Sukses

Gempa Cianjur, Raja Norwegia Kirim Pesan Dukacita

Raja Norwegia turut berduka atas gempa yang melanda Cianjur.

Liputan6.com, Oslo - Raja Norwegia Harald menyampaikan pesan dukacita terhadap gempa bumi di Cianjur. Lebih dari 200 orang kehilangan nyawa akibat gempa tersebut. 

Pesan Raja Norwegia terkait gempa Cianjur dikirimkan kepada Presiden Jokowi. Berikut isi pesannya seperti dikutip dari terjemahan resmi Kedutaan Besar Norwegia di Jakarta, Jumat (27/11/2022).

 

"Yang Mulia Bapak Presiden Joko Widodo,

Saya sangat sedih atas musibah gempa bumi yang menyebabkan kehancuran yang begitu luas dan merenggut begitu banyak korban jiwa.

Atas nama pribadi dan rakyat Norwegia, saya mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya dan mohon sampaikan belasungkawa dan simpati saya kepada mereka yang berduka, kepada mereka yang terkena bencana alam yang mengerikan ini, dan kepada seluruh rakyat Indonesia," demikian pesan Raja Norwegia.

 

BPKP Kawal Penyaluran Bantuan Bencana Gempa Cianjur

Sementara itu, Tim SAR gabungan kembali melanjutkan pencarian terhadap 39 warga terdampak gempa di Kabupaten Cianjur, pada Jumat (25/11/2022). Tim dibagi menjadi tiga worksite.

"Dibutuhkan pengawalan terhadap penanganan bencana gempa bumi agar bantuan yang diserahkan dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," kata dia dalam keterangannya, Kamis (24/11/2022).

Iwan menjelaskan, sejauh ini BPKP telah menerjunkan tim ke lokasi bencana dan posko pengungsian. Tujuannya untuk melihat langsung proses penanganan dan pendistribusian bantuan bagi korban terdampak bencana gempa bumi.

"Tim gabungan BPKP pusat dan perwakilan BPKP Jawa Barat telah terjun ke lapangan untuk meninjau langsung posko-posko dan dapur umum sekaligus memantau distribusi penyaluran bantuan dari pemerintah untuk memastikan masyarakat telah tertangani dengan baik," ucapnya.

Selanjutnya kata Iwan, tim gabungan tersebut akan melakukan pemantauan langsung distribusi bantuan di pelbagai titik serta mendukung upaya penanganan bencana yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah yang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.

“Berdasarkan laporan dari tim gabungan, lokasi yang disambangi adalah posko pengungsian dan dapur umum yang berada di BPBD, Cianjur, Jawa Barat,” ujarnya.

Atas nama BPKP, ia juga menyampaikan rasa duka mendalam atas bencana gempa bumi yang terjadi dan masyarakat yang menjadi korban.

2 dari 4 halaman

Jerit Pengungsi Gempa Cianjur dan Gempa Susulan

Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi menjadi wilayah paling terdampak akibat gempa di Kabupaten Cianjur dengan magnitudo 5,6 pada Senin (21/11) lalu.

Sejumlah bantuan telah disalurkan ke wilayah tersebut, kendati begitu para pengungsi mengungkap bantuan itu belum merata kepada seluruh pengungsi. Sudah empat hari mereka mengungsi di tenda alakadarnya yang terbuat dari terpal.

 Salah seorang pengungsi, Mimin (62) mengatakan, terpaksa tinggal dengan kondisi tenda tidak memadai bersama warga lain karena khawatir rumahnya ambruk apabila terjadi gempa susulan.

"Pilih tinggal disini tempatnya aman sama lebar tempatnya, jauh dari pohon-pohon, jauh dari bangunan jadi aman. Rumah retak-retak, takut ada gempa susulan, takut ibu kalau malam tidur gak ada yang ngebangunin, takut kebahayaan," kata Mimin kepada Liputan6.com, Kamis (24/11/2022) malam.

Sebelumnya Pemkab Sukabumi telah menyediakan tenda darurat di lapangan yang berada di Kampung Gedurhayu Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi. Namun, diakui Mimin dan pengungsi lainnya tenda tersebut jauh dari rumah dan minim MCK. Terlebih, sebagian besar pengungsi memiliki anak kecil.

"Ada kekurangannya itu tenda, selimut, tempat tidur. Di sini lebih dekat, lebih aman, dekat ke rumah, WC di sini ada lebih dekat daripada di tenda sana (yang disediakan Pemda)," ungkapnya.

Ia bercerita, untuk memasak siang hari dilakukan di rumahnya. Namun, setiap kali aktivitas yang dilakukan di rumahnya Mimin mengalami kepanikan akan terjadinya gempa susulan. Terlebih ia membawa saudaranya yang sakit.

"Rumah ibu juga kan pecah-pecah, ibu lari jatuh lagi, lari jatuh lagi, belum saudara ibu sakit gak bisa jalan kaki, baju sampai di kewer-kewer (diangkat-angkat) saking paniknya. Mana itu rumah di samping tembok pecah, genteng pada jatuh," tutur Mimin sambil sesekali mengusap air matanya.

Dirinya mengaku membetahkan diri tinggal di tenda darurat yang kondisinya kurang layak dan hanya ditopang bambu seadanya itu. Ia pun dan pengungsi lain berharap ada bantuan terpal, selimut dan tempat tidur.

"Tinggal di sini di betah-betahin aja. Ibu mah kalau ada mah tenda aja sama tempat tidur, terpal," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua RW setempat, Asep Supriyadi menyebut kondisi di wilayahnya tidak jauh beda sejak gempa itu terjadi. Mengimbau bagi warga yang tidak terdampak maupun terdampak ringan, agar kembali ke rumahnya.

"Cuma satu jam kemudian setelah arahan itu, ada gempa lagi susulan perkiraan 3 skala richter kemarin, jadi warga balik lagi ke posko jadi untuk saat ini pengungsi malah lebih dari awal," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Menkes Budi Ingin Pasien Gempa Cianjur Cepat Ditangani agar Bisa Pulang

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin ingin pasien Gempa Cianjur cepat ditangani agar mereka bisa lekas pulang. Apalagi tim dokter dari berbagai daerah di Indonesia sudah banyak berdatangan ke sejumlah rumah sakit di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Tim dokter yang membantu pasien Gempa Cianjur ini utamanya adalah dokter spesialis ortopedi (tulang) dan spesialis bedah. Pemenuhan kedua dokter ini sangat mendesak lantaran banyak korban gempa mengalami patah tulang dan cedera kepala akibat tertimpa bangunan atau reruntuhan.

“Fokusnya kami, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), orang (pasien gempa) bisa tertangani lah kesehatannya dan kalau bisa cepat pulang, enggak usah lama-lama (dirawat) di rumah sakit,” ucap Budi Gunadi saat meninjau lokasi longsor Jalan Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur pada Rabu, 23 November 2022.

Dalam penanganan korban gempa yang luka-luka di lokasi cukup jauh dari rumah sakit setempat, Budi Gunadi mengemukakan strategi Kemenkes. Strategi prioritas, yakni mengirimkan tenaga kesehatan ke lokasi atau posko.

Penanganan kedaruratan kesehatan tetap dilakukan. Para tenaga kesehatan yang dikirim juga membawa obat-obatan dasar dan melakukan identifikasi kondisi pasien, mana saja pasien yang cukup dirawat di posko dan pasien mana saja yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

“Untuk daerah terluar ini – yang jauh dari rumah sakit di Cianjur –  kami kirimkan tenaga kesehatan dulu sama obat-obatan dasar. Dan tugasnya mereka, mereka identifikasi tuh (pasien) mana yang luka ringan,” jelas Budi Gunadi.

4 dari 4 halaman

Butuh Dibedah

Mayoritas pasien Gempa Cianjur yang mengalami luka berat rupanya membutuhkan tindakan bedah atau operasi. Sebab, kondisi pasien yang tertimpa bangunan atau reruntuhan akibat gempa menyebabkan mereka patah tulang dan cedera kepala.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menegaskan, pasien yang luka berat butuh perawatan intensif di rumah sakit. Selain itu, dibutuhkan peralatan operasi dan kelengkapan perawatan pasien dalam penanganan operasi.   

Kami sudah identifikasi ada 474 pasien yang luka berat, ini mesti dirawat di rumah sakit. Nah, itu umumnya (butuh) tindakan bedah,” katanya usai meninjau pasien terdampak Gempa Cianjur di RSUD Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Rabu, 23 November 2022. 

“Karena banyak yang patah tulang, cedera kepala belakang. Belum lagi patah (tulang) di dalam, yang enggak terbuka (terlihat dari luar).”

Lebih dari 400 pasien gempa yang patah tulang tersebut, ratusan di antaranya dirujuk ke berbagai rumah sakit  di luar Kabupaten Cianjur. Ada yang dirujuk ke Bandung, Sukabumi, Bogor, bahkan ke Jakarta untuk tindakan pembedahan.

Sementara itu, tindakan bedah terhadap pasien luka berat akibat gempa di Cianjur terus dilakukan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Cirebon, seperti di RSUD Cimacan, RSUD Bhayangkara, dan RSUD Sayang Cianjur.

“Yang 474 pasien (luka berat) ini kan terlampau banyak. Jadi 140 di antaranya sampai dirujuk (ke rumah sakit lain), ada yang ke Bandung, Sukabumi, Bogor, dan ada yang ke Jakarta juga,” lanjut Budi Gunadi.

“Sisanya (yang luka berat) itu yang ada (dirawat) di Cianjur."