Liputan6.com, Jakarta - Kelompok bernama The Satanic Temple (TST) yang bermarkas di Amerika Serikat akan melangsungkan pertemuan besar-besaran.
Pertemuan ini bahkan disebut sebagai pertemuan paling besar yang pernah diselenggarakan oleh kelompok tersebut, demikian dikutip dari NST.com.my, Kamis (12/1/2023).
Baca Juga
Rencananya, akan ada agenda dari tanggal 28 hingga 30 April 2023.
Advertisement
Namun, lokasi penyelenggaraan belum diumumkan oleh penyelenggara. Pertemuan ini akan menampilkan pembicara yang membahas dampak The Satanic Temple, atau TST, pada komunitas, panel, acara bersama hingga akan berlangsung Satanic Marketplace dengan seniman dan vendor yang menjual barang, dan pertunjukan musik.
Merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh, TST mendedikasikan SatanCon tahun ini untuk Wali Kota Michelle Wu atas "upaya inkonstitusionalnya yang berulang kali untuk menjauhkan TST dari ruang publik," menurut pengumuman dari akun Twitter organisasi yang berbasis di Salem, Massachusetts.
Dalam email ke media Globe, kantor pers wali kota menyatakan bahwa acara tersebut tidak disponsori oleh walikota atau kota.
Pada tahun 2016, TST meminta untuk menyampaikan permohonan sebelum rapat Dewan Kota Boston, tapi permintaannya ditolak Dewan Kota.
Organisasi tersebut sempat mengalami kesulitan di masa lalu untuk mendapatkan persetujuan mengibarkan benderanya di Balai Kota Boston.
“Yang sangat mengerikan adalah kami membawa ini ke pengadilan,” kata pendiri TST Lucien Greaves kepada Globe.
TST mengadakan konvensi nasional pertama di Scottsdale, Ariz beberapa tahun lalu dan tiketnya ludes terjual.
Setelah kesuksesan awalnya, TST berencana menjadikan konferensi itu sebagai acara tahunan, menurut Greaves.
Greaves mengatakan penjualan tiket tahun lalu terjual habis, dan dia mengharapkan kehadiran serupa tahun ini.
Pengumuman SatanCon 2023 disambut dengan beberapa perlawanan. Greg Locke, pendeta utama Injili dan anti-vaksin dari Global Vision Bible Church yang berbasis di Tennessee, ingin mengadakan pertemuan sebagai protes atas konferensi SatanCon 2023.
Mereka yang ingin hadir sebagai peserta SatanCon 2023 wajib menunjukkan bukti vaksinasi COVID-19 dan selalu memakai masker N-95, KN-95, atau masker bedah.
Kasus Pemuja Setan Lain
Sementara itu, akibat ditolak untuk turut berpartisipasi dalam sebuah pertemuan dewan kota, sekelompok pemuja setan di negara bagian Arizona, Amerika Serikat (AS), mengklaim mereka mengalami tindak diskriminasi oleh otoritas setempat.
Bahkan, kelompok pemuja setan tersebut mendaftarkan gugatan hukum ke Pengadilan Distrik di Kota Phoenix, di mana menuding dewan kota Scottsdale telah melanggar salah satu isi Amandemen Pertama tentang kebebasan berekspresi.
Dilansir dari ABC News pada Rabu 28 Februari 2018, gugatan hukum itu bukan saja menyoal tentang penolakan partispasi pendapat, melainkan juga beberapa kebijakan lain dari dewan kota yang dianggap menyulitkan kelompok pemuja setan terkait.
Menurut Lucien Greaves, seorang juru bicara dari Kuil Pemuja Setan, beberapa aturan yang dianggap merugikan mereka, di antaranya seperti pemeriksaa obyek pajak yang tidak wajar, pembatasan aktivitas di ruang publik, dan yang paling dianggap diskriminatif, ketika tidak diberikan izin berpartisipasi pada pertemuan dewan kota.
"Negara ini (Amerika Serikat) tidak memiliki garis aturan tentang apa yang diyakini oleh masyarakatnya, sehingga berbagai keyakinan seharusnya bisa diterima apa adanya. Kami tidak berbuat kriminal dan tidak merugikan orang lain," ujar Greaves kecewa.
Ditambahkan oleh Greaves, segala kegiatan yang dilakukan oleh Kuil Pemuja Setan tunduk pada aturan yang berlaku, dan dibuat setransparan mungkin.
Sementara itu, Dewan Kota Scottsdale, berkilah bahwa adalah alasan jelas di balik penolakan partisipasi kelompok pemuji setan tersebut.
"Bukan disebabkan oleh desakan pihak agama tertentu, kami menolak partisipasi tersebut karena mereka tidak memiliki hubungan substansial kepada warga Scottsdale," tulis pernyataan resmi pemerintah kota Scottsdale.
Advertisement
Tetap Dibenci Meski Berstatus Legal
Pengacara Kuil Pemuja Setan, Stuart de Haan, mengatakan bahwa apa yang dijelaskan oleh dewan kota ke hadapan publik sebagai 'hal yang tidak benar'.
Menurut de Haan, meski tidak memiliki bangunan fisik resmi di Scottsdale dan di bagian manapun di Arizona, namun kelompok terkait memilik banyak anggota yang tersebar di seluruh negara bagian.
"Mereka telah memenuhi syarat sebagai sebuah komunitas, dan seharusnya berhak mendapat jaminan berekspresi dan menyumbangkan pendapat kepada masyarakat," jelas de Haan.
Kuil Pemuja Setan, menurut de Haan, didirikan sejak 1998 silam di Arizona. Kelompok ini merupakan perluasan dari kelompok pemuja setan yang bermarkas di Kota New York.
Di tingkat dunia, sangat sedikit kelompok pemuja setan yang mendapat status legal, seperti di antaranya di AS, Kolombia, Spanyol, dan Australia.
Namun, hanya satu kelompok saja yang benar-benar memiliki kuil resmi untuk melakukan ritual pemujaan setan, yakni kelompok Iglesia Luciferina di Kolombia.
Meski beberapa telah menyandang status legal, namun kehadirannya masih belum bisa diterima secara luas oleh publik, di mana anggapan sesat kerap dituduhkan kepada mereka.
6 Kota Besar di Dunia Tempat Para Penganut Aliran Sesat
Aliran sesat atau sekte kini telah banyak dijalani masyarakat. Berbagai hal yang menjadi alasan untuk mempercayai apa yang mereka anut.
Mereka menganggap apa yang terjadi di dunia ini tak bisa dijembatani oleh hadirnya agama tertentu. Kemudian mereka membuat sebuah agama tersendiri yang dirasa sudah sesuai dengan pemikiran mereka.
Sayangnya, beberapa dari penganut sekte tersebut tidak memiliki pemikiran yang sangat baik. Bahkan banyak dari ajaran mereka yang cenderung ke arah sesat. Bahkan bisa membahayakan nyawa pengikutnya sendiri.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa kota di dunia ini yang menganut aliran sesat:
Advertisement