Sukses

Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia Tembus 655 Juta, 100 Juta Infeksi dari AS

Kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 655.199.558 dengan 6.672.206 kematian.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 655.199.558, dengan penambahan 15.142.281 dalam 28 hari terakhir. Demikian menurut data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) pada Kamis (22/12/2022).

Sudah 6.672.206 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 44.545 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 13.112.866.506 dosis.

Amerika Serikat (AS) terpantau berada di urutan pertama negara dengan total kasus COVID-19 sebanyak 100.184.506. Namun menempati posisi ketiga dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir yakni 1.597.260.

Dalam 10 besar wilayah dan negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. Jepang
  2. Korea Selatan
  3. AS
  4. Prancis
  5. Brasil
  6. China
  7. Italia
  8. Jerman
  9. Australia
  10. Taiwan

Kasus Asia

Sementara itu, menurut data dari situs World-o-Meter, kasus COVID-19 di Asia secara total telah menembus 204.343.995 dengan total penambahan pada saat berita ini dimuat mencapai 79.135.

Sementara itu, didapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak. Berikut ini 10 besar urutannya dengan total infeksinya:

  1. India 44.677.594
  2. Korea Selatan 28.466.390
  3. Jepang  27.581.407
  4. Turki 17.042.722
  5. Vietnam 11.523.567
  6. Taiwan 8.624.680
  7. Iran 7.560.629
  8. Indonesia 6,712,826
  9. Malaysia 5.020.384
  10. Korea Utara 4.772.813

Dari data tersebut didapati Indonesia berada di posisi ke-8 sebagai negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia.

2 dari 4 halaman

Kasus COVID-19 China Naik, Warganya di Singapura Antre Panadol dan Dikirim ke Negaranya

Sementara itu, kasus Virus Corona COVID-19 di China dilaporkan kembali melonjak. Hal itu terjadi usai pemerintah memutuskan untuk terus melonggarkan protokol kesehatan (prokes) terkait pencegahan infeksi dari virus tersebut.

Mengutip laporan Channel News Asia (CNA), Kamis (22/12/2022), warga negara China yang khawatir di Singapura dilaporkan mengantre untuk mengirim obat flu ke kerabat yang terjebak dalam wabah COVID-19 yang melonjak dan laporan kekurangan obat.

Ketika CNA mengunjungi People's Park Complex pada Rabu pagi (21 Desember), antrean lebih dari 20 orang terbentuk di depan Shun Xing Express, sebuah perusahaan yang berspesialisasi dalam layanan kurir ke China.

Seorang karyawan mengatakan bahwa sejak Selasa 20 Desember, Shun Xing harus membatasi jumlah pelanggan yang mengirim pasokan medis ke China menjadi 50 per hari. Pelanggan yang mengirimkan persediaan non-medis tidak dikenakan batasan ini.

Aturan ini diterapkan perusahaan ekspedisi tersebut setelah terlalu banyak orang datang untuk mengirim obat pada hari Senin, membentuk antrean yang memanjang sampai ke halte bus, kata karyawan tersebut -- yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

China melonggarkan pembatasan COVID-19 secara nasional pada 7 Desember, menghilangkan kebutuhan untuk pengujian massal yang sering dilakukan sebelumnya, dan memperkenalkan karantina rumah untuk beberapa pasien serta lockdown lebih singkat dan lebih tepat.

Badan kesehatan utama China mengatakan skala sebenarnya dari infeksi COVID-19 di negara itu sekarang "tidak mungkin" dilacak, dengan pejabat memperingatkan kasus meningkat pesat di Beijing setelah pemerintah mengabaikan kebijakan nol-COVID.

Menurut informasi yang Liputan6.com rangkum, obat yang diburu warga China di Singapura untuk dikirimkan ke negaranya adalah penghilang rasa sakit Panadol atau obat tradisional Tiongkok Lianhua Qingwen, sirup obat batuk, ibuprofen, obat batuk dan demam anak-anak.

Selenjutnya di sini...

3 dari 4 halaman

Simpang Siur Jumlah Kasus COVID-19 di China

Pemerintah China melaporkan angka kematian akibat COVID-19 turun, bahkan sempat nol. Namun, berita-berita mengabarkan bahwa rumah kremasi di China malah penuh.

Angka resmi dari China menyebut hanya dua orang meninggal akibat COVID-19 pada hari Senin, lima orang di hari Selasa, dan nol kasus kematian pada Rabu kemarin.

Kabar yang simpang siur ini pun turut menjadi perhatian WHO.

"Di China, apa yang dilaporkan adalah angka yang ada di ICU relatif rendah, tetapi secara anekdotal ICU penuh," ujar Dr Michael Ryan, Direktur Eksekutif Program Kesehatan Darurat WHO, dikutip BBC, Kamis (22/12/2022).

Lebih lanjut, Ryan menegaskan bahwa virus seperti COVID-19 memang sulit dihilangkan. Vaksin masih disebut sebagai jalan keluar yang ampuh. 

China memilih memakai vaksin buatan dalam negeri seperti Sinovac dan Sinopharm. Ini berbeda dari negara-negara Barat yang memakai vaksin teknologi mRNA seperti Pfizer dan Moderna.

Sebelumnya, South China Morning Post melaporkan bahwa warga China Daratan sampai harus pergi ke Macau demi mendapatkan dosis vaksin mRNA.

Selain Macau, vaksin mRNA juga sudah dipakai di Hong Kong dan Taiwan. Akan tetapi, restriksi masuk ke Hong Kong masih sulit. Akibatnya, muncul "wisata vaksin" di Macau.

Pemerintah China masih belum memberikan izin bagi vaksin mRNA, akan tetapi baru-baru ini Pfizer telah mengirim batch vaksin mereka ke China.

4 dari 4 halaman

Jenazah Pasien COVID-19 Disebut Antre di Krematorium, Begini Penjelasan Dubes China

Sejumlah media telah memberitakan soal lonjakan kasus COVID-19, sehingga mengakibatkan banyaknya jenazah yang antre di krematorium China. 

Sementara itu, rumah sakit di China juga dikabarkan sedang berjuang dan rak apotek banyak yang kosong usai pemerintah mencabut aturan lockdown, karantina, dan pengujian massal.

Mengenai hal ini, Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang pun menegaskan sejumlah hal salah satunya adalah proses yang diperlukan usai suatu kebijakan diambil.

"Kebijakan umum apapun setelah diambil, pasti akan ada satu proses. Dan sesuai dengan perubahan kebijakan, kalau menurut standar dulu, kalau positif yang dikarantina akan ada antrean di rumah sakit. Dan dengan kematian juga ada antrean," ujarnya dalam press briefing di Kediaman Dubes Tiongkok, Rabu (21/12/2022). 

Ia pun meminta masyarakat untuk merujuk pada laporan resmi yang dirilis oleh pemerintah Tiongkok. 

Belakangan, beberapa media memang melaporkan lonjakan antrean di rumah sakit maupun krematorium. 

Di Chongqing, kota berpenduduk 30 juta di mana pihak berwenang minggu ini mendesak orang-orang dengan gejala COVID ringan untuk tetap bekerja, satu lokasi krematorium mengatakan kepada AFP bahwa mereka kehabisan ruang untuk menyimpan jenazah.

Jumlah jenazah yang datang dalam beberapa hari terakhir ini berkali-kali lebih banyak dari sebelumnya, kata seorang staf yang tidak menyebutkan namanya.