Liputan6.com, Lincoln - Pejabat pertanian Nebraska mengatakan 1,8 juta ayam ternak harus dibunuh setelah flu burung ditemukan di sebuah peternakan. Ini dinilai sebagai tanda terbaru atas wabah yang telah mendorong pembantaian unggas di seluruh negeri itu.
Departemen Pertanian Nebraska mengatakan pada hari Sabtu bahwa kasus flu burung ke-13 di negara bagian itu ditemukan di peternakan petelur di Kabupaten Dixon timur laut Nebraska, sekitar 120 mil (193 kilometer) utara Omaha, Nebraska.
Mengutip AP News, Senin (28/11/2022), sama seperti di peternakan lain di mana flu burung ditemukan tahun ini, ayam-ayam di peternakan Nebraska juga akan dibunuh untuk membatasi penyebaran penyakit tersebut.
Advertisement
Departemen Pertanian AS mengatakan, lebih dari 52,3 juta burung di 46 negara bagian -- sebagian besar ayam dan kalkun di peternakan komersial -- telah disembelih karena terjangkit wabah flu burung, tahun ini.
6,8 juta burung di 13 peternakan di Nebraska terdampak atas wabah tersebut. Jumlah tersebut menunjukkan, saat ini Nebraska berada di urutan kedua setelah 15,5 juta burung di Iowa yang terbunuh.
Di sebagian besar wabah flu burung yang lalu, sebagian besar virus mati selama musim panas. Akan tetapi, virus versi tahun ini menemukan cara untuk bertahan dan mulai muncul kembali pada musim gugur ini dengan lebih dari 6 juta burung terbunuh pada bulan September.
Virus ini terutama disebarkan oleh burung liar saat mereka bermigrasi ke seluruh negeri. Burung liar seringkali dapat membawa penyakit tanpa menunjukkan gejala. Virus menyebar melalui kotoran atau cairan hidung burung yang terinfeksi, yang dapat mencemari debu dan tanah.
Tindakan Pencegahan
Peternakan komersial telah mengambil sejumlah langkah untuk mencegah virus menginfeksi ternak mereka, termasuk mewajibkan pekerja untuk berganti pakaian sebelum memasuki lumbung dan mensterilkan truk saat memasuki peternakan, tetapi penyakit ini sulit dikendalikan.
Kebun binatang juga mengambil tindakan pencegahan dan menutup beberapa pameran untuk melindungi burung mereka.
Para pejabat mengatakan, ada sedikit risiko bagi kesehatan manusia dari virus tersebut karena kasus pada manusia sangat jarang dan unggas yang terinfeksi tidak diizinkan memasuki pasokan makanan negara. Terlebih, virus apa pun akan terbunuh dengan memasak unggas dengan benar hingga 165 derajat Fahrenheit (73.8 derajat Celcius).
Kendati demikian, wabah flu burung telah berkontribusi pada kenaikan harga ayam dan kalkun seiring dengan melonjaknya harga pakan dan bahan bakar.
Advertisement
Banyak Penguin Mati karena Flu Burung di Cape Town Afrika Selatan
Tak hanya di Amerika, flu burung juga menyebar hingga Afrika. Jumlah penguin yang mati karena flu burung di koloni di Pantai Boulders Cape Town, objek wisata populer dan tempat berkembang biak penting di Afrika Selatan, semakin meroket. Fenomena tersebut meningkatkan kekhawatiran terhadap nasib spesies tersebut dan burung laut lainnya.
David Roberts, seorang dokter hewan klinis di Yayasan Afrika Selatan untuk Konservasi Burung Pesisir, mengatakan setidaknya 28 dari sekitar 3.000 penguin di koloni itu telah mati karena penyakit itu sejak pertengahan Agustus.
"Kami telah mengkonfirmasi terjangkitnya flu burung pada 14 penguin Afrika sejak pertengahan Agustus," kata Roberts, seraya menambahkan bahwa setidaknya 14 penguin lainnya juga tertular virus tersebut, tetapi tidak diuji virusnya.
"Ini merupakan kelanjutan dari wabah yang terjadi tahun lalu dan mempengaruhi beberapa spesies burung laut yang berbeda dan saat ini kami cukup prihatin karena jumlah penguin yang terkena dan mati akibat penyakit ini terus meningkat," tambah Roberts, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (3/10/2022).
Otoritas lingkungan Afrika Selatan mengatakan, pada 16 September bahwa jenis flu burung yang sangat patogen mirip dengan yang terdeteksi pada tahun lalu di berbagai jenis burung laut liar, termasuk burung kormoran Cape dan burung dara laut.
Roberts mengatakan, para ilmuwan sedang memantau situasi karena belum diketahui bagaimana wabah tersebut akan berkembang ke depannya.
Untuk mengidentifikasi dan mengeluarkan burung yang sakit dari koloni, para ilmuwan Afrika Selatan melakukan tes atau mendiagnosis penguin berdasarkan gejalanya, kata Roberts. Burung yang sakit dan mati kemudian di-eutanasia (suntik mati) dan dikremasi untuk mengurangi penyebaran penyakit.
"Virus ini hampir tidak menyebabkan risiko apapun pada manusia, tetapi kami meminta masyarakat memastikan bahwa ketika mereka mengunjungi koloni itu, mereka mendisinfeksi sepatu mereka karena dapat menular antara koloni burung laut yang berbeda dan juga peternakan unggas," kata Kock.
Penyebab Flu Burung adalah Virus, Berikut Faktor Risiko Penularannya
Apakah flu burung dapat menular ke manusia?
Secara umum, penyebab flu burung adalah virus flu burung atau yang disebut virus H5N1. Sama halnya dengan virus penyebab penyakit COVID-19, virus H5N1 juga bermutasi dan memunculkan varian virus baru.
Dilansir dari lamar resmi WHO, muncul varian virus baru yang terdeteksi pada burung. Itu adalah virus avian influenza A atau virus H7N9.
Avian influenza A (H7N9) adalah subtipe virus influenza yang telah terdeteksi pada burung. Virus A (H7N9) ini sebelumnya tidak pernah terlihat pada hewan atau manusia sampai ditemukan pada bulan Maret 2013 di China.
Virus H7N9 merupakan virus penyebab flu burung yang yang dapat menular dari unggas ke manusia. Virus penyebab flu burung ini memiliki gejala mirip dengan virus H5N1 yaitu dimulai dengan demam tinggi dan pneumonia berat.
Namun, belum ditemukan adanya kemungkinan penyebaran dari manusia ke manusia lainnya. Dengan kata lain, virus ini menular melalui unggas atau masuk kategori penyakit zoonotik.
Untuk lebih memahami lagi mengenai penyebab flu burung yang dapat menyebar ke manusia, berikut rangkuman Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (5/9/2022).
Penulis: Safinatun Nikmah.
Advertisement