Liputan6.com, Daraa - Pemimpin kelompok ISIS, Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurayshi, dilaporkan tewas dalam pertempuran baru-baru ini, kata juru bicara kelompok itu dalam audio yang dirilis Rabu 30 November 2022. Kendati demikian tidak ada rincian lebih lanjut.
Al-Qurayshi adalah pemimpin ISIS kedua yang terbunuh tahun ini pada saat kelompok ekstremis itu mencoba bangkit kembali dengan sel-sel tidurnya dengan melakukan serangan mematikan di Irak dan Suriah. Afiliasinya di Afghanistan juga mengklaim serangan yang menewaskan puluhan orang dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga
Militer AS mengatakan al-Qurayshi pemimpin ISIS itu terbunuh pada pertengahan Oktober, menambahkan bahwa operasi itu dilakukan oleh pemberontak Suriah di provinsi selatan Suriah Daraa. Tidak jelas mengapa pengumuman itu dilakukan pada hari Rabu, lebih dari sebulan setelah al-Qurayshi terbunuh.
Advertisement
"ISIS tetap menjadi ancaman bagi wilayah tersebut,” kata Central Command (CENTCOM)/Komando Pusat AS seperti dikutip dari Associated Press, Kamis (1/12/2022).
"CENTCOM dan mitra kami tetap fokus pada kekalahan abadi ISIS."
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, sebuah pemantau perang oposisi, melaporkan pada pertengahan Oktober, bahwa pemberontak Suriah yang sebelumnya berdamai dengan pemerintah membunuh sekelompok militan ISIS di desa selatan Jassem di Provinsi Daraa.
Mereka termasuk seorang komandan yang diidentifikasi sebagai warga negara Irak bersama dengan seorang militan Lebanon dan lainnya, kata observatorium itu, menambahkan bahwa salah satu militan ISIS meledakkan sabuk peledak yang dia kenakan selama bentrokan.
Kematian Sang Pemimpin, Pukulan Bagi ISIS
Sedikit yang diketahui tentang al-Qurayshi, yang mengambil alih kepemimpinan kelompok tersebut setelah kematian pendahulunya, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, dalam serangan AS pada Februari di barat laut Suriah.
Tak satu pun dari al-Qurayshi itu diyakini terkait. Al-Qurayshi bukanlah nama asli mereka tetapi berasal dari Quraisy, nama suku yang dimiliki Nabi Muhammad dalam Islam. ISIS mengklaim para pemimpinnya berasal dari suku ini dan "al-Qurayshi" berfungsi sebagai bagian dari nama pemimpin ISIS.
Kematian itu menandai pukulan bagi kelompok yang dikalahkan di Irak pada 2017 dan di Suriah dua tahun kemudian.
Pengumuman oleh juru bicara ISIS Abu Omar al-Muhajer mengekuka pada saat ISIS mencoba melakukan serangan mematikan di beberapa bagian Suriah dan Irak, yang pernah dinyatakan oleh ekstremis itu sebagai kekhalifahan.
"Dia mati melawan musuh Tuhan, membunuh beberapa dari mereka sebelum dibunuh seperti seorang pria di medan perang," kata al-Muhajer.
Advertisement
Sang Pengganti, Putra Setia ISIS
Al-Muhajer mengatakan Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurayshi ditunjuk sebagai pemimpin baru kelompok itu.
"Dia adalah salah satu prajurit veteran dan salah satu putra setia ISIS," kata al-Muhajer. Sedikit juga yang diketahui tentang Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurayshi.
Ditanya di Washington tentang kematian al-Qurayshi, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengatakan: "Kami tentu menyambut baik berita kematian pemimpin ISIS lainnya. Saya tidak memiliki detail operasional tambahan untuk diberikan saat ini."
Al-Qurayshi adalah pemimpin ketiga yang terbunuh sejak pendiri Abu Bakr al-Baghdadi diburu oleh Amerika dalam serangan di barat laut pada Oktober 2019.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Serangan ISIS Lainnya
Pada Rabu 30 November, sebuah ledakan bom menghantam sebuah sekolah agama di Afghanistan utara menewaskan sedikitnya 10 siswa, kata seorang pejabat Taliban. Tidak ada klaim tanggung jawab segera tetapi afiliasi
Afghanistan dari ISIS telah melancarkan kampanye kekerasan yang meningkat sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021.
Awal bulan ini, militan ISIS menyerang posisi tentara Irak di gubernuran barat laut Kirkuk, menewaskan empat tentara.
Kelompok ISIS memisahkan diri dari Al-Qaeda sekitar satu dekade lalu dan akhirnya menguasai sebagian besar Suriah utara dan timur serta Irak utara dan barat. Pada tahun 2014, para ekstremis mendeklarasikan apa yang disebut kekhalifahan mereka, menarik pendukung dari seluruh dunia.
Pada tahun-tahun berikutnya, mereka mengklaim serangan di seluruh dunia yang menewaskan dan melukai ratusan orang sebelum diserang dari berbagai sisi. Kelompok itu menggunakan media sosial untuk menunjukkan kepada dunia kebrutalannya, merilis video orang-orang yang dipenggal, ditenggelamkan hidup-hidup di kolam sambil dikurung di kandang logam atau dibakar setelah disiram bensin.
Pada Maret 2019, pejuang Suriah yang didukung AS merebut sebidang tanah terakhir yang pernah dikuasai para ekstremis di Provinsi Deir el-Zour di Suriah timur yang berbatasan dengan Irak. Sejak itu, ISIS telah melakukan serangan sporadis.
Advertisement