Liputan6.com, Warsawa - Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley dilaporkan mengunjungi Polandia dan berbicara dengan panglima militer Ukraina Valerii Zaluzhnyi pada Selasa (17/1/2023). Kedua pemimpin sudah sering berbicara tentang kondisi perang, namun belum pernah bertemu langsung.
Juru bicara Milley, Kolonel Dave Butler, mengatakan bahwa kedua jenderal itu merasa penting untuk bertemu langsung.
Baca Juga
"Mereka telah berbicara secara teratur dan telah mengenal satu sama lain," kata Butler seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (18/1). "Mereka membahas secara rinci tentang pertahanan yang coba dilakukan Ukraina terhadap agresi Rusia."
Advertisement
Jenderal Milley, sebut Butler, didampingi enam staf senior dan bepergian dengan mobil saat akan bertemu Zaluzhnyi.
Menurut Butler, pertemuan tersebut akan memungkinkan Jenderal Milley untuk menyampaikan kebutuhan mendesak Ukraina kepada para pemimpin militer lainnya selama serangkaian pertemuan penting yang berlangsung pekan ini.
"Melalui pembicaraan rutin (dengan Zaluzhnyi), Jenderal Milley akan dapat menggambarkan kondisi taktis dan operasional medan perang serta apa yang dibutuhkan militer Ukraina," terang Butler.
Lebih dari 600 tentara Ukraina dilaporkan telah memulai program pelatihan di Grafenwoehr di Jerman.
Tatap muka Milley dan Zaluzhnyi berlangsung di tengah desakan untuk meningkatkan bantuan militer ke Ukraina, termasuk pelatihan pasukan oleh AS dan penyediaan sejumlah peralatan tempur seperti rudal dan tank dari sekutu Barat lainnya.
AS Larang Pejabat Militernya ke Ukraina
Butler menjelaskan lebih lanjut bahwa sebelumnya Zaluzhnyi dijadwalkan melakukan perjalanan ke Brussel dalam minggu ini untuk melakukan pertemuan dengan pejabat NATO. Namun, entah kenapa kunjungan tersebut dibatalkan, hingga akhirnya ia melangsungkan pertemuan dengan Milley di dekat perbatasan Polandia.
Ketika sejumlah pejabat sipil AS tetap mengunjungi Ukraina, pemerintahan Presiden Joe Biden telah menegaskan bahwa tidak ada pejabat militer AS yang akan memasuki Ukraina selain yang terkait dengan kedutaan besar AS di Kyiv.
Advertisement
Perubahan Kondisi Medan Perang
Pertemuan Milley dan Zaluzhnyi memulai serangkaian pertemuan tingkat tinggi para pemimpin militer dan pertahanan minggu ini. Milley dan mitranya akan bertemu di Brussel pada Rabu dan Kamis. Kemudian, Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina akan berkumpul di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman pada Kamis dan Jumat.
Pertemuan tersebut diharapkan fokus pada kebutuhan militer Ukraina mengingat perubahan musim. Medan perang pada musim dingin kini telah berubah menjadi jalan dan ladang berlumpur di musim semi.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Economist pada Desember 2022, Zaluzhnyi mengatakan Ukraina membutuhkan 300 tank, 600-700 kendaraan tempur infanteri, dan 500 Howitzer untuk memukul mundur penjajah.
Merespons permintaan Ukraina, Inggris menjanjikan pengiriman satu skuadron Challenger 2. Namun, jumlah itu dinilai terlalu sedikit.
Tank-tank Abrams pabrikan AS dinilai terlalu banyak menghabiskan bahan bakar untuk diterjunkan dalam jumlah besar di Ukraina.
Sementara itu, Polandia dan Finlandia telah mengatakan bersedia mengirim Leopard, namun dengan catatan jika Berlin memberikan persetujuan ekspor ulang.
Belanda Berencana Kirim Rudal Patriot
Secara terpisah, Belanda berencana untuk mengirim sistem pertahanan rudal Patriot ke Ukraina. Demikian dilaporkan kantor berita Belanda ANP, yang mengutip pernyataan Perdana Menteri Mark Rutte pada Selasa.
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan sekutu NATO menyampaikan pesan yang jelas kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dengan meningkatkan pasokan senjata mereka ke Ukraina.
"Pesan yang kami kirim ke Putin… adalah bahwa kami membuat komitmen untuk mendukung Ukraina sampai mereka menang," kata Cleverly dalam forum Center for Strategic and International Studies di Washington.
Puluhan ribu orang terbunuh dan jutaan orang terusir dari rumah mereka sejak Rusia meluncurkan apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" untuk menghilangkan ancaman keamanan di Ukraina pada Februari tahun lalu.
Advertisement