Jakarta Wayang kian mendunia.
Mengutip situs ABC Australia, Rabu (15/12/2022), sebuah karya mural yang menampilkan wayang kini menghiasai sebuah gedung kesenian di Shepparton, wilayah pedalaman negara bagian Victoria di Australia.
Baca Juga
Jika selama ini masyarakat internasional hanya diperkenalkan dengan tokoh Srikandi dan Arjuna, Christiano Dery Theodorus, seniman di balik karya tersebut, justru ingin memperkenalkan tokoh wayang lainnya.
Advertisement
Gareng, Semar, Bagong, Petruk merupakan karakter wayang Punakawan yang terlukis dalam mural seluas 13x4 meter tersebut dengan dominasi warna kuning.
Punakawan merupakan tokoh penasihat kerajaan dalam sastra kebudayaan Jawa, yang juga seringkali dikenal sebagai para pengikut kesatria.
Dery mengatakan ide awal di balik mural ini memang masih seputar kisah asmara antara Arjuna dan Srikandi.
Ada pula aspek kasih sayang antara keluarga, seperti yang ditunjukkan Arjuna dan Antasena, yang menikahi putrinya.
Setelah melakukan riset dan berbincang dengan seorang teman yang juga adalah seniman wayang di Indonesia, Dery memutuskan untuk menambahkan tokoh Punakawan.
"Punakawan ini cuma ada di Indonesia," ujar Dery kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia."Kalau Srikandi-Arjuna saja kadang masih mirip-mirip dengan budaya India ya."
Tidak sampai di situ, Dery juga memiliki pesan yang ingin disampaikan dari mural bergambar keempat tokoh ini.
"Punakawan ini kalau digambarkan kesannya ... secara fisik itu enggak bagus, tapi moral dari cerita ini lebih pada untuk jangan menilai orang dari cover-nya," ujarnya.
"Karena Punakawan ini karakter yang yang paling baik ... mereka itu penasihat, yang loyal [setia] sama keluarga, teman dan bahkan pemerintah atau raja-raja zaman dulu."Â
Â
Wayang
Dery mengatakan ia memilih wayang sebagai obyek seni yang ditampilkan, sekaligus untuk memenuhi tema yang sudah ditetapkan yakni tarian dan 'puppet' atau boneka tangan.
Ia ditugaskan oleh Manager of Performing Arts and Conferences Shepparton, Ken Cameron untuk melukiskan karya seni kebudayaan Indonesia di gedung kesenian Riverlinks.
Perbincangan tentang rencana pembuatan mural tersebut menurutnya sudah terjadi sejak awal tahun ini, meski baru terwujud bulan November lalu.
Proses pengerjaan mural yang memakan waktu seminggu ini menjadi "rekor" Dery, yang biasanya membutuhkan waktu setidaknya dua minggu.
Â
Advertisement
Kerja Keras Terbayar
Kerja kerasnya terbayar ketika melihat reaksi dari warga Australia dan Indonesia yang hadir dalam acara peluncurannya pekan lalu.
"Reaksi mereka positif sekali," kata Dery yang berasal dari Semarang."Kami waktu itu ada sesi tanya jawab, dan kebanyakan dari mereka ikut bertanya."
 Dery mengatakan mural wayang akan menghiasi gedung tersebut hingga November tahun depan dan ia berharap akan ada tempat permanen di Australia untuk karya mural yang mengangkat budaya Indoensia.
Â