Liputan6.com, Jeddah - Kerajaan Arab Saudi sedang diterpa potensi cuaca buruk di awal 2023. Pemerintah Arab Saudi bahkan menutup sekolah-sekolah di sejumlah wilayah dan meminta murid-murid sekolah online.
KJRI Jeddah menyebut bahwa hujan deras sedang sering mengguyur di Arab Saudi. Pihak KJRI lantas memberikan imbauan agar WNI juga menjaga keselamatan di tengah cuaca buruk yang terjadi.
Advertisement
Baca Juga
"Terkait cuaca di Saudi, memang hujan lebih sering turun dengan kecenderungan lebih lebat. Untuk itu mohon kepada para WNI khususnya di wilayah KJRI Jeddah agar hati-hati dan tingkatkan kewaspadaan, terutama saat hujan turun," ujar Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Eko Hartono, kepada Liputan6.com, Selasa (3/1/2022).
Lebih lanjut, Eko Hartono menjelaskan bahwa air bisa secara cepat menggenang dan meluap di tempat-tempat tertentu, sehingga WNI diminta waspada.
Meski demikian, Eko Hartono menegaskan bahwa pelayanan di KJRI tidak terdampak oleh cuaca buruk yang sedang terjadi.
"Layanan normal," jelas Eko.
Sebelumnya dilaporkan, Pusat Meteorologi Nasional di Arab Saudi menyebut hujan besar akan terjadi di area-area Mekkah, Jeddah, dan Rabigh. Ada pula kemungkinan adanya hujan yang sangat lebat (torrential) disertai angin dan hujan es (hail).
Pada November 2022, banjir terjadi di Arab Saudi karena hujan yang deras selama berjam-jam. Kota Jeddah terdampak oleh banjir ini dan membuat dua orang meninggal dunia. Selainitu, banjir bandang juga terjadi di Mekkah pada Desember 2022 sehingga mendisrupsi transportasi.
Potensi Banjir Jakarta
Beralih ke dalam negeri, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sejumlah pesisir wilayah di Indonesia bakal terjadi banjir rob mulai dari tanggal 3 hingga 10 Januari 2023, termasuk di wilayah Jakarta.
"Banjir rob di pesisir utara DKI Jakarta diprediksi akan terjadi tanggal 3 hingga 10 Januari 2023," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers, Kamis (29/12/2022).
Dwikorita menyebut, pada 21 Desember 2022 hingga 5 Januari 2023 diprediksi akan terjadi banjir rob juga di pesisir wilayah Banten. Tidak hanya itu, pesisir Jawa Barat Rin terjadi mulai 20 Desember hingga 31 Desember di pantai utara dan pantai selatan Jawa Barat.
"Dan banjir rob di pesisir utara Jawa Tengah ini diprediksi sudah mulai 28 Desember hingga 8 Januari 2023," papar dia.
Potensi banjir rob juga akan terjadi di pesisir Kalimantan Barat yang dikatakan Dwikorita terjadi sejak 24 hingga 29 Desember hari ini. Sementara di pesisir Kalimantan Tengah atau Kotawaringin Barat diprediksi banjir rob terjadi hingga hari ini.
"Pesisir Sulawesi Utara diprediksi mengalami banjir hingga hari ini 29 Desember 2022 dan Maluku Utara sama hingga hari ini 29 Desember 2022," imbuh Kepala BMKG.
"Dan banjir rob di pesisir utara Papua atau di Jayapura diprediksi sudah terjadi mulai 24 hingga besok 30 Desember 2022," tambahnya.
Dwikorita juga mengungkap prediksi banjir rob di pesisir Kepulauan Riau yang sudah terjadi sejak 21 Desember hingga 31 Desember. Kemudian banjir rob di pesisir Bangka Belitung diprediksi sudah terjadi sejak 24 Desember dan berakhir pada 31 Desember.
Advertisement
Gelombang Tinggi
Gelombang tinggi 6 meter juga berpotensi terjadi di beberapa perairan di Indonesia, 3-5 Januari 2023. Hal itu diungkapkan BMKG yang mengimbau masyarakat yang berada di pesisir dan pengguna perairan untuk waspada terhadap potensi tersebut.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, Selasa (3/1).
Eko mengatakan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat Laut-Timur Laut dengan kecepatan angin berkisar 6-20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 8-35 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Jawa bagian timur, Samudra Hindia Selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia Selatan Kupang, Laut Sawu, perairan Kupang-P. Rote, perairan P. Sabu, Laut Timor, Laut Arafuru bagian barat, dan Laut Sawu.
Kondisi itu, kata Eko Prasetyo, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan utara Sabang, perairan barat P. Simeulue, Samudra Hindia Barat Aceh-P. Simeulue, perairan Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian utara, Selat Ombai-Selat Wetar, perairan timur Bintan, Laut Natuna, perairan Bangka Belitung, Selat Karimata, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, perairan utara Jawa Barat.
Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di perairan selatan Baubau, Teluk Bone, Selat Makassar bagian selatan, perairan selatan Kep. Wakatobi, perairan Kep. Sangihe-Kep. Talaud, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Bitung-Kep. Sitaro, Laut Maluku, perairan utara Kep. Sula, perairan Kep. Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Raja Ampat-Jayapura, Samudra Pasifik Utara Halmahera-Jayapura, Laut Banda bagian utara, perairan Kep. Kai-Kep. Aru.
Lampung hingga Bali Juga Terdampak
Untuk gelombang di kisaran lebih tinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan Pulau Enggano, perairan barat Kepulauan Mentawai-Lampung, Samudra Hindia Barat Kepualuan Mentawai-Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan P. Jawa-Bali, Samudra Hindia Selatan Banten-Jawa Tengah, Selat Bali, Lombok, Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan, Laut Sawu bagian utara, perairan utara Kupang-P. Rotte, perairan Kep. Anambas-Natuna, Laut Jawa bagian tengah-timur, perairan utara Jawa Tengah-Jawa Timur-Kep. Kangean, Laut Bali-Laut Sumbawa, perairan Kep. Selayar, Laut Flores, Laut Banda bagian selatan, perairan Kep. Sermata-Kep. Tanimbar, Laut Arafuru.
Sedangkan pada gelombang yang sangat tinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia Selatan Jawa Timur-NTT, Laut Timor, perairan P. Sabu, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Kupang-P. Rotte, Laut Sawu bagian selatan, perairan selatan Lombok-Sumbawa, perairan barat P. Sumba, Laut Natuna Utara.
Di tengah kondisi itu, Eko Prasetyo meminta untuk memerhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m).
Selain itu, kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 m).
Advertisement