Liputan6.com, Jakarta - Merayakan ulang tahunnya yang ke-23 tahun ini, The Habibie Center (THC) mengadakan seminar tentang ASEAN Chairmanship yang akan dipegang Indonesia tahun depan.
THC didirakan oleh Mantan Presiden RI Baharuddin Jusuf Habibie pada 10 November 1999 dengan visi memajukan usaha modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang berdasar pada moralitas, budaya, dan nilai-nilai agama.
Sebagai organisasi independen yang mengkaji isu-isu demokrasi, THC berpendapat bahwa 2022-2023 adalah tahun yang monumental untuk Indonesia sebagai pemimpin pertemuan internasional – G20 2022 dan ASEAN Chairmanship 2023.
Advertisement
Presidensi G20 Indonesia 2022 telah memimpin dan memfasilitasi forum global untuk berkolaborasi menangani tiga isu prioritas, yaitu kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan.
Akhir tahun ini, Indonesia menerima estafet kepemimpinan ASEAN dari Kamboja. Sementara kondisi ASEAN saat ini berada di tengah konflik geopolitik yang memanas secara global (seperti invasi Rusia) dan regional, di Asia Tenggara -- khususnya yang terjadi di Myanmar.
Maka, penting untuk membahas bagaimana Indonesia akan memimpin ASEAN setahun ke depan, dikutip dari pernyataan tertulis THC, Kamis (8/12/2022).
Seminar yang dihadiri oleh mitra nasional dan internasional THC ini berlangsung di Le Meridien Hotel, Jakarta pada Rabu, 8 Desember 2022.
Seminar tersebut terbagi menjadi dua sesi, yaitu ASEAN Centrality dan ketegangan geopolitik global, serta tantangan regional Indonesia di ASEAN Chairmanship.
Tantangan Regional Indonesia di ASEAN Chairmanship
Rabu siang, seminar internasional berjudul Democracy and Leadership: Priorities and Challenges for Indonesia’s Chairmanship in ASEAN 2023 berlangsung selama tiga jam.
Seminar ini dihadiri oleh Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Diplomasi Kawasan I Gede Ngurah Swajaya, Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional Andi Widjajanto, Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri, dan Wakil Indonesia untuk Komisi HAM Antarpemerintah ASEAN Yuyun Wahyuningrum.
Sesi seminar ini membahas tentang tantangan regional Indonesia di ASEAN Chairmanship 2023.
Mengutip pernyataan tertulis THC, termasuk tantangan besar yang akan dihadapi Indonesia adalah menjadi media untuk resolusi konflik Myanmar.
Dengan ketidakstabilan politik dan kekerasan yang terjadi di seluruh daerah Myanmar, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif untuk menyelesaikan akar permasalahan dari konflik berbasis etnis itu.
Terlebih, para pengamat menganggap Five Point Concensus telah gagal. Indonesia harus memastikan komitmen seluruh pihak terkait dalam menangani krisis Myanmar untuk mematuhi konsensus itu, atau mengeksplorasi mekanisme baru untuk mengatasi konflik.
Advertisement
Tantangan Global
Sesi berikutnya, berjudul Reconsidering ASEAN Centrality: Global Geopolitical Tensions and Indonesia’s 2023 Chairmanship in ASEAN.
Dalam sesi sore itu, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Perwira TNI AD Kolonel Frega Wenas, dan Professor Hubungan Internasional National Chengchi University Taiwan Lee Chyung-Lee menjadi panelis diskusi.
ASEAN Centrality merupakan tema yang dipilih Indonesia dalam ASEAN Chairmanship 2023. Dalam sesi ini, para panelis membahas bagaimana untuk meningkatkan ASEAN di tengah konflik global yang sedang terjadi.
“Di samping mengahadapi tantangan internal, peran Indonesia juga dicermati dalam mengatasi isu-isu global terkini, seperti konflik Rusia-Ukraina, ancaman nuklir Korea Utara, dan stabilitas Selat Taiwan,” tulis THC.
Melalui ASEAN Chairmanship, Indonesia memegang mandat sebagai mediator ASEAN dalam merespons isu tersebut. Kepemimpinan ini menguji bagaimana Indonesia mengatur integritasnya di dunia internasional.
Sekilas tentang The Habiebie Center
23 tahun silam, B.J. Habibie mendirikan The Habibie Center di Jakarta.
Sebagai seorang mantan Presiden, Habibie percaya bahwa demokrasi adalah konsep yang harus terus dikembangkan demi Indonesia modern.
Ia menyadari, adanya kebutuhan untuk mendirikan sebuah institusi yang berdedikasi untuk mempromosikan dan mengembangkan konsep demokrasi di Indonesia. Habibie merealisasikan pemikirannya itu dengan mendirikan The Habibie Center, dikutip dari laman resmi The Habibie Center.
Institusi ini dibentuk sebagai lembaga think-tank yang independen -- non-profit, non-pemerintahan -- dengan visi memajukan usaha modernisasi dan demokratisasi di Indonesia.
Usaha yang dilakukan, di antaranya dengan mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia. Selain itu, usaha-usaha sosial terkait pengelolaan sumber daya manusia dan teknologi juga dilakukan.
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement