Liputan6.com, New Delhi - India secara resmi mengambil perannya sebagai ketua Kelompok 20 Ekonomi Terkemuka (G20) untuk tahun yang akan datang pada hari Kamis (1/12) dan menempatkan iklim sebagai prioritas utama kelompok tersebut.
Program-program untuk mendorong kehidupan dan keuangan yang berkelanjutan bagi negara-negara yang beralih ke energi bersih dan mengatasi dampak pemanasan dunia adalah beberapa bidang utama yang akan menjadi fokus India selama masa kepresidenannya, kata para ahli.
Baca Juga
Beberapa pihak mengatakan India juga akan menggunakan posisi barunya untuk meningkatkan kredensial iklimnya dan bertindak sebagai jembatan antara kepentingan negara industri dan negara berkembang, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (1/12/2022).
Advertisement
Negara ini telah mengambil banyak langkah untuk mencapai sasaran iklimnya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi saat ini masih menjadi salah satu penghasil emisi gas terbesar di dunia.
G20, yang terdiri dari 20 ekonomi terbesar di dunia, memiliki kepresidenan bergilir yang bertanggung jawab atas agenda dan prioritas kelompok tersebut setiap tahunnya. Para ahli yakin India akan menggunakan kepresidenan G20-nya untuk memajukan rencana iklim dan pembangunannya.
India telah meningkatkan kredensial iklimnya, dengan target-target domestiknya baru-baru ini untuk beralih ke energi terbarukan yang lebih ambisius daripada target-target yang diajukannya ke PBB sebagai bagian dari Perjanjian Paris, yang mengharuskan negara-negara menunjukkan bagaimana mereka berencana membatasi pemanasan hingga target suhu yang ditetapkan pada tahun 2015.
Kritik Analis
Para analis mengatakan ambisi dan tindakan iklim India tidak sejalan dengan target-target mereka. Banyak industrialis besar India berinvestasi dalam energi terbarukan di dalam negeri maupun global, tetapi pemerintah India juga bersiap untuk berinvestasi dalam pembangkit listrik berbasis batu bara dengan biaya $33 miliar selama empat tahun ke depan.
Pada konferensi iklim PBB bulan lalu, India yang saat ini merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, mengusulkan penghentian penggunaan semua bahan bakar fosil dan berulang kali menekankan perlunya mengubah keuangan iklim global.
Negara itu mengatakan tidak dapat mencapai tujuan iklimnya dan mengurangi emisi karbon dioksida tanpa pendanaan yang jauh lebih banyak daripada negara-negara kaya, sebuah klaim yang disengketakan oleh negara-negara tersebut.
Advertisement
India Ambil Alih Kepresidenan G20
Perhelatan KTT G20 telah berakhir. Kelompok 20 ekonomi terkemuka itu menyatakan bahwa sebagian besar dari mereka mengutuk keras perang di Ukraina dan memperingatkan bahwa konflik tersebut semakin merapuhkan ekonomi dunia.
Mengambil palu dari Presiden Indonesia Joko Widodo, Perdana Menteri India Narendra Modi, yang negaranya akan mengambil alih kursi kepresidenan G20, mengatakan India akan berusaha "memajukan inisiatif Indonesia yang terpuji."
“Hadirin yang terhormat, India memikul tanggung jawab G20 pada saat dunia menghadapi ketegangan geopolitik, resesi ekonomi, kenaikan harga pangan dan energi, sekaligus efek buruk jangka panjang akibat pandemi,” kata Modi.
Deklarasi penutupan KTT pada Rabu sore sangat penting dalam menyoroti perang itu mengingat perpecahan di antara kelompok tersebut, yang tidak hanya mencakup Rusia tetapi juga negara-negara seperti China dan India yang memiliki hubungan perdagangan yang signifikan dengan Rusia. Kedua negara tidak mengecam secara langsung perang tersebut.
Namun, KTT itu mengakui "ada pandangan lain dan penilaian yang berbeda" dan menyatakan bahwa G20 "bukan forum untuk menyelesaikan masalah keamanan."