Sukses

Demi Jadi Volunteer Piala Dunia 2022, Mahasiswa Indonesia Tunda Pulang ke RI

Euforia Piala Dunia 2022 ternyata juga melanda warga negara Indonesia (WNI) di Qatar, sampai mengurungkan niatnya pulang ke Tanah Air. Ini kisah selengkapnya.

Liputan6.com, Doha - Euforia Piala Dunia 2022 ternyata juga melanda warga negara Indonesia (WNI) di Qatar, sampai mengurungkan niatnya pulang ke Tanah Air.

Adalah Hendriyadi, mahasiswa asal Indonesia yang menunda kepulangan demi bisa ambil bagian dalam turnamen sepak bola paling bergengsi sejagat itu. Sebetulnya ia baru saja menuntaskan program Master of Arts in Women, Society, and Development di Hamad Bin Khalifa University, tapi menyempatkan diri tetap bertahan di Qatar selama menunaikan tugasnya sebagai volunteer Piala Dunia 2022.

Perhelatan Piala Dunia 2022 Qatar diwarnai sumbangsih sekitar 20 ribu volunteer atau sukarelawan, termasuk salah satunya Hendriyadi seorang mahasiswa asal Indonesia.

"Sebetulnya baru aja lulus, tapi kapan lagi bisa terlibat dengan mega-event seperti ini?" kata Hendri mengutarakan alasan singkatnya menjadi volunteer Piala Dunia 2022 saat ditemui di Doha, Senin 5 Desember 2022 seperti dikutip dari Antara.

WNI asal Makassar itu merupakan satu dari sedikitnya 70 warga negara Indonesia yang menurut pantauan Kedutaan Besar RI Doha telah melaporkan keterlibatan mereka sebagai volunteer Piala Dunia 2022 Qatar.

Hendri yang sempat memimpin Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Qatar tersebut telah mengajukan pendaftaran sebagai volunteer Piala Dunia 2022 sejak awal tahun ini, dan mulai menerima pelatihan daring medio September serta secara tatap muka sekitar sebulan sebelum penyelenggaraan.

Ia memperoleh tugas sebagai Sustainability Venue Coordinator di dua arena pertandingan yakni Stadion Khalifa International dan Stadion Al Janoub.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bertugas di Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas

Hendri menjelaskan beberapa tugasnya adalah untuk memastikan fasilitas aksesibilitas yang disediakan untuk penyandang disabilitas maupun orang-orang yang tengah mengalami cedera dan menggunakan kursi roda bisa dijangkau serta dimanfaatkan secara baik.

"Perihal aksesibilitas ini terkadang memang suka di-overlooked (terabaikan), apalagi di event-event besar. Jadi tugas saya ya memastikan apalah sedari tiba mereka penonton ini sudah memperoleh fasilitas bus khusus, kemudian dijemput golf cart dari titik penurunan menuju pemeriksaan, sampai ramp menuju ke dalam stadion," ujarnya.

Selain memastikan layanan aksesibilitas, Hendri juga memiliki tugas untuk mengelola titik-titik kran air minum di dua stadion tersebut serta area merokok.

Ini bukan kali pertama Hendri terlibat dalam aktivitas volunteering, sebab semasa di Indonesia pun ia kerap ambil bagian dalam kerja-kerja kesukarelawanan.

Tahun lalu, Hendri juga sudah menjadi salah satu volunteer saat Qatar menjadi tuan rumah Piala Arab 2021.

 

 

3 dari 4 halaman

Meninggalkan Kesan Tersendiri

Bagi Hendri, aktivitas sukarelawan selalu meninggalkan kesan tersendiri dan menjadi kesempatan besar untuk menjalin jejaring baru. Untuk Piala Dunia 2022 misalnya, ia memimpin tim yang berisikan seorang CEO perusahaan Qatar.

"Dia kemarin mewakili Qatar untuk ikut dalam Konferensi Perubahan Iklim COP27. Bayangkan seorang CEO yang sudah mencapai level itu masih mau ikut jadi volunteer, dan saya suruh-suruh pula kan," ujar Hendri tanpa berkenan membeberkan siapa sosok CEO yang dimaksud.

Lebih dari itu, Hendri seperti kebanyakan volunteer yang berasal dari kalangan diaspora berbagai negara, menilai bahwa menjadi volunteer Piala Dunia 2022 adalah caranya membalas budi atas apa yang diperolehnya dari Qatar selama ini.

"Rasanya semua volunteer dari diaspora sepakat bahwa ini kesempatan kami giving back to community, giving back to Qatar," tutup Hendri.

4 dari 4 halaman

Kala Piala Dunia 2022 Qatar Memudahkan Muslim Cari Musala untuk Ibadah

Qatar menjadi lokasi Piala Dunia edisi ke-22 sekaligus menjadi menjadi yang kedua digelar di benua Asia. Sebelumnya ada Qatar, Korea Selatan dan Jepang, tuan rumah bersama pada Piala Dunia 2002.

Salah satu aspek positif penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar bagi suporter muslim adalah kemudahan mencari musala di stadion-stadion tiap kali menonton pertandingan.

Mengutip Antara, Sabtu (10/12/2022), hal itu diketahui karena panitia lokal penyelenggara Piala Dunia 2022 atau Supreme Committee (SC) mengharuskan ketersediaan musala-musala kecil di setiap stadion yang dipakai untuk perhelatan pesta sepak bola akbar tersebut.

Hal itu tentu semakin mudah dicapai mengingat tujuh dari delapan stadion yang dipakai sebagai lokasi pertandingan Piala Dunia harus dibangun dari nol oleh pemerintah Qatar.

Di Stadion Al Thummama misalnya, sangat mudah untuk menjangkau fasilitas musala yang ada di dekat pintu-pintu tribun. Salah satunya terdapat di dekat pintu tribun media.

Papan informasi yang menunjukkan keberadaan musala juga bisa ditemui sejak penonton naik menuju lantai tribun sesuai dengan tiket yang mereka peroleh.

Musala di stadion-stadion di Qatar dipisahkan untuk jemaah laki-laki maupun perempuan. Di dalam musala terdapat tiga hingga empat kran disertai tempat duduk untuk kebutuhan berwudu.

Untuk Stadion Al Thummama, musala bagi pria memiliki kapasitas sedikitnya 30 orang jemaah yang bisa dipakai bergantian.

Sementara itu untuk Stadion Ahmad Bin Ali, kebetulan kapasitas musala yang ditemui sedikit lebih kecil bila dibandingkan Stadion Al Thummama. Sedangkan di Stadion 974, musala dibangun secara terpisah di luar tribun.

Keberadaan musala di dalam stadion cukup banyak membantu para suporter muslim di Piala Dunia 2022, mengingat pada fase grup pertandingan dimainkan pukul 13.00, 16.00, 19.00, dan 22.00, artinya berdekatan dengan waktu Salat Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.