Liputan6.com, Jakarta - Berapa lama waktu yang dibutuhkan tubuh untuk membusuk?
Begitu seseorang meninggal, tubuhnya biasanya langsung membusuk, meskipun pembalseman yang baik dapat menunda pembusukan.
Baca Juga
Saat seseorang meninggal, tubuh mulai rusak karena sel-sel layu dan bakteri menyerang. Tapi berapa lama waktu yang dibutuhkan tubuh untuk membusuk sepenuhnya?
Advertisement
"Meskipun proses dekomposisi dimulai dalam beberapa menit setelah kematian, ada beberapa variabel, termasuk suhu sekitar, keasaman tanah, dan bahan peti mati, yang dapat memengaruhi waktu yang dibutuhkan tubuh untuk menjadi kerangka," kata Daniel Wescott selaku direktur Forensic Anthropology Center di Texas State University seperti dikutip Minggu (15/1/2023).
"Namun, rata-rata, tubuh yang terkubur dalam peti mati biasa biasanya mulai rusak dalam waktu satu tahun, tetapi membutuhkan waktu hingga satu dekade untuk terurai sepenuhnya, hanya menyisakan kerangka," sambung Wescott.
Menurut Nicholas Passalacqua, seorang profesor di Forensic Osteology Research Station di Western Carolina University, jasad yang terkubur tanpa peti mati, yang tidak memiliki perlindungan dari serangga dan elemen lainnya, biasanya menjadi kerangka dalam waktu lima tahun.
"Dekomposisi itu sendiri cukup mudah. Begitu kematian terjadi dan darah beroksigen berhenti mengalir, sel mati; dalam proses yang disebut autolisis, sel melepaskan enzim (terutama yang berasal dari lisosom, yang mengandung enzim pencernaan), yang memecah sel itu sendiri, serta karbohidrat dan protein," demikian menurut "The Cell: A Molecular Approach"Â (Sinauer Associates, 2000).
Â
Proses Pembusukan
Pembusukan, atau penguraian bahan organik tanpa oksigen oleh bakteri, jamur, atau organisme lain, dapat mengubah sebagian kulit tubuh menjadi hijau sekitar 18 jam setelah kematian, menurut buku "Evaluation of Postmortem Changes" (StatPearls Publishing, 2022). Ini terjadi secara bersamaan karena bakteri di perut berkembang biak dengan cepat, menciptakan gas yang menyebabkan tubuh gembung dan bau.
Menurut buku tersebut, pembusukan semakin cepat saat tubuh berada di lingkungan yang panas, itulah sebabnya jenazah manusia sering disimpan di lemari es sampai waktunya untuk dimakamkan.
Selama tahap menggembung ini, kulit bisa terkelupas dan melepuh dan bisa terjadi marbling di mana pembuluh darah berwarna hitam kehijauan dapat terlihat melalui kulit dalam waktu sekitar 24 hingga 48 jam setelah kematian, menurut penjelasan "Evaluation of Postmortem Change."
"Akhirnya, masa gembung selesai, dan dalam proses yang dikenal sebagai black putrefaction (pembusukan hitam), organ dan jaringan tubuh melunak, dan bentuk kehidupan seperti serangga dan mikroba memakan jaringan lunak yang tersisa, nantinya meninggalkan sisa-sisa kerangka."
"Dekomposisi melambat secara signifikan pada tahap [rangka] ini, dan dibutuhkan waktu bertahun-tahun atau dekade untuk sisa-sisa kerangka hancur," begitu keterangan pada "Evaluation of Postmortem Change."
Â
Advertisement
Cara Tunda Pembusukan
Untuk menunda pembusukan, pembalsem dapat mengalirkan darah dan cairan lain dari mayat dan menggantinya dengan cairan pembalseman yang disuntikkan ke pembuluh darah. Bahan kimia ini, yang berfungsi sebagai pengawet, menghentikan aktivitas bakteri yang merusak tubuh.
Kendati demikian, meskipun pembalseman adalah praktik umum, beberapa agama melarangnya karena dianggap menodai tubuh.
"Jika dibalsem, itu benar-benar dapat mengubah banyak hal," kata Wescott kepada Live Science.
Sebagai contoh, ia menyebut kasus pembunuhan pemimpin hak-hak sipil Medgar Evers, yang dimakamkan pada 1963 setelah dibalsem. Ketika tubuhnya digali untuk bukti dalam persidangan pembunuhan tahun 1991, Wescott berkata, "tubuhnya sangat terawat sehingga mereka membiarkan putranya masuk untuk melihatnya."
Bagi mereka yang dibalsem dan dikubur dalam peti mati, lima sampai 10 tahun adalah waktu yang lebih khas untuk pembusukan, katanya. Pada saat itu, jaringannya hilang dan hanya tersisa tulang.
Kualitas pekerjaan pembalseman juga berperan, kata Wescott. Ketika dia menggali tubuh yang dibalsem yang dikubur 15 tahun sebelum penggalian, dia menemukan bahwa jasad telah menjadi kerangka sebagian karena peti mati telah rusak. Tubuh lain yang dibalsem yang dia gali telah dikubur setahun, tampak seperti baru saja meninggal, tetapi ada jamur yang tumbuh di tubuhnya," kenangnya.
Lokasi juga bisa berpengaruh. Jika peti mati dikubur di tanah asam, peti mati akan terkikis lebih cepat, membuat tubuh terpapar unsur-unsur tanah, termasuk serangga, yang mendukung proses pembusukan.
Â
Faktor Lain Perlambat Pembusukan Tubuh
Ada beberapa faktor lain yang kebanyakan orang tidak pikirkan, kata Wescott.
Di luar ruangan, orang dengan obesitas awalnya membusuk lebih cepat, tetapi prosesnya melambat dibandingkan dengan orang lain dalam tahap selanjutnya karena belatung lebih memilih jaringan otot daripada lemak.
Kemoterapi dan antibiotik yang digunakan sebelum kematian juga dapat berdampak besar pada pembusukan, karena keduanya membunuh beberapa bakteri yang terlibat dalam proses tersebut.
Aneh kedengarannya, lapisan peti mati mungkin juga memiliki pengaruh pada laju dekomposisi, kata Wescott.
Menurutnya, beberapa bahan pada peti mati bisa menghilangkan cairan dari tubuh dan dapat menyebabkannya mengering, dan bahkan menjadi mumi lebih cepat. Jika bahan tersebut menahan kelembapan, tubuh dapat terendam dalam cairannya sendiri dan membusuk dengan lebih cepat.
Advertisement