Liputan6.com, Teluk Mississippi - Para ilmuwan dibuat bingung dengan penemuan bangkai paus terdampar di Pantai Teluk Mississippi.
Kini, peneliti masih mencari tahu penyebab mengapa paus dengan kategori nyaris punah itu bisa terdampar dan mati di Teluk Mississippi.
Baca Juga
Penemuan langka itu menandai pertama kalinya fin whale (paus sirip) terdampar di Mississippi dan keempat kalinya sejak 2002 paus jenis itu terdampar di Teluk Meksiko, demikian laporan WLOX-TV, dikutip dari NST.com.my, Senin (9/1/2023).
Advertisement
Ilmuwan dari Institute for Marine Mammal Studies, Mote Marine Laboratory, FWC Marine Mammal Research and Rescue akan mempelajari bangkai paus yang terdampar tepat di Pass Christian tersebut.
Dr. Moby Solangi, direktur Institute for Marine Mammal Studies, mengatakan kepada Gazebo Gazette bahwa paus ini memiliki panjang 30 kaki (9 meter) dan berat antara 12-15.000 pound (6.804 kilogram).
Disinyalir, paus ini secara tidak sengaja terdorong ke pantai.
"Mamalia itu mungkin sakit dan tubuhnya pernah tertabrak kapal," kata Solangi.
Para ilmuwan akan menentukan penyebab akhir kematian berdasarkan hasil lab yang kini masih tertunda.
200 Paus Terdampar di Pantai Selandia Baru
Sebelumnya, ilmuwan lain juga sempat dibuat bingung oleh lebih dari 200 paus terdampar di lepas pantai timur Selandia Baru.Sebagian besar di antaranya diketahui telah mati.
Tim penyelamat berusaha mengembalikan paus ke lautan namun terkendala oleh ancaman aktif hiu putih besar di wilayah perairan tersebut.
Lebih dari 200 paus pilot telah mati setelah terdampar di pantai Kepulauan Chatham Selandia Baru yang terpencil, kata Departemen Konservasi Selandia Baru pada hari Sabtu 8 Oktober, seperti dikutip dari MSN News, Minggu 9 Oktober 2022.
Petugas konservasi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak dapat secara aktif menghidupkan kembali paus yang terjebak di pulau itu karena "risiko serangan hiu terhadap manusia dan paus itu sendiri."
Kepulauan Chatham berjarak sekitar 785 kilometer (488 mil) di sebelah timur Selandia Baru.
Terdampar massal cukup umum di pulau-pulau itu, meskipun ahli biologi kelautan bingung dengan fenomena tersebut dan tidak yakin apa yang menyebabkannya.
Selandia Baru memiliki salah satu tingkat terdampar paus tertinggi di dunia, termasuk pada tahun 2017, ketika lebih dari 400 paus mati setelah terdampar di Farewell Spit di ujung utara South Island.
Sekitar 1.000 paus mati dalam terdampar massal yang tercatat pada tahun 1918 di Kepulauan Chatham, menjadikannya salah satu insiden terbesar yang pernah ada, menurut Departemen Konservasi.
230 Paus Pilot Terdampar di Tasmania Australia
Di Tasmania lebih gila lagi. Sebanyak 230 paus pilot terdampar, beberapa hari setelah 14 sperm whales ditemukan terdampar di sebuah pulai di barat laut Tasmania.
The Department of Natural Resources and Environment Tasmania, pada Rabu 21 September 2022 mengatakan para ahli konservasi laut dikerahkan menuju lokasi terdamparnya paus di Ocean Beach dekat Macquarie Harbour.
Hanya setengah dari total paus yang diperkirakan masih hidup, menurut pernyataan departemen.
“Pakar satwa liar laut akan memeriksa tempat kejadian dan situasinya untuk menyusun respon yang tepat atas ini,” kata perwakilan Department of Natural Resouces and Environment Tasmania.
Salah satu tim dari Program Konservasi Laut juga sedang merakit peralatan untuk menyelamatkan paus menuju ke daerah tersebut, dikutip dari laman Al-Jazeera, Kamis (22/9/2022).
Advertisement
Paus Terdampar di Pantai Bulusan Banyuwangi, Jadi Tontonan Warga
Seekor paus juga pernah terdampar di pantai Bulusan Banyuwangi, Senin 1 Agustus 2022. Mamalia laut diduga jenis paus bungkuk ini pun mengundang perhatian warga setempat.
Banyak warga dari anak-anak hingga orang dewasa melihat langsung dan mengabadikan momen paus terdampar ini menggunakan gawainya.
Paus pertama muncul dari utara tepatnya berada di belakang hotel Banyuwangi Beach. Paus itu terlihat hanya berputar-putar di perairan berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai.
Salah seorang nelayan setempat, Subandi (55) mengatakan, paus terlihat sejak pukul 09.30 WIB. Nelayan sempat berupaya membantu menggiring paus itu kembali ke tengah, namun usaha itu tidak membuahkan hasil.
"Sama nelayan sempat dibantu ke tengah dan sempat berenang kembali tapi di pinggiran," kata dia.
Paus terus berenang ke arah selatan sembari terus menyeburkan air lewat punggungnya.
Paus akhirnya berhenti berenang saat tiba di belakang Hotel Ketapang Indah dan sempat menumbur rangka dermaga. Paus itu sudah nampak lemah dan tidak kuat lagi berenang.
Subandi menyebut fenomena itu cukup jarang terjadi di wilayah setempat. Ia menduga paus itu terdampar karena sedang sakit sehingga tidak mampu menyelam.
"Biasanya kan menyelam kalau sudah muncul ke permukaan gini bisa jadi paus ini sudah tua dan sakit," ujarnya.
Hingga saat ini para petugas dari Polairud dan TNI AL berupaya menyelamatkan paus itu dengan cara menariknya menggunakan tali menuju ke tengah.
Warga Temukan Bangkai Paus di Perairan Raja Ampat, Kedua Kali Sepanjang 2022
Sebelumnya, bangkai paus berukuran besar ditemukan warga terdampat di perairan Distrik Misool Utara Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Bangkai Paus tersebut ditemukan oleh masyarakat nelayan dan anggota tim penjaga laut kawasan konservasi Misool Utara binaan Yayasan Nazaret Papua.
Direktur Yayasan Nazaret Papua Tri Kurnia Goram, Jumat 28 Oktober 2022, membenarkan adanya informasi penemuan bangkai paus di wilayah Misool Utara Raja Ampat namun belum diketahui penyebab kematian.
Menurutnya, sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh tim penjaga laut kawasan konservasi Misool Utara binaan Yayasan Nazaret Papua, bangkai paus tersebut terdampar pada 25 Oktober 2022, dan sampai sekarang belum ditangani masyarakat karena bangkai mamalia laut itu terlalu besar.
Bangkai paus tersebut saat ini masih berada pada lokasi di antara Tanjung Fedoom dan Teluk Motlol Misool Utara Kabupaten Raja Ampat.
"Tadi setelah menerima laporan dari tim penjaga laut saya langsung melaporkan kepada Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Kementerian Kelautan dan Perikanan di kota Sorong," ujarnya.
Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Raja Ampat akan turun tangan menindaklanjuti laporan tersebut.
Tri Kurnia menyebut, sepanjang 2022 sudah dua kali paus mati terdampar di wilayah Misool Utara Kabupaten Raja Ampat. Sebelumnya sekitar bulan Mei Paus juga mati terdampar di wilayah Misool Utara.
Penanganan bangkai sebelumnya adalah dibiarkan terurai oleh bakteri di alam terbuka. Dan sampai saat ini tulang bangkai paus tersebut masih ada.
Advertisement