Sukses

Jerman Akan Permudah Syarat Jadi Warga Negaranya

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan reformasi peraturan kewarganegaraan negaranya

Liputan6.com, Berlin - Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan reformasi peraturan kewarganegaraan negaranya, sehari setelah Kementerian Dalam Negeri mengatakan rancangan undang-undang tentang proses kewarganegaraan "sudah siap".

“Naturalisasi membutuhkan aturan yang lebih baik,” kata Scholz dalam twit pada Sabtu kemarin.

“Ini tentang rasa hormat dan, tentu saja, tentang kemakmuran kita. Karena semua wanita dan pria ini berkontribusi pada ekonomi kita. Ada baiknya jika mereka juga memilih kewarganegaraan Jerman,” ujarnya.

Dalam pesan video, Scholz menekankan peran integral yang dimainkan para imigran dalam membangun kembali dan memperkuat Jerman, menurut laporan media.

“Jerman telah menjadi negara harapan bagi banyak orang,” kata kanselir, dikutip dari Politico, Selasa (29/11/2022).

“Perempuan dan laki-laki dan terkadang anak-anak yang datang ke Jerman dan mereka memberikan kontribusi besar dalam membuat perekonomian kita sekuat sekarang ini.”

Mengubah aturan kewarganegaraan adalah salah satu reformasi yang dijanjikannya saat mulai menjabat pada Desember 2021.

Surat kabar Jerman Bild pada Jumat kemarin melaporkan bahwa Kementerian Dalam Negeri sedang mempersiapkan rancangan undang-undang yang akan memungkinkan orang asing yang tinggal di Jerman untuk mengajukan naturalisasi setelah lima tahun, bukan delapan tahun. Kementerian mengatakan, proposal masih dalam pembahasan, menurut laporan itu.

Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mengatakan bahwa mengurangi waktu tunggu untuk memenuhi syarat kewarganegaraan adalah "insentif demi integrasi," lapor Associated Press.

“Kami adalah negara imigrasi yang beragam dan modern, dan saya pikir undang-undang harus mencerminkan hal itu,” katanya.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa rancangan undang-undang "sudah siap," lapor AP.

2 dari 4 halaman

Krisis Energi Jerman

Sementara itu, perang di Ukraina menyadarkan Jerman bahwa mereka tidak akan pernah lagi mengimpor energi dari Rusia. Lantas, bagaimana cara Jerman agar tidak bergantung pada Rusia?

Mulai pekan ini, pembangkit listrik tenaga batu bara Jerman kembali beroperasi. Pembangit listrik ini sebelumnya dihentikan karena dampak iklim yang sangat merugikan dunia. Jerman memiliki program untuk menghapus semua listrik yang dihasilkan batu bara pada tahun 2038.

Namun, sekarang pemerintah Jerman menelan pil pahit untuk mengizinkan pembangkit listrik tenaga batu bara kembali beroperasi. Diharapkan keputusan ini akan menggantikan listrik berbahan bakar gas yang saat ini mencapai sekitar 10% dari keseluruhan bauran konsumsi energi Jerman.

Kanselir Olaf Scholz berbicara tentang tindakan darurat sementara "diberlakukan untuk waktu yang sangat singkat yang tidak mengambil apa pun dari target iklim kita."

Ia juga menyebut, "apa yang tidak boleh terjadi adalah kita meluncur ke kebangkitan global energi fosil, dan khususnya batu bara.”

Komitmen ini seolah berbanding terbalik dengan data global pada tahun lalu yang menunjukan bahwa dunia menggunakan begitu banyak batu bara untuk menghasilkan listrik. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa pola permintaan tinggi dan produksi tinggi yang sama akan terulang tahun ini.

Alexander Bethe, Ketua Dewan Asosiasi Importir Batu Bara yang berbasis di Berlin, yakin akan hal itu. "Musim dingin ini, kami pasti akan mengimpor lebih dari 30 juta ton batu bara keras untuk menjaga pembangkit listrik kami tetap beroperasi. Itu berarti 11% sampai 2021," paparnya.

Sebelum perang di Ukraina, 50% batu bara untuk pembangkit listrik Jerman diimpor dari Rusia. Namun, pada tanggal 9 April lalu, Uni Eropa memberi sanksi Rusia dengan melarang penjualan dan impor batu bara dan minyak, meski sanksi itu tidak diimplementasikan dengan segera. Pengiriman minyak akan dilakukan hingga akhir tahun, sedangkan pengiriman batu bara hanya dapat dilakukan dan dibongkar hingga 10 Agustus 2022.

3 dari 4 halaman

Menemukan Pasokan Lain

Menemukan pemasok lain bukanlah masalah, hal ini yang dipaparkan oleh importir batu bara di Jerman. Bethe menyebut sejumlah negara seperti Afrika Selatan, Australia, AS, Kolombia, dan Indonesia dapat menjadi opsi impor batu bara. Namun, berbagai jenis batu bara dari masing-masing negara memiliki karakteristik dan kualitas yang berbeda, jelasnya. Sangat penting untuk melihat campuran mana yang terbaik untuk pembangkit listrik Jerman. Dan uji mengenai hal itu sedang berlangsung.

Kendala dari upaya menghidupkan kembali pembangit listrik tenaga batu bara ada pada jalur transportasi pengiriman. Pelabuhan laut besar seperti Amsterdam, Rotterdam, dan Antwerpen telah dipesan. Rute pelayaran darat yang membawa batu bara dengan kapal atau kereta api dari pelabuhan besar ke pembangkit listrik sangat terbatas. Hal ini karena kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Jumlah tenaga kerja telah dikurangi sejalan dengan tujuan Jerman untuk menghapus batu bara secara bertahap pada tahun 2038. Opsi jalur pengiriman melalui sungai juga memiliki kendalanya sendiri. Sepertiga dari impor batu bara Jerman berasal dari Sungai Rhine. Namun, pada saat musim kemarau ketinggian air di sana sangat rendah sehingga kapal hanya dapat berlayar pada 30% hingga 40% dari kapasitas muatannya.

4 dari 4 halaman

Kenaikan Harga Batu Bara

Pada awal tahun 2021, satu ton batu bara keras dijual seharga 64 dolar AS (setara Rp954.000) di pasar dunia. Sekarang, harganya telah naik mendekati 400 dolar AS (setara Rp5.959.000). Sekitar 7,4 miliar ton batu bara keras ditambang tahun lalu, setengahnya berasal dari Cina. Namun, negara-negara penambang batu bara memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka sendiri terlebih dahulu,dan hanya 1 miliar ton yang akhirnya diperdagangkan di pasar global.

Mengingat fakta bahwa harga listrik meningkat secara dramatis, ada insentif besar bagi operator pembangkit tenaga batu bara yang dinonaktifkan untuk melakukan segala upaya guna memulihkan pasokan listrik Jerman. Operator pertama yang melakukannya adalah pabrik Mehrum di Jerman tengah. Yang lain mengatakan mereka berniat untuk mengikutinya.

Pemasok energi Jerman, EnBW, hanya ingin mempertahankan satu pabrik beroperasi lebih lama dari yang direncanakan sebelumnya. Lima pabrik lain yang telah dimatikan karena terlalu tua dan ketinggalan zaman untuk diaktifkan kembali.