Sukses

WHO: Lalai Prokes Bisa Munculkan COVID Varian Baru

WHO mengatakan bahwa kelalaian prokes bisa berpotensi menyebabkan COVID-19 varian baru.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat (2/12), mengatakan kesenjangan strategi untuk mengatasi COVID-19 pada tahun ini terus menciptakan kondisi yang sempurna untuk memunculkan varian baru yang mematikan. Beberapa bagian China menjadi saksi peningkatan infeksi tersebut.

Dikutip VOA Indonesia, Minggu (4/12/2022), Tedros mengatakan hal tersebut hanya beberapa bulan setelah dia berpendapat dunia tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi.

"Kami semakin dekat untuk mengatakan bahwa fase darurat pandemi telah berakhir, tetapi kami belum sampai di sana," kata Tedros pada Jumat (2/12).

WHO memperkirakan bahwa sekitar 90 persen populasi dunia sekarang memiliki tingkat kekebalan tertentu terhadap SARS-COV-2, baik karena infeksi atau vaksinasi sebelumnya.

"Kesenjangan dalam pengujian ... dan vaksinasi terus menciptakan kondisi sempurna untuk munculnya varian baru yang dapat menyebabkan kematian yang signifikan," kata Tedros.

Infeksi COVID-19 mencapai rekor tertinggi di China dan mulai meningkat di beberapa bagian Inggris setelah beberapa bulan sempat menurun.

 

2 dari 4 halaman

Desakan WHO

Pelonggaran lebih lanjut dari persyaratan pengujian COVID-19 dan aturan karantina di beberapa kota di China disambut dengan campuran kelegaan dan kekhawatiran pada Jumat. Ratusan juta orang di negara tersebut menunggu perubahan kebijakan pemerintah terkait penanganan virus corona setelah kerusuhan sosial semakin meluas di negara tersebut.

"Sementara COVID-19 dan flu dapat menjadi infeksi ringan bagi banyak orang, kita tidak boleh lupa bahwa mereka dapat menyebabkan penyakit parah atau bahkan kematian bagi mereka yang paling rentan di komunitas kita," kata Mary Ramsay, Direktur Program Kesehatan Masyarakat di Badan Keamanan Kesehatan Inggris.

WHO mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk fokus menjangkau mereka yang berisiko, seperti orang yang berusia di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki kondisi yang masuk dalam kategori berisiko, untuk segera mendapatkan vaksinasi.

3 dari 4 halaman

Angka COVID-19 di Indonesia

Sementara itu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, kemarin 1 Desember 2022, memberitakan kabar terkini kasus COVID-19. Ia mengatakan bahwa gelombang COVID-19 kali ini sudah melewati puncaknya.

“Kasus COVID-19 sedang naik tapi pengamatan kita sudah sampai di puncak," kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Hal tersebut Budi sampaikan berdasarkan data positivity rate (proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites COVID-19) di Tanah Air. Positivity rate menjadi tolok ukur karena tak semua masyarakat melakukan tes COVID-19 dan melapor bila positif terpapar Virus Corona.

"Positivity rate, kalau tes sedikit kelihatan positivity rate-nya tinggi, makanya kita lihat dari angka itu. Sekarang positivity rate kita turun di seluruh Indonesia dan provinsi besar seharusnya seminggu dua minggu turun. Secara saintifik, ini turun karena portofolio dari varian baru," jelas Budi.

4 dari 4 halaman

Alami Kenaikan Tertinggi di Asia Tenggara

Bila merujuk pernyataan Budi, kasus COVID-19 sudah melewati puncak sehingga kasus bakal turun. Namun, jika melihat data wilayah Asia Tenggara, penambahan kasus kita masih tertinggi pada periode 21 hingga 27 November 2022.

Dalam data yang diterbitkan COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 120 per 30 November 2022 itu, penambahan kasus di Indonesia tertinggi. Penambahan kasus baru sebanyak 41.877 atau 15,3 kasus baru per 100.000 penduduk. Memang terjadi penurunan 11 persen dibanding pekan sebelumnya tapi tetap jadi negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di Asia Tenggara.

Tepat di bawah Indonesia, penambahan kasus terbanyak pekan 21 - 27 November 2022 terjadi di Thailand dan India. Rincian data penambahan kasus di kedua negara tersebut adalah: 

- Thailand melaporkan 4.914 kasus baru atau 7 kasus baru per 100.000 penduduk, artinya bertambah 24 persen.

- India melaporkan penambahan 2.547 kasus baru atau kurang dari satu kasus baru per 100.000, berkurang 3 persen.

Selengkapnya di sini..