Sukses

Memoar Pangeran Harry Pecahkan Guinness World Records

Buku memoar Pangeran Harry berjudul "Spare" meraih predikat penjualan tercepat.

Liputan6.com, London - Guinness World Records menyatakan memoar Pangeran Harry telah memecahkan rekor dunia. Memoar berjudul Spare meraih predikat buku non-fiksi yang dijual tercepat. 

Rekor itu dipecahkan meski buku Spare baru dirilis kurang dari seminggu. Konten buku itu mengumbar rahasia keluarga Pangeran Harry sendiri. Nama Ratu Camilla, Pangeran William, dan Putri Catherine ikut menjadi sorotan.

"Memoir kontroversial yang mengumbar segalanya dari Pangeran Harry yang berjudul Spare telah menjadi buku fiksi yang terjual tercepat sepanjang masa, usai menjual 1,43 juta kopi dalam hari pertama penjualan di Kerajaan Bersatu, Amerika Serikat, dan Kanada," tulis situs resmi Guinness World Records Sabtu (14/1/2023). 

"Rekor tersebut sebelumnya dipegang oleh buku keempat Barack Obama, A Promised Land (2020), yang terjual 887 ribu kopi saat hari perilisan," lanjut pihak Guinness.

Rumah penerbitan Penguin Random House juga telah mengkonfirmasi bahwa penjualan buku Pangeran Harry adalah yang tercepat yang pernah mereka saksikan. 

"Penjualan seharian pertama dari Spare mewakili penjualan hari pertama terbesar dari segala buku non-fiksi yang pernah diterbitkan oleh Penguin Random House," jelas pernyataan pihak penerbit.

Penguin Random House pernah merilis buku non-fiksi dari orang-orang terkenal seperti The Light We Carry (Michelle Obama), Novelist as a Vocation (Haruki Murakami), Surrender (Bono), Leadership (Henry Kissinger), Let Me Tell You What I Mean (Joan Didion), dan Will (Will Smith).

Keluarga kerajaan Inggris tidak memberikan respons terhadap memoar Pangeran Harry, namun pangeran berusia 38 tahun itu mengaku masih punya bahan jika ingin menulis buku kedua. Harry berkata ia tidak akan diampuni keluarganya apabila ia mengungkap hal-hal tersebut.

2 dari 4 halaman

Profil JR Moehringer, Ghost Writer dari Buku Pangeran Harry

Sebelumnya dilaporkan, memoar Pangeran Harry bisa dibilang memoar paling kontroversial tahun ini. Buku setebal 416 halaman itu menjabarkan sederet pengakuan Pangeran Harry yang tumbuh dalam lingkup keluarga kerajaan Inggris. 

Seperti banyak tokoh terkenal lainnya, Pangeran Harry mendapat bantuan dari penulis bayangan JR Moehringer. Dia adalah seorang jurnalis dan penulis yang berbasis di Amerika Serikat. Pria berusia 58 tahun itu diketahui pernah memenangkan Hadiah Pulitzer pada 2000 untuk artikelnya 'Crossing Over'.

Publik pun penasaran dengan sosok pria yang menulis dengan nama pena JR Moehringer. Menurut surat kabar The National News yang berbasis di Abu Dhabi, Moehringer lahir di New York dan dibesarkan di dusun Manhasset.

Mengutip dari Firstpost, Rabu (11/1/2023), John Joseph Moehringer dibesarkan oleh seorang ibu tunggal yang tinggal bersamakakek neneknya sebelum pindah ke Arizona untuk melanjutkan sekolah menengah. Moehringer lulus dari Universitas Yale dengan gelar BA, menurut Daily Mail.

Dia memulai karier jurnalistiknya sebagai Asisten Berita di New York Times. Dia telah bekerja untuk beberapa publikasi Amerika seperti Rocky Mountain News dan Los Angeles Times.

Terobosan besarnya datang saat menulis artikel Times tentang petinju tahun 1950-an Bob 'Bombardier' ​​Satterfield, yang dia temukan sedang tidur di bangku taman di Los Angeles. Artikel itu diterbitkan pada 1997.

Artikel itu yang menginspirasinya membuat buku berjudul Resurrecting the Champ pada 1998. Karya itu mengantarnya menjadi finalis Pulitzer Prize in Feature Writing, tapi tak menang. Buku tersebut kemudian diadaptasi menjadi film dengan nama yang sama yang dibintangi oleh Samuel L Jackson.

3 dari 4 halaman

Peraih Penghargaan Pulitzer

Menurut majalah People, Moehringer baru meraih Pulitzer pada 2000 lewat artikelnya yang mengulas kota sungai terpencil di Alabama. Kota sungai itu merupakan rumah bagi beberapa keturunan budak.

Hadiah Pulitzer, mengutip dari Britannica, merupakan salah satu dari penghargaan tahunan yang prestisius bagi para jurnalis. Penghargaan itu diberikan oleh Universitas Columbia, di Kota New York untuk pelayanan publik yang luar biasa.

Hadiah tersebut awalnya diberikan dalam bentuk hadiah uang sebesar 500 ribu dolar AS dari tokoh surat kabar Joseph Pulitzer sejak 1917. Penghargaan Pulitzer dibuat oleh Universitas Columbia atas rekomendasi Dewan Hadiah Pulitzer, yang terdiri dari juri yang ditunjuk oleh Universitas. Hadiah bervariasi dalam jumlah dan kategori selama bertahun-tahun diselenggarakan.

Pada 2005, Moehringer merilis memoarnya The Tender Bar. Buku itu mengulas tantangan masa kecilnya, hubungannya dengan ibunya, dan perjuangannya mengatasi kecanduan alkohol. Buku terlaris ini diadaptasi menjadi film pada 2021 yang disutradarai oleh George Clooney dan menampilkan Ben Affleck.

4 dari 4 halaman

Kolaborasi Sebelumnya

Moehringer bukanlah pendatang baru di bidang ghost writing. Dia membantu legenda tenis Andre Agassi dengan autobiografinya pada 2009 Open dan pendiri Nike Phil Knight dengan memoarnya Shoe Dog.

Dalam wawancara pada 2012 dengan NPR tentang buku Agassi, Moehringer menjelaskan proses pemikirannya. "Anda mencoba dan memikirkan seperti mereka, dan meskipun Anda memikirkan orang ketiga, Anda menulis orang pertama, jadi prosesnya adalah bayangan cermin satu sama lain, tetapi mereka tampak sangat simpatik," katanya.

Moehringer lebih lanjut menjelaskan kolaborasinya dengan Agassi. "Saya sangat senang bisa meneleponnya, duduk bersamanya, setiap kali saya menemukan sesuatu dan tidak tahu seperti apa atau baunya."

Moehringer pada 2012 menulis Sutton, berdasarkan kisah perampok bank Willie Sutton, menurut The National News. Jasa ghost writing-nya menelan biaya 1 juta dolar AS atau setara Rp15,4 miliar menurut Page Six. Jumlah yang terbilang fantastis untuk jasa di bidang kepenulisan. 

Goshwriter atau penulis bayangan adalah seseorang yang dibayar untuk menulis buku, artikel, pidato, atau jenis karya tulis lainnya atas nama orang lain. Banyak pengarang untuk orang lain menandatangani perjanjian kerahasiaan yang menyatakan bahwa mereka tidak akan mengungkap identitasnya, menurut National News, walau kini sepertinya kerahasiaan itu tidak selalu berlaku.