Sukses

Ukraina Terancam Krisis Musim Dingin, Presiden Prancis Emmanuel Macron Turun Tangan

Pemerintah Prancis mengungkap sejumlah bantuan kemanusiaan untuk Ukraina selama 2022.

Liputan6.com, Paris - Pemerintahan Prancis Emmanuel Macron mengungkap besarnya bantuan yang telah diberikan untuk Ukraina selama 2022. Tak tanggung-tanggung, bantuan kemanusian dialokasikan hingga 2 miliar euro (sekitar Rp 31 triliun).

Fokus Prancis saat ini adalah membantu Ukraina bertahana melewati musim dingin karena invasi Rusia belum kunjung berakhir. 

Pada 13 Desember 2022 ini, Emmanuel Macron juga akan menggelar konferensi bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Sejumlah pejabat juga hadir seperti Perdana Menteri Ukraina Denys Shymhal, Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis Catherine Colonna. Mereka terutama akan membahas perlunya akses listrik, penghangat, dan air.

Berdasarkan data dari Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, Selasa (13/12/2022), bantuan 2 miliar euro dari Prancis tersebut belum termasuk dari dukungan militer. Bantuan Prancis tersebut untuk bidang keuangan, pembangunan, dan keuangan. 

Total bantuan kemanusiaan untuk Ukraina dan negara-negara tetangganya mencapai 240 juta euro. Nominal itu termasuk 2.600 ton bantuan yang diberikan, seperti jembatan darurat, pembersih ranjau, generator, dan perlengkapan medis.

Ada juga bantuan untuk 2022 dan 2023 yang dikirim Prancis melalui berbagai lembaga, seperti Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah sebesar 140 juta euro.

Untuk bantuan pinjaman uang, Prancis menyediakan 400 juta euro utang yang dijamin pemeirntah melalui Agence Française de Développement (AFD). Ada pula bantuan 1,2 miliar export guarantee agar perusahaan-perusahaan Prancis bisa ikut serta dalam konstruksi.

Terkait militer, Prancis adalah penyedia bantuan terbesar kelima untuk Ukraina. Sejumlah bantuan yang diberikan Prancis termasuk 18 unit Caesar guns, dua Crotale missile batteries, dua Multiple Launch Rocket Systems (MRLS), serta pinjaman 200 juta euro untuk membeli peralatan militer Prancis.

 

2 dari 4 halaman

Listrik Satu Kota Padam

Para pejabat mengatakan pesawat tak berawak Rusia menyerang kota pelabuhan Odesa, Ukraina selatan, pada Sabtu (10/12) dini hari. Akibatnya, listrik di kota itu padam.

"Karena besarnya kerusakan, aliran listrik untuk semua pelanggan di Odessa sudah diputus kecuali infrastruktur penting," tulis Wali Kota Odesa Gennadiy Trukhanov di Facebook. 

Gubernur regional Odesa Maksym Marchenko mengatakan dua drone ditembak jatuh di atas Laut Hitam sebelum mencapai ke target mereka.

Drone yang berhasil melewatinya menyebabkan "padamnya listrik di hampir semua distrik dan permukiman di wilayah kami," tulis Marchenko di Telegram, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (12/12).

Antara Jumat (9/12) dan Sabtu (10/12), Kepala Staf militer Ukraina melaporkan sekitar 20 serangan udara dan lebih dari 60 serangan roket di seluruh Ukraina.

Juru bicara Kepala Staf Oleksandr Shtupun mengatakan lebih dari 20 wilayah berpenduduk ditembaki di distrik Bakhmut, tempat pertempuran paling aktif.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan situasi "tetap sangat sulit" di beberapa kota garis depan di Provinsi Donetsk dan Luhansk timur.

"Bakhmut, Soledar, Maryinka, Kreminna. Untuk waktu yang lama, tidak ada tempat tinggal yang tersisa di wilayah ini yang tidak rusak akibat peluru dan api," kata Zelenskyy dalam pidato video hariannya pada Jumat (9/12), sambil menyebutkan kota-kota yang paling parah terkena dampaknya.

Jika pasukan Rusia merebut Bakhmut, mereka dapat memotong jalur pasokan Ukraina dan membuka rute ke Kramatorsk dan Sloviansk, kubu pertahanan utama Ukraina di Donetsk, menurut Associated Press.

3 dari 4 halaman

1,5 Juta Orang Ukraina Hidup Tanpa Listrik Usai Serangan Drone Rusia

Lebih dari 1,5 juta orang hidup tanpa listrik di kota Ukraina selatan bernama Odessa pada Sabtu setelah serangan "drone kamikaze" Rusia, kata presiden Volodymyr Zelensky.

Dikutip dari laman ndtv, Minggu (11/12) Otoritas energi di kawasan itu memperingatkan bahwa perbaikan setelah serangan ini akan memakan waktu berminggu minggu, mungkin hingga tiga bulan.

"Setelah serangan malam oleh drone Iran, Odessa dan desa-desa lain di wilayah itu kini dalam kegelapan," kata Presiden Zelensky.

"Sampai sekarang, lebih dari satu setengah juta orang di wilayah Odessa tanpa listrik."

Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala administrasi presiden, mengatakan hanya infrastruktur kritis termasuk rumah sakit dan bangsal bersalin memiliki akses ke listrik.

"Situasinya tetap sulit, tetapi terkendali," kata Tymoshenko.

Pelabuhan Laut Hitam adalah tujuan liburan favorit bagi banyak orang Ukraina dan Rusia sebelum Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pro-Barat pada 24 Februari.

4 dari 4 halaman

Drone Kamikaze

Maksym Marchenko, gubernur wilayah itu, mengatakan Rusia telah menyerang kota itu dengan "drone kamikaze" semalam.

"Tidak ada listrik di hampir semua distrik dan komunitas di wilayah kami," katanya.

Dua drone ditembak jatuh oleh unit pertahanan udara Ukraina, Marchenko menambahkan.

Pada Jumat, Kyiv mengatakan bahwa Odessa mengalami pemadaman listrik terburuk beberapa hari setelah serangan terbaru dari serangan Rusia sistematis di jaringan energi Ukraina.

Rusia menembakkan lusinan rudal jelajah ke infrastruktur utama di Ukraina pada Senin, menumpuk tekanan pada jaringan negara yang sudah sakit setelah serangan berulang.

Rusia mulai menargetkan infrastruktur Ukraina setelah kekalahan militernya.

Pada Kamis, Presiden Putin bersumpah untuk terus menghantam jaringan energi Ukraina meskipun ada protes terhadap serangan yang telah menjerumuskan jutaan ke dalam dingin dan kegelapan.