Liputan6.com, Jakarta - Meski jumlah kasus COVID-19 masih tinggi, Jepang telah melonggarkan aturan pariwisatanya. Pemerintah juga menerapkan diskon untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji menyampaikan Jepang sudah aman dan mengajak warga Indonesia untuk berkunjung ke Jepang. Hal ini disampaikan Kenji saat peringatan 68 tahun Pasukan Bela Diri Jepang, Jumat (16/12/2022), di Jakarta.
Baca Juga
“Tentu, jumlah kasus baru masih sangat tinggi, tapi semua kasus itu gejalanya sangat kecil. Jadi, itu mengapa Jepang membuka batasan kita pada 11 Oktober. Silakan merasa leluasa dan aman ketika Anda ke Jepang. Faktanya, orang-orang di ruangan ini berkunjung ke Jepang saat liburan. Jadi rasanya aman,” ujar Kenji.
Advertisement
Mengutip The Guardian, Sabtu (17/12/2022), Jepang memang telah sepenuhnya terbuka untuk pengunjung sejak 11 Oktober lalu. Ini mengakhiri kontrolnya atas pembatasan COVID-19 paling ketat di dunia.
Jepang menetapkan kembali perjalanan bebas visa kepada para turis dari berbagai negara. Negeri Matahari Terbit itu telah meningkatkan batas masuk pengunjung dan mengakhiri persyaratan-persyaratan khusus bagi turis, termasuk larangan traveler individu.
Dengan aturan pembebasan itu, Perdana Menteri Fumio Kishida mengandalkan pariwisata untuk memperkuat ekonomi.
Bahkan, Jepang memberikan diskon kepada turis asing selama berkunjung di sana – dengan pendanaan pemerintah pusat yang diatur di tingkat prefektur, dilansir dari The Japan Times, Sabtu (17/12).
Kampanye diskon dimulai sejak 11 Oktober hingga 20 Desember. Jadwal dan jenis diskon ditentukan masing-masing prefektur dengan menyesuaikan situasi COVID-19 di wilayahnya, berdasarkan keterangan Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu. Matsuno.
Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia Nyaris Tembus 637 Juta, Jepang Tertinggi dalam Sebulan
Bulan lalu, Jepang menempati angka tertinggi kasus COVID-19 di dunia.
Dunia menghadapi total 636.994.097 kasus COVID-19 hari ini, Jumat 18 November 2022. Angka itu lebih kecil dari penerima vaksinasi COVID-19 sedunia yang sudah mencapai 12.860.007.038.
Dikutip dari laman Johns Hopkins University (JHU) gisanddata.maps.arcgis.com, Jumat (18/11/2022), ada penambahan 10.113.699 kasus penularan dan 40.871 kematian terkait COVID-19 secara global dalam 28 hari terakhir.
Jepang menjadi negara dengan total kenaikan kasus COVID-19 tertinggi, sebanyak 1.616.909.
Korea Selatan menempati urutan kedua untuk kasus COVID-19 tertinggi setelah Jepang, sebesar 1.218.064 kasus.
Total kasus COVID-19 di Jepang dan Korea Selatan adalah 23,5 juta dan 26,4 juta.
Setelah itu, Amerika Serikat dengan 1.100.708 kasus. Selanjutnya ada Jerman yang berada di urutan keempat untuk negara dengan kasus COVID-19 terbesar, sebanyak 1.082.015 kasus.
Kasus COVID-19 di Prancis tercatat di urutan kelima yakni 775.467.
Advertisement
WHO Prediksi Tahun Depan Bukan Tak Ada Lagi Status Darurat COVID-19
Di sisi lain, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu bahwa dia berharap COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global tahun depan.
Dalam konferensi pers di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Komite Darurat COVID-19 WHO akan membahas kriteria untuk menyatakan berakhirnya darurat COVID-19 bulan depan.
"Kami berharap pada suatu saat tahun depan, kami dapat mengatakan bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global," katanya, dikutip dari Xinhua, Kamis (15/12/2022).
Dia menambahkan, bagaimanapun virus SARS-CoV-2, penyebab di balik pandemi COVID-19, tidak akan hilang.
“Ini akan tetap ada, dan semua negara perlu belajar mengelolanya bersama penyakit pernapasan lainnya termasuk influenza dan RSV (Respiratory Syncytial Virus), yang keduanya sekarang beredar secara intensif di banyak negara,” katanya.
Mike Ryan, direktur eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, memperingatkan bahwa dunia masih belum mengetahui bagaimana virus SARS-CoV-2 akan berkembang di masa depan, dan ketidakpastian semacam itu menambah risiko.
Sebelum kepala WHO mengakhiri darurat COVID-19, keseimbangan perlu dibuat antara virus - termasuk dampak dan ketidakpastiannya - dan "apakah kita telah menangani kerentanan dan masalah ketahanan dalam sistem kesehatan kita atau tidak," kata Ryan.
Turis Makin Bebas di Jepang Usai Aturan COVID-19 Dilonggarkan
Sementara itu, industri pariwisata Jepang pun mulai bangkit kembali dan ramai pengunjung.
Dilaporkan Kyodo, Selasa (18/10/2022), pemerintah Jepang sedang menerapkan "hidup dengan virus corona" dan berusaha membangkitkan ekonomi sembari mencegah penyebaran COVID-19. Sejumlah titik wisata di Jepang menunjukkan peningkatan pengunjung pada Sabtu (15/10).
Jepang mencabut batas masuk 50 ribu orang per hari, serta larangannya traveler individual dan perjalanan yang tidak direncanakan. Turis asing pun semakin bebas di Jepang.
Pengunjung asing pun sudah terlihat, seperti di Prefektur Mie. Bagi turis asing, ini adalah kunjungan pertama setelah pandemi dimulai.
Seorang turis bernama Stephan Paletzki (49) di distrik Okage Yokocho berkata dirinya biasanya berkunjung tiap tahun ke Jepang sebelum pandemi. Ini adalah pertama kalinya ia ke Jepang dalam tiga tahun terakhir.
Ia mengaku di Swiss warga sudah tidak pakai masker, tetapi ia mengenakan masker di Jepang. Selain itu, Paletzki berkata sudah mendapat tiga vaksin COVID-19.
Pada Sabtu lalu, warga juga ramai-ramai berkumpul di East Japan Railway Co. di Tokyo untuk menunjuk bagian barat Jepang.
Seorang pegawai di Prefektur Chiba menyebut turis asing sudah mulai terlihat lagi seperti sebelumnya.
"Saya melihat beberapa turis asing, dan rasanya seakan kehidupan pra-pandemi telah kembali," ujar Shinya Kato (27).
Kato mengakui bahwa kemungkinan ada gelombang COVID-19 lagi, sehingga ia ingin memakai kesempatan sebaik-baiknya saat angka virus masih rendah.
"Mungkin ada gelombang lain nanti, jadi saya ingin menikmati diri saya sebisa mungkin sementara penyebaran virusnya masih rendah," ujar Kato yang juga jalan-jalan dengan para sahabatnya ke wilayah Kansai di selatan Jepang.
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement