Liputan6.com, London - Istana Buckingham sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan apapun terkait autobiografi Pangeran Harry dan sejumlah wawancara yang dilakukan putra bungsu Raja Charles III itu. Namun, sebenarnya istana bereaksi.
Kuasa hukum Istana Buckingham dilaporkan telah meminta ABC dan CBS untuk membagikan rekaman utuh wawancara Pangeran Harry sebelum mempertimbangkan apakah akan mengomentari berbagai klaimnya yang menyudutkan keluarga kerajaan Inggris. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh kedua media.
Baca Juga
Menyusul peluncuran resmi autobiografinya, "Spare", Pangeran Harry memang melakukan wawancara dengan sejumlah media. Salah duanya, ABC melalui program "Good Morning America" dan CBS lewat program "60 Minutes". Demikian dikutip dari People, Selasa (10/1/2023).
Advertisement
"Kami mendapat tanggapan dari firma hukum yang mewakili Istana Buckingham... Istana perlu mempertimbangkan dengan tepat apa yang disampaikan dalam wawancara... dan meminta kami memberikan salinan seluruh wawancara, yang mana itu tidak bisa kami lakukan sebagai sebuah kantor berita karena menyangkut dengan isu kebijakan kami," ungkap Michael Strahan yang mewawancarai Pangeran Harry dalam program "Good Morning America".
Sementara itu, dalam wawancara terbarunya dengan CNN, Pangeran Harry mengungkapkan alasan di balik langkahnya mempublikasikan hal-hal yang bersifat pribadi.
"Salah satu kritik yang Anda terima adalah tidak apa-apa bila ingin pindah ke California, tidak apa-apa bila ingin mundur dari peran institusional... tapi kenapa semua begitu terekspos? Kenapa mempublikasikan percakapan dengan ayah dan kakak Anda? Padahal Anda mengatakan akan melakukannya secara pribadi," tanya Anderson Cooper sebagai pewawancara.
Pangeran Harry menjawab, "Setiap kali saya mencoba melakukannya secara pribadi, selalu ada instruksi dan bocoran cerita untuk melawan saya dan istri. Anda tahu kan, moto keluarga itu adalah 'jangan pernah mengeluh, jangan pernah menjelaskan'. Tapi itu hanya moto. Tidak benar-benar berlaku."
Respons Istana pada 2021
Istana Buckingham tidak melulu bungkam. Pada tahun 2021, mereka merespons secara terbuka wawancara yang dilakukan Pangeran Harry dan Meghan Markle dengan Oprah Winfrey.
Dalam wawancara bersama Oprah Winfrey, Pangeran Harry dan Meghan Markle membuat sejumlah klaim kontroversial, termasuk tuduhan bahwa kerajaan menolak membantu Meghan menangani kesehatan mentalnya dan dugaan tindakan rasis terhadap putra mereka.
"Seluruh keluarga bersedih mengetahui betapa menantangnya beberapa tahun terakhir bagi Harry dan Meghan. Masalah yang diangkat, terutama isu ras, memprihatinkan. Meskipun sejumlah ingatan mungkin berbeda, tapi akan diresposn dengan sangat serius dan ditangani oleh keluarga secara pribadi," demikian bunyi pernyataan dari Istana Buckingham atas nama Ratu Elizabeth II.
Pernyataan tersebut ditutup dengan kalimat, "Harry, Meghan, dan Archie akan selalu menjadi bagian dari anggota keluarga yang sangat dicintai."
Advertisement
Klaim Harry Bunuh 25 Anggota Taliban Picu Protes
Dalam memoarnya, "Spare", Pangeran Harry mengklaim dia membunuh 25 anggota Taliban saat bertugas di Afghanistan. Pengakuan tersebut mengundang demonstrasi di sebuah universitas lokal di Helmand, provinsi tempat sebagian besar pasukan Inggris terkonsentrasi selama operasi NATO dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, pada Minggu (8/1/2023).
"Kami mengutuk tindakannya yang bertentangan dengan semua norma kemanusiaan," ujar salah seorang demonstran seperti dikutip dari AP.
Direktur media untuk untuk kegubernuran Taliban di Helmand, Mawlavi Mohammad Qasim, menyebutkan bahwa klaim Pangeran Harry dalam memoarnya telah mengungkapkan wajah asli dunia Barat.
"Ini adalah indikasi yang jelas dari tindakan kejam dan mengerikan mereka," katanya.
Sejumlah tokoh terkemuka mengatakan bahwa pengakuan Pangeran Harry tidak hanya dapat membahayakan keselamatannya, namun juga memberi reputasi buruk kepada Angkatan Darat Inggris.
"Pengakuannya bahwa dia membunuh 25 orang akan membangkitkan kembali hasrat orang-orang yang ingin mencelakainya," ujar mantan penasihat keamanan nasional Inggris Kim Darroch. "Mari berharap mereka tidak berhasil dan saya yakin dia menangani isu keamanan dengan cukup baik. Namun, itu baru satu masalah saja."
"Masalah lain terkait pengakuannya adalah bahwa dia mencirikan Angkatan Darat Inggris melatih dia dan tentara lainnya untuk melihat musuh sebagai bidak catur yang harus disingkirkan, bukan manusia. Padahal tidak demikian," imbuhnya.
Menganggap Mereka Bidak Catur
Pangeran Harry mengklaim bahwa dia membunuh 25 anggota Taliban saat bertugas sebagai ko-pilot helikopter Apache. Dia menulis bahwa dia tidak merasa puas atau malu atas tindakan tersebut.
Pangeran Harry mengatakan bahwa di tengah panasnya pertempuran dia mengganggap musuh adalah bidak yang harus disingkirkan dari papan catur.
"Baddies dihilangkan sebelum mereka bisa membunuh goodies," tulis sang pangeran.
Advertisement