tingkat tinggi di kepolisian Korea Selatan. Ia menjadi polisi dengan jabatan tertinggi yang diperiksa pada kasus Itaewon.
Pangkat dari Park Sung Min adalah superintendent general yang merupakan jabatan tertinggi keempat di kepolisian Korea Selatan.
Park dicurigai menghapus sebuah laporan intelijen internal yang memberikan peringatan awal terkait kemungkinan insiden saat festival Halloween di Itaewon. Ia lantas dicurigai menutupi kepolisian yang telat beraksi.
Saat ini, Park sedang kena suspend dari jabatannya.
Sebelumnya dilaporkan bahwa kepolisian telah mendapatkan telepon darurat dari masyarakat yang melihat situasi Itaewon yang sangat padat dan berisiko di malam Halloween.
Park merupakan satu dari 17 polisi dan pemerintah yang diperiksa karena kasus Itaewon.
Selain polisi, pemadam kebakaran juga diperiksa. Pejabat damkar di Pemadam Kebakaran Yongsan diperiksa. Kepala kepolisian Yongsan, Lee Im Jae, turut diperiksa karena dianggap lalai sehingga menyebabkan kematian.
Pada pemeriksaan sebelumnya, Lee mengaku bahwa ia baru mengetahui insiden di Itaewon sekitar pukul 11.00 malam, atau 45 menit setelah insiden terjadi. Ia mengklaim bahwa kepala hotline kepolisian melapor padanya bahwa tidak ada hal tak biasa yang terjadi.
Keluarga Korban Tragedi Halloween Itaewon Salahkan Polisi
Keluarga korban tragedi Itaewon menyalahkan polisi Korea Selatan atas insiden yang terjadi pada festival Halloween pada akhir Oktober 2022. Salah satu ibu korban berkata polisi lebih peduli pada pendemo ketimbang rakyat biasa.
Pada malam ketika insiden terjadi, ada demo yang digelar, sehingga polisi mengaku fokus ke unjuk rasa terhadap Presiden Yoon Suk Yeol.Â
Keluarga korban dibantu organisasi pengacara bernama Minbun-Lawyers for a Democratic Society. Mereka menggelar konferensi pers perdana pada Selasa (22/11).
"Kegagalan polisi untuk mengirim pasukan antihuru-hara malam ini mengindikasikan mereka lebih tertarik mengurus pengunjuk rasa dan keamanan ketimbang keselamatan rakyat biasa," ujar Lee Jong Gwan, ibu dari seorang korban, dikutip Yonhap.
Putri dari Lee Jong Gwan adalah seorang mahasiswi jurusan komputer. Ia ikut meninggal di tragedi Itaewon.
Polisi Korea Selatan sebetulnya sudah mendapatkan telepon dari warga pada beberapa jam sebelum kerusuhan di Itaewon, namun polisi tidak langsung membubarkan masyarakat.
Para keluarga korban menuntut enam poin permintaan, termasuk adanya permintaan maaf yang tulus hingga investigasi menyeluruh ke pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Pemerintah juga diminta memastikan adanya langkah komunikasi dan kemanusiaan untuk para korban, serta mengambil langkah proaktif untuk mengenang para korban jiwa di Itaewon.
Pihak Minbun-Lawyers menyiratkan kemungkinan adanya langkah hukum yang lebih jauh setelah berkonsultasi dengan keluarga korban tragedi Itaewon.
Advertisement
Presiden Korsel Juga Kritik Polisi
Sebelumnya dilaporkan, kebih dari 150 nyawa melayang akibat kerumunan masif di Itaewon pada acara Halloween di akhir Oktober lalu.
Sejumlah pihak menilai bahwa peristiwa itu dianggap bisa dicegah bila polisi bisa ada antisipasi.
Presiden Yoon Suk Yeol telah resmi meminta maaf kepada masyarakat negaranya akibat tragedi tersebut. Ia pun mengkritik habis-habisan pihak kepolisian yang dinilai tidak sigap.Â
Berdasarkan laporan Yonhap, Senin (7/11), juru bicara kepresidenan Lee Jae Myoung berkata Presiden Yoon mengetahui bahwa panggilan darurat ke 112 telah dilakukan beberapa jam sebelum kejadian, yakni pukul 18.34.Â
"Bagaimana bisa mengatakan dalam kondisi itu polisi tidak punya kewenangan," ujar Lee Jae Myoung mengutip Presiden Korea Selatan.
"Siapa yang bertanggung jawab mencegah kecelakaan keamanan? Polisi," ujar Presiden Yoon yang juga mengkritik pemadam kebakaran.
Lebih lanjut, Presiden Yoon menganggap tidak masuk akal jika polisi tidak menyadari bahwa akan lebih banyak orang yang datang. Ia yakin polisi Korsel bukan kaleng-kaleng.Â
"Mereka punya kapabilitas informasi yang luar biasa, jadi kenapa mereka menonton dengan melongo selama empat jam?" ujar Presiden Yoon. Tragedi Itaewon dimulai sekitar pukul 22.00.Â
"Mereka ada di TKP. Mereka harusnya mengambil tindakan meski tidak ada panggilan ke 112. Bagaimana kamu bisa bilang kamu tak bisa menjawab karena sistem yang buruk? Memang tragedi Itaewon terjadi karena sistem buruk? Saya tidak paham," ucap Presiden Yoon Suk Yeol.
Presiden Korea Selatan Resmi Minta Maaf
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol meminta maaf secara resmi kepada masyarakatnya pada Senin (7/11) atas tragedi pesta Halloween di Itaewon. Ia mengatakan akan menjamin investigasi yang menyeluruh terkait insiden mematikan itu dan meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang semestinya bertanggung jawab.
Yoon Suk Yeol menyatakan hal itu dalam pertemuan yang digelar untuk meninjau pengendalian massa dan peraturan keselamatan lainnya setelah tragedi yang menewaskan 156 orang pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022. Pertemuan itu juga dihadiri oleh perdana menteri, menteri keuangan, menteri dalam negeri, sejumlah anggota kabinet, pakar sipil tentang masalah bencana dan keselamatan, serta polisi garis depan dan petugas pemadam kebakaran, dan pembuat kebijakan utama Partai Kekuatan Rakyat.Â
"Saya tidak berani membandingkan diri saya dengan orangtua yang kehilangan putra-putrinya, tetapi sebagai presiden yang harus melindungi kehidupan dan keselamatan rakyat, saya berduka dan hati saya berat," katanya, dikutip dari Yonhap.
"Saya meminta maaf dan meminta maaf kepada keluarga yang ditinggalkan yang menghadapi tragedi yang tak terlukiskan dan kepada bangsa yang berbagi rasa sakit dan kesedihan."
Pernyataan itu dilihat sebagai permintaan maaf resmi pertamanya kepada negara, meskipun sebelumnya sudah meminta maaf dalam sambutannya selama upacara peringatan kematian korban secara Buddha dan Kristen.
Yoon kembali menyerukan kepada jajarannya untuk menangani dampak dari tragedi Itaewon secara bertanggung jawab. Ia juga mendesak untuk memperbaiki peraturan antibencana dan keselamatan yang sudah ada untuk membuat negara lebih aman.
"Khususnya, untuk melindungi keselamatan masyarakat, kita membutuhkan inovasi besar dalam cara polisi bersiap menghadapi risiko dan mencegah kecelakaan," katanya. "Saya akan memastikan kebenaran ditentukan secara menyeluruh mengenai tragedi ini dan mengungkapkan prosesnya kepada publik secara transparan tanpa meninggalkan jejak keraguan."
Advertisement