Sukses

1.500 Orang Ditangkap di Brasil, Presiden Lula Kecam Kerusuhan Sebagai Aksi Teroris

Ribuan orang di Brasil ditangkap karena telah terlibat dalam aksi kerusuhan.

Liputan6.com, Brasilia - Otoritas Brasil menahan sekitar 1.500 orang menyusul kerusuhan yang dipicu oleh tindakan para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro yang menyerbu kongres dan mahkamah agung, serta mengepung istana kepresidenan. Kerusuhan ini terjadi sepekan setelah pelantikan Presiden Lula da Silva.

Presiden Lula da Silva, ketua kongres, dan mahkamah agung mengutuk "aksi teroris dan vandalisme" tersebut dan bersumpah akan menghukum para pelakunya.

Para pendukung Bolsonaro turun ke jalan mengikuti sikap politikus sayap kanan itu yang tidak mengakui kekalahannya dalam pemilu pada Oktober. Alih-alih menghadiri pelantikan Lula da Silva, ia justru terbang ke Amerika Serikat.

Pada Senin (9/1/2023), muncul laporan yang menyebutkan bahwa Bolsonaro tengah dirawat di rumah sakit di Florida karena menderita sakit di bagian perut. Demikian seperti dikutip BBC, Selasa (10/1).

Pasca kerusuhan oleh pendukung Bolsonaro, puluhan ribu orang menggelar aksi tandingan. Mereka menyatakan mendukung nilai-nilai demokrasi. Aksi damai, yang dikawal dengan kehadiran polisi dalam jumlah yang sangat besar tersebut, ikut diwarnai dengan nyanyian dan tarian.

Pada Senin pagi, petugas bersenjata lengkap dilaporkan mulai membongkar sebuah kamp pendukung Bolsonaro di ibu kota Brasil, yang didirikan di luar barak tentara sejak pemilihan presiden.

2 dari 4 halaman

Gubernur Brasilia Diskors

Menteri Kehakiman Flavio Dino mengatakan sekitar 40 bus yang digunakan untuk mengangkut para pengunjuk rasa ke ibu kota telah disita. Menurut laporan BBC, skala kerusakan masih terlihat pada Senin sore, sementara petugas terus melakukan pembersihan.

"Mereka (pendukung Bolsonaro menggunakan bebatuan sebagai misil," kata seorang pejabat. "Untuk memecahkan kaca."

Jalan-jalan sebagian besar dilaporkan mulai tenang dan tanpa kehadiran militer atau polisi yang masif.

Bolsonaro sendiri mengutuk serangan tersebut dan membantah bertanggung jawab. Pernyataan tersebut ia lontarkan sekitar enam jam setelah kerusuhan terjadi.

Adapun Gubernur Brasilia Ibaneis Rocha diskors selama 90 hari oleh Mahkamah Agung.

Menteri Kehakiman Alexandre de Moraes menuduhnya gagal mencegah kerusuhan dan "diam dengan menyakitkan" saat menghadapi serangan itu. Tuduhan yang kemudian berujung pada permintaan maaf Rocha.

3 dari 4 halaman

Pendukung Fanatik

Para pengamat telah lama memperingatkan bahwa Bolsonaro mengembangkan gerakan pendukung fanatik seperti Donald Trump, yang bersedia terlibat dalam kekerasan dan pembangkangan massal untuk memprotes hasil pemilu. Mantan presiden itu sering membuat pernyataan agresif bahwa dia tidak akan menerima apa pun kecuali kemenangan pemilu.

"Hanya ada tiga alternatif bagi saya: ditangkap, dibunuh, atau menang," kata Bolsonaro pada 2022.

Apa yang dilakukan dan disampaikan Bolsonaro membuat para kritikus memperingatkan bahwa politikus sayap kanan itu akan menggunakan popularitasnya untuk menumbangkan demokrasi dalam serangan yang mirip dengan yang dilakukan pendukung Trump ke Capitol Hill pada 6 Januari 2021.

Bolsonaro sendiri menolak hadir dalam acara pelantikan Lula da Silva untuk secara simbolis menyerahkan selempang kepresidenan kepada penggantinya itu. Ia justru memilih pergi ke Florida.

Bolsonaro terlihat berkeliaran di jalan-jalan dekat Orlando dan makan di restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken selama momen pelantikan Lula da Silva.

4 dari 4 halaman

Tren Mengkhawatirkan

Politikus Amerika Serikat Jamie Raskin mengatakan penyerbuan Capitol AS dan Brasilia adalah bagian dari tren sayap kanan yang mengkhawatirkan.

"Dunia harus bertindak cepat untuk memperjelas bahwa tidak akan ada dukungan bagi pemberontak sayap kanan yang menyerbu Kongres Brasil," twit politikus Partai Demokrat AS itu. "Para fasis yang meniru pendukung Trump pada 6 Januari ini harus berakhir di tempat yang sama: penjara."

Pemerintah AS sudah mengutuk kerusuhan di ibu kota. Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan mentwit, "Amerika Serikat mengutuk segala upaya untuk melemahkan demokrasi di Brasil. Presiden Biden mengikuti situasi dengan cermat dan dukungan kami untuk institusi demokrasi Brasil tidak tergoyahkan. Demokrasi Brasil tidak akan terguncang oleh kekerasan."