Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Republik Indonesia, Lyudmila Vorobieva, menulis artikel soal pandangannya mengenai sejarah Perang Dunia II. Ia menulis pandangan ini setelah negara-negara PBB mendukung resolusi Rusia untuk melawan glorifikasi Nazi.
Voting digelar pada November 2022 dalam sesi Komite Ketiga PBB yang mengurus isu sosial, kemanusiaan, dan budaya. Mayoritas negara setuju, termasuk Argentina, China, Indonesia, Vietnam, India, Nepal, Arab Saudi dan Israel.
Advertisement
Baca Juga
Namun, posisi Amerika Serikat dan sekutunya di Uni Eropa menolak resolusi itu karena protes terhadap perang Rusia-Ukraina. Alhasil, mereka enggan mendukung resolusi Rusia walau secara prinsip tetap mengecam Nazi.
Dubes Rusia lantas menuliskan kritikannya terhadap posisi tersebut. Berikut tulisan dari Lyudmila Vorobieva bertajuk "Mengenai Ingatan Sejarah":
Mengenai Ingatan Sejarah
Oleh: Lyudmila Vorobieva, Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia
Hasil pemungutan suara di Komite Ketiga Sidang Majelis Umum PBB ke-77, tentang rancangan resolusi Rusia dalam memerangi pemuliaan Nazisme (pada tanggal 4 November tahun ini) kembali menjadi bukti atas hilangnya sisa-sisaterakhir hati nurani dan ingatan sejarah kepemimpinan negara-negara Barat.
Dokumen tersebut mengutuk kejahatan perang Nazi selama Perang Dunia Kedua, namun menerima tentangan dari sejumlah negara yang mengejar kepentingan sesaat dan bersembunyi di balik kepedulian terhadap perdamaian dan stabilitas. Diantara mereka adalah Amerika Serikat, Jerman, Italia, Jepang.
Perang Dunia Kedua adalah tragedi paling mengerikan di abad ke-20, yang telah merenggut nyawa 27 juta warga negara kami, serta menyebabkan kehancuran dahsyat: penjajah menghancurkan 1,7 ribu kota dan desa, 30 ribu pabrik, 80 ribu sekolah.
Dengan getir kita mengamati upaya sinis dari kekuatan kaum revisionis untuk menyangkal pentingnya arti Kemenangan Besar dan peran negara kita di dalamnya, yakni dengan menulis ulang sejarah guna menentang hasil Perang Dunia Kedua, yang sesungguhnya meletakkan dasar bagi tatanan dunia yang berlaku hingga saat ini.
Kekuatan-kekuatan ini juga dengan tegas berusaha memungkiri fakta bahwa kekalahan Nazi Jerman dan militersime Jepang justru memacu perkembangan gerakan kemerdekaan nasional di Asia, banyak negara setelah tahun 1945 berhasil menyingkirkan dominasi kolonial dan penjajahan asing, serta memperoleh kemerdekaan yang telah lama ditunggu-tunggu. Upaya penghujatan tersebut berarti menghina jutaan orang yang telah mengorbankan hidup mereka dalam perang melawan “gagasan-gagasan" misantropis Nazisme.
Pada saat yang sama, kami sangat berterima kasih kepada teman-teman kami di Indonesia atas dukungannya terhadap resolusi tersebut, saat pemungutan suara baru-baru ini. Saya sependapat dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, bahwa pemuliaan kaki tangan Nazi bertentangan dengan keputusan Pengadilan Internasional Nuremberg (tahun 1945-1946), dan ini adalah pengkhianatan terhadap ingatan leluhur kita. Rusia mengutuk setiap upaya yang membenarkan dan mengagungkan Nazisme, kejahatan yang dilakukannya sungguh keji.
Tanpa mengetahui sejarah dan memahami pelajarannya, negara-negara Barat berisiko untuk membuka peluang mengulangi kesalahan masa lalu.
Advertisement