Sukses

Jepang Resmi Larang Pernikahan Sesama Jenis

Pengadilan Tokyo memutuskan larangan pernikahan sesama jenis adalah hal yang konstitusional.

, Tokyo - Rabu (1/12/2022) menjadi momen Pengadilan Tokyo memutuskan larangan pernikahan sesama jenis adalah hal yang konstitusional. Selain itu, juga mengatakan bahwa tidak adanya sistem hukum bagi pasangan sesama jenis untuk membentuk keluarga adalah hal yang melanggar hak asasi manusia.

Laporan DW Indonesia menyebut, banyak juru kampanye LGBTQ memuji keputusan yang agak kontradiktif itu, sebagai tonggak baru untuk hak sesama jenis di negara konservatif itu.

Komunitas LGBTQ di Jepang telah berupaya memperkuat kesetaraan pernikahan di negara tersebut melalui putusan pengadilan.

Sebelumnya pada tahun 2021, Pengadilan Sapporo untuk pertama kalinya menganggap pelarangan pernikahan sesama jenis adalah hal yang tidak konstitusional. Namun, putusan itu dibatalkan ketika Pengadilan Osaka memutuskan pada tahun 2022 bahwa larangan pernikahan sesama jenis itu sah.

Jepang adalah satu-satunya anggota G7, sebuah negara industri maju yang mempertahankan larangan pernikahan sesama jenis. 

Apa Isi Putusan Pengadilan Tokyo?

Putusan Pengadilan Distrik Tokyo yang sangat ditunggu-tunggu melihat kurangnya undang-undang yang melindungi hak pasangan sesama jenis untuk membentuk keluarga, sebagai pelanggaran konstitusional.

Pengadilan juga menolak tuntutan penggugat masing-masing sebesar 1 juta yen (sekitar Rp113 juta). Namun, sebagian besar komunitas LGBTQ merayakan keputusan tersebut sebagai kemenangan parsial.

"Saya senang keputusan itu mengakui kami memiliki hak untuk menjadi keluarga," kata salah satu penggugat, Chizuka Oe, dalam konferensi pers. Dia mengatakan pasangannya yang sudah bersamanya lebih dari 20 tahun "adalah keluarga saya yang tak ternilai, tidak peduli apa kata orang," seraya menekankan bahwa "ini baru permulaan."

 

2 dari 4 halaman

Seperti apa hak LGBTQ di Jepang?

Seperti beberapa negara di Asia, budaya konservatif Jepang kurang ramah terhadap LGBTQ.

Baru bulan ini, Tokyo mulai mengeluarkan sertifikat untuk mengakui pasangan sesama jenis. Sertifikat tersebut memungkinkan mereka untuk mengajukan perumahan umum dan menjadi penerima manfaat dalam asuransi mobil dan jiwa.

Lebih dari 200 kota kecil di seluruh negeri telah menerapkan langkah serupa sejak 2015.

Meskipun mereka dapat membantu pasangan sesama jenis, tindakan tersebut tidak sama dengan hak yang disahkan oleh pernikahan.

3 dari 4 halaman

Singapura Kini Cabut Tindak Kriminal untuk Seks Gay

Sementara itu, Parlemen Singapura pada Selasa 29 November 2022 mendekriminalisasi seks antara laki-laki atau gay.

Kendati demikian sebagai pukulan bagi komunitas LGBT, Singapura juga mengubah konstitusi untuk mencegah gugatan pengadilan yang di negara lain telah mengarah pada legalisasi pernikahan sesama jenis.

Langkah itu dilakukan ketika bagian lain di Asia, termasuk Taiwan, Thailand, dan India, mengakui lebih banyak hak untuk komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Aktivis menyambut pencabutan aturan itu, tetapi mengatakan amandemen konstitusi mengecewakan karena itu berarti warga negara tidak akan dapat mengajukan gugatan hukum terhadap isu-isu seperti definisi pernikahan, keluarga, dan kebijakan terkait, karena ini hanya akan diputuskan secara eksekutif dan legislatif.

Pemerintah Singapura membela amandemen konstitusi, dengan mengatakan keputusan tentang masalah seperti itu tidak boleh dipimpin oleh pengadilan. Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan penggantinya telah mengesampingkan setiap perubahan terhadap definisi hukum pernikahan saat ini antara pria dan wanita.

"Kami akan mencoba dan menjaga keseimbangan… untuk menegakkan masyarakat yang stabil dengan nilai-nilai keluarga heteroseksual tradisional, tetapi dengan ruang bagi kaum homoseksual untuk menjalani hidup mereka dan berkontribusi pada masyarakat," kata Menteri Dalam Negeri Singapura K. Shanmugam di parlemen minggu ini seperti dikutip dari CNN, Rabu (30/11/2022).

Baik pencabutan maupun amandemen konstitusi disahkan dengan suara mayoritas, berkat dominasi People’s Action Party yang berkuasa di parlemen. Belum ada batas waktu kapan undang-undang baru itu berlaku.

Selengkapnya di sini...

4 dari 4 halaman

Taiwan Menggelar Pernikahan Sesama Jenis Pertama di Asia

Jumat 24 Mei 2019, Taiwan menggelar upacara pernikahan sesama jenis yang pertama di Asia.

Para pasangan sesama jenis itu itu melangsungkan upacara pernikahan yang meriah dan penuh haru, menandai puncak perjuangan kesetaraan selama tiga dasawarsa, kantor berita AFP melaporkan.

Pernikahan itu menempatkan Taiwan di garda depan gerakan persamaan hak kaum sesama jenis yang merebak di Asia. Sepekan sebelumnya, para legislator Taiwan melegalkan pernikahan sesama jenis di tengah perlawanan keras dari kelompok oposisi.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (25/5/2019), puluhan pasangan sesama jenis menjadi yang pertama tiba di sebuah kantor pemerintah di pusat Kota Taipei untuk secara hukum mendaftarkan sebagai pasangan suami-istri resmi.

Mereka saling berpelukan dan berciuman di depan para wartawan. Kemudian, menunjukkan surat nikah serta kartu tanda penduduk yang baru menunjukkan status pernikahan mereka legal di Taiwan.

Salah satu dari pasangan sesama jenis yang mengikat janji hari ini adalah pekerja sosial Huang Mei-yu dan pasangannya You Ya-ting.

Mereka sudah menerima pemberkatan pernikahan oleh seorang pendeta Buddha yang progresif pada 2012. Namun mereka tetap ingin mendapatkan pengesahan secara hukum layaknya pernikahan heteroseksual.

“Sebenarnya terlambat, tapi saya tetap bahagia bisa menikah saat ini,” kata Huang setelah menandatangani surat nikah, menggenggam karangan bunga dan tampak senang.

Pengakuan secara hukum atas cinta mereka, katanya, adalah langkah penting dan membantu lainnya untuk menerima hubungan mereka.

“Karena sekarang pernikahan sesame jenis sudah diakui secara hukum, saya pikir orang tua saya akhirnya akan berpikir ini nyata dan berhenti membujuk saya untuk menikah (dengan seorang pria),” kata Huang.

Pasangan Pertama yang Dinikahkan

Shane Lin dan Marc Yuan, pasangan yang jatuh cinta saat di perguruan tinggi, menjadi pasangan pertama yang mendaftarkan pernikahan.

"Bukan perjalanan yang mudah dan saya sangat beruntung mendapat dukungan dari pasangan saya, keluarga dan teman," kata Lin kepada wartawan sambil menangis terharu.

"Hari ini saya bisa mengatakan di hadapan banyak orang bahwa kami pasangan sejenis dan kami akan menikah. Saya sangat bangga dengan negara saya yang progresif," kata Marc menambahkan.