Liputan6.com, Odisha - Seorang miliarder Rusia kembali tewas secara misterius di tengah perang Ukraina-Rusia. Miliarder Pavel Antov dilaporkan tewas dengan cara terjatuh dari lantai tiga hotelnya di Odisha, India.
Sebelumnya, miliarder Lukoil Maganov juga meninggal dunia dengan cara terjatuh dari lantai atas rumah sakit. Media pemerintah Rusia menyatakan ia bunuh diri.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan laporan Quartz, Rabu (28/12/2022), Pavel Antov juga dinyatakan bunuh diri. Ia jatuh dari jendela hotel. Kematian Antov terjadi dua hari setelah temannya meninggal di hotel yang sama karena penyakit jantung.
Pavel Antov diketahui sebagai miliarder yang mengkritik invasi Rusia ke Ukraina.
Konsul jenderal Rusia di India, Alexei Idamki, berkata pihaknya akan memantau kasus ini. Namun, ia menyebut Antov jatuh dari jendela. "Kami secara ketat mengikuti investigasi ini dan menerima semua informasi dari kepolisian Odisha," ujar Idamki seperti dikutip TASS.
for those keeping track at home, 12 “threw himself from window/shot himself 7 times in the head” russian oligarch deaths this year so far pic.twitter.com/3wPM4dbL2K
— ian bremmer (@ianbremmer) September 14, 2022
Forbes melaporkan bahwa Antov pernah masuk daftar PNS terkaya di Rusia pada tahun 2018. Ia merupakan dari perusahaan pengolahan daging Vladimir Standard.
Sementara, CNN menyebut ada setidaknya 12 elit Rusia yang meninggal misterius, baik karena bunuh diri atau situasi yang tidak jelas, sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai. Namun, belum ada bukti solid bahwa kematian mereka terkait dengan Kremlin.
Menlu Ukraina Dmytro Kuleba Berharap Ada Perbincangan Damai di Februari 2023
Menteri luar negeri Ukraina mengatakan bahwa pemerintahnya berharap untuk mengadakan pertemuan puncak perdamaian pada akhir Februari, satu tahun setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan bahwa PBB dapat menjadi tuan rumah KTT tersebut.
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres diharapkan bertindak sebagai mediator, dikutip dari Straits Times, Selasa (27/12/2022).
“Setiap perang berakhir dengan cara diplomatis,” kata Kuleba. “Setiap perang berakhir sebagai akibat dari tindakan yang diambil di medan perang dan di meja perundingan.”
Kuleba mengatakan, Rusia perlu menghadapi tuntutan atas kejahatan perang di pengadilan internasional untuk menghadiri KTT.
Kuleba menambahkan bahwa dia "benar-benar puas" dengan kunjungan Presiden Volodymyr Zelensky ke Amerika Serikat minggu lalu.
Meskipun pejabat Ukraina telah mengusulkan kesepakatan damai selama berbulan-bulan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dia bersedia untuk bernegosiasi, para pejabat AS dan Eropa mengatakan sulit untuk membayangkan ketentuan penyelesaian yang akan diterima oleh Ukraina dan Rusia.
Bulan ini, Zelensky membahas visinya untuk pertemuan puncak perdamaian global melalui telepon dengan Presiden Joe Biden.
Dan pada November, pada KTT Kelompok 20 tahunan di Bali, Zelensky berbicara tentang “jalan menuju perdamaian” untuk mengakhiri perang, mencatat bahwa Ukraina tidak akan berkompromi dengan pendiriannya sampai wilayahnya dipulihkan.
Advertisement
Proposal Penyelesaian Perang
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, proposal Moskow untuk penyelesaian di Ukraina sudah diketahui Kyiv dan Ukraina memenuhinya untuk kebaikan mereka sendiri.
"Proposal kami untuk demiliterisasi dan denazifikasi wilayah yang dikendalikan oleh rezim, penghapusan ancaman terhadap keamanan Rusia yang berasal dari sana, termasuk tanah baru kami, sudah diketahui musuh," kata TASS mengutip Lavrov.
Moskow menyebut invasinya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk "mendemiliterisasi" dan "denazifikasi" tetangganya. Kyiv dan sekutu Baratnya menyebut itu sebagai agresi gaya kekaisaran untuk merebut tanah orang lain.
Pada September 2022, Moskow menyatakan telah mencaplok empat provinsi Ukraina -- Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson -- setelah mengadakan apa yang disebut referendum yang ditolak sebagai palsu dan ilegal oleh Kyiv dan sekutunya.
Presiden Ukraina Sampaikan Pesan Natal
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mendesak rakyatnya untuk bertahan dalam menghadapi serangan Rusia saat negara itu merayakan Natal.
Dalam pidato menantang pada hari Sabtu, dia berkata: "Kebebasan datang dengan harga tinggi. Tetapi perbudakan memiliki harga yang lebih tinggi," demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (25/12).
Serangan rudal dan drone Rusia telah membuat jutaan orang Ukraina tanpa daya, pemanas, dan air mengalir. Sebelumnya pada Sabtu, serangan udara Rusia menewaskan 10 orang di kota Kherson selatan Ukraina, kata para pejabat.
Otoritas regional mengatakan 68 orang lainnya terluka dan meminta penduduk setempat untuk segera mendonorkan darah.
Menggambarkan Rusia sebagai "negara teroris", Zelensky menuduh pasukan Rusia "membunuh demi intimidasi dan kesenangan".
Dalam sebuah posting di media sosial, ia menunjukkan gambar-gambar jalan-jalan yang penuh dengan mayat dan mobil yang terbakar, mengatakan "dunia harus melihat dan memahami kejahatan mutlak apa yang kita lawan".
Kherson, satu-satunya ibu kota regional yang direbut oleh Rusia sejak melancarkan invasi skala penuh pada 24 Februari, dibebaskan oleh Ukraina bulan lalu.
Advertisement