Liputan6.com, Aceh - Baru-baru ini, Aceh kembali kedatangan para pengungsi dari Rohingya yang naik kapal. Pengungsi Rohingya di Aceh ikut menjadi sorotan media internasional, termasuk media Kerajaan Arab Saudi. Â
Para pengungsi Rohingya sebetulnya mendapat tempat di Bangladesh, namun banyak yang memilih kabur. Situs PBB menyebut ada lebih dari 2.000 pengungsi Rohingya yang memilih menempuh perjalanan laut yang berbahaya tahun ini untuk mencari tempat baru.
Baca Juga
Arab News melaporkan, Rabu (28/12/2022), bagaimana pengungsi yang baru tiba di Aceh berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Banyak yang mengalami malnutrisi dan dehidrasi setelah berminggu-minggu berada di lautan.Â
Advertisement
International Organization for Migration (IMO) menyebut ada setidaknya 174 orang Rohingya yang tiba di desa pesisir Muara Tiga di Aceh pada Senin 26 Desember 2022. Lebih dari 100 orang adalah anak-anak.
Sebelumnya, ada 57 pengungsi Rohingya lain yang baru tiba di Aceh Besar.Â
Pada November 2022, ada setidaknya lima kapal pengungsi Rohingya yang pergi dari Bangladesh ke negara lain. Satu kapal dengan 154 orang diselamatkan oleh perusahaan offshore Vietnam dan kapal lain dengan 104 orang diselamatkan oleh angkatan laut Sri Lanka.Â
Ada juga pengungsi yang masih bersaudara. Mohammed Rezuwan Khan bertemu dengan saudarinya, Hatamonesa, setelah sempat terpisah selama satu bulan. Saudarinya membawa anak berusia 5 tahun.
Hatamonesa berkata ada 20 orang yang meninggal di atas kapal. Sementara, PBB menyebut ada 26 yang meninggal.
Tujuan awal Hatamonesa adalah Malaysia.
"Ia berpikir ia akan meninggal dalam perjalanan laut," ujar Khan. "Ia sebelumnya berharap jika ia bisa mencapai Malaysia, akan ada masa depan yang lebih baik untuk anak-anak perempuannya dan untuknya."Â
180 Orang Dikhawatirkan Meninggal
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mengaku turut membantu para otoritas lokal untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi. UNHCR juga menyambut positif pertolongan Indonesia terhadap lebih dari 200 pengungsi Rohingya.
"Kami menyambut aksi kemanusiaan oleh komunitas lokal dan otoritas di Indonesia," ujar Ann Maymann, Perwakilan UNHCR di Indonesia.Â
"Aksi-aksi ini membantu menolong nyawa manusia dari kematian yang pasti, mengakhiri perjalanan menyiksa bagi banyak orang yang putus asa," lanjutnya.
Pihak UNHCR menyebut ada sekitar 26 orang yang meninggal. UNHCR juga mencatat bahwa Indonesia telah menolong 472 pengungsi Rohingya selama enam pekan terakhir.Â
Sementara, masih ada satu kapal Rohingya yang masih menghilang. UNHCR menduga semua 180 penumpangnya telah meninggal.Â
UNHCR lantas meminta negara-negara lain mengikuti langkah Indonesia yang menolong pengungsi Rohingya. UNHCR berkata ada tanggung jawab hukum bagi negara-negara untuk menyelamatkan para pengungsi Rohingya yang berada di lautan.
"UNHCR mendorong Negara-negara lain untuk mengikuti teladan ini. Banyak lainnya yang tidak bertindak meski banyaknya permohonan dan panggilan untuk membantu," ujar Maymann.
Advertisement
Bakamla RI Bantu Evakuasi Imigran Ilegal Rohingya
Bakamla RI melalui Stasiun Bakamla Banda Aceh, turut membantu evakuasi penumpang kapal terdampar. Para penumpang itu merupakan imigran ilegal Rohingya asal Myanmar.
Kapal kayu yang membawa mereka karam di Pantai Desa Ladong, Aceh Besar, Minggu (25/12).Â
"Imigran ilegal Suku Rohingya tersebut berlayar dari Myanmar menuju Malaysia. Naas nasibnya, kapal tersebut mengalami kerusakan mesin dan terombang-ambing di atas laut kira-kira sebulan lamanya," ujar Pranata Humas Ahli Muda Bakamla RI Kapten Bakamla Yuhanes Antara melalui keterangan yang diterima.
Yuhanes mengatakan, berdasarkan informasi dari penumpang yang selamat, selama berlayar mereka tidak cukup perbekalan bahan makanan.
Menanggapi hal tersebut, tim gabungan pun dibentuk untuk menyelamatkan para imigran ini. Terlebih lagi, 2 dari 57 orang penumpang kapal ditemukan dalam keadaan sakit.
Tim gabungan terdiri dari Polairud, Lanal Sabang, Sekda Aceh Besar, Kantor Imigrasi Aceh, Stasiun Bakamla Banda Aceh, Dinas Kesehatan Puskesmas Masjid Raya, dan Dinas Sosial Aceh Besar.
"Para imigran ilegal tersebut diamankan oleh Dinas Sosial Aceh sebagai tempat penampungan sementara," kata Yuhanes.
Dia menambahkan, tim gabungan yang terlibat secara terorganisir melakukan pengamanan di sekitar lokasi penampungan imigran ilegal. Selain itu, imigran yang sakit telah dilarikan ke Puskesmas Masjid Raya guna penanganan lebih lanjut.
Â
Dinsos Aceh Beri Shelter
Sebelumnya dilaporkan, menurut Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Winardy, kapal bernama FB Tarikul Islam 2 yang mengangkut para pengungsi dalam kondisi kehabisan stok makanan terdampar ke pesisir Desa Ladong karena dibawa angin setelah mengalami kebocoran di lambung kanan.
Pihak otoritas melaporkan adanya pengungsi yang sakit sebanyak empat orang. Satu orang kabarnya sempat dibawa ke fasilitas kesehatan setempat walaupun kini sudah dipulangkan ke selter.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, para pengungsi yang awalnya ditempatkan di bawah sebuah bangunan terbuka saat menjelang asar mulai dibariskan dan secara bergilir disuruh pindah ke menasah yang masih berada di dalam pekarangan kantor.
Beberapa organisasi kemanusiaan, seperti IOM, Yayasan Geutanyoe, KontraS Aceh, JRS, dan YKMI, terpantau berada di lokasi. Menjelang sore, kepolisian terlihat menurunkan tim Inafis serta mulai mendata para pengungsi.
Sebelumnya, santer diberitakan tentang sebuah kapal yang mengangkut pengungsi yang mendekat ke kawasan perairan Aceh. Namun, lembaga kemanusiaan meyakini bahwa kapal yang terdampar di Ladong adalah kapal lain.
Advertisement