Sukses

2 Negarawan Indonesia, Sukarno dan Ali Alatas Bakal Jadi Nama Jalan di Vietnam

Phnom Penh, Vietnam akan menamai dua jalan untuk menghormati negarawan Indonesia.

Liputan6.com, Phnom Penh - Dua jalan di Phnom Penh, Kamboja diberi nama sesuai dengan mantan presiden Indonesia Sukarno dan menteri luar negeri Ali Alatas. Hal itu dilakukan untuk mengingat kontribusi mereka terhadap Kamboja modern.

Sukarno mengunjungi Kamboja pada 1950-an dan 60-an, tidak lama setelah negara kerajaan itu memperoleh kemerdekaan dari Prancis, sementara Alatas memimpin konferensi tentang Kamboja di ibu kota Prancis sebelum Paris Peace Agreements (Perjanjian Perdamaian Paris) 1991.

Duta Besar RI untuk Kamboja, Sudirman Haseng melakukan kunjungan kehormatan kepada Gubernur Phnom Penh Khuong Sreng pada 17 Januari 2023, sebelum meninjau lokasi dua jalan yang akan diberi nama Jalan Soekarno dan Jalan Ali Alatas.

Sreng mengatakan kepada delegasi bahwa persahabatan Kerajaan Kamboja dengan Indonesia telah berkontribusi pada perkembangan Kamboja modern, dengan Perdana Menteri Hun Sen memutuskan untuk menamai jalan-jalan tersebut menggunakan nama kedua pemimpin Indonesia sebagai ungkapan terima kasih.

"Kedua jalan tersebut akan diberi nama Jalan Soekarno dan Jalan Ali Alatas sebagai ungkapan terima kasih kepada pimpinan Republik Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar bagi pembangunan Kamboja," ujar Gubernur Sreng seperti dikutip dari The Star.my, Kamis (19/1/2023).

Sementara itu, Dubes Sudirman mengucapkan terima kasih atas jalan yang diberi nama mantan negarawan Indonesia itu dan memuji perkembangan pesat Phnom Penh.

Kedua jalan tersebut akan menghubungkan National Road 6 ke Win-Win Boulevard di Distrik Chroy Changvar dan diharapkan dapat meningkatkan kondisi lalu lintas di ibu kota, terutama ketika Kamboja menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA) ke-32 dan Para Games ke-12 pada bulan Mei tahun ini.

 

2 dari 4 halaman

Jejak Hubungan Baik Indonesia- Kamboja

Kin Phea, direktur Institut Hubungan Internasional di Royal Academy of Cambodia, mengatakan hubungan kedua negara semakin dalam sejak hubungan diplomatik pertama kali terjalin pada tahun 1957, ketika Kamboja dipimpin oleh mendiang Raja Pastor Norodom Sihanouk dan Indonesia dipimpin oleh Sukarno.

Kamboja dan Indonesia telah menikmati hubungan baik hingga tahun 1975, ketika hubungan diplomatik diputuskan oleh rezim genosida Khmer Merah, dan baru pada tahun 1992, setelah Perjanjian Perdamaian Paris, kedua negara menjalin kembali hubungan resmi.

"Sejak tahun 1992, setelah terjalinnya kembali hubungan diplomatik, Kamboja dan Indonesia telah menikmati hubungan yang baik, yang dapat kita lihat dari kepentingan bersama di bidang ekonomi, politik, pariwisata dan pendidikan."

"Dalam kerangka hubungan bilateral, kedua negara telah menyusun mekanisme untuk menunjukkan itikad baik dan komitmen untuk memperkuat hubungan timbal balik di bidang politik, ekonomi, dan perdagangan, meskipun saat ini volume perdagangan bilateral masih terbatas," kata Phea.

Dalam kerangka multilateral, kedua negara, sebagai negara anggota ASEAN dan PBB, telah menunjukkan dukungan timbal balik di forum regional dan global.

Indonesia adalah negara terbesar di ASEAN dan anggota Kelompok 20 (G20).

3 dari 4 halaman

Suvenir KTT ASEAN, Kamboja Beri Jam Tangan Mewah dengan Sentuhan Emas dan Permata

Bicara soal Kamboja, sebelumnya Perdana Menteri Hun Sen, penggemar jam tangan mewah, membagikan jam tangan buatan lokal yang unik sebagai suvenir bagi para pemimpin dunia, pada pertemuan puncak internasional yang ia selenggarakan.

Foto-foto yang dibagikan oleh Hun Sen di halaman Facebook resminya menunjukkan tampilan close-up dari jam tangan limited edition atau edisi terbatas dengan sentuhan emas, bingkai transparan, dan tali kulit cokelat, dihiasi dengan kata-kata "ASEAN Kamboja 2022" dan "Made in Cambodia".

"Jam tangan ini telah disiapkan dan dirakit oleh teknisi Kamboja asli, yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan Kamboja," tulis Hun Sen tentang 25 jam tangan edisi terbatas tersebut seperti dikutip dari The Star.my, Kamis (10/11/2022).

Presiden AS Joe Biden adalah salah satu pemimpin global yang menghadiri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) summit atau KTT ASEAN di ibu kota Phnom Penh.

Sebuah video yang beredar soal suvenir KTT ASEAN itu menunjukkan roda gigi bagian dalam jam tangan yang rumit, diukir dengan "tourbillon" dan "25 permata" dan nama pembuat jam Kamboja, Prince Horology.

Harga jam tangan mewah buatan Kamboja itu sejauh ini belum diumumkan.

Hun Sen, yang telah memerintah Kamboja selama 37 tahun, telah menghadapi pengawasan publik dalam beberapa tahun terakhir setelah difoto mengenakan jam tangan mewah. Termasuk dengan Patek Philippe dan Richard Mille, yang masing-masing berharga lebih dari $ 1 juta, sementara sebagian besar negara berjuang dengan kemiskinan.

Sambungannya di sini...

4 dari 4 halaman

6 Fakta Menarik Kamboja, Punya Monumen Keagamaan Terbesar di Dunia

Kamboja merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara. Ibu kotanya berada di Phnom Penh.

Luas wilayah Kamboja yakni 181.035 km persegi. Negara itu berbatasan dengan Laos dan Thailand di utara; Vietnam di timur; Vietnam dan Teluk Thailand di selatan; serta Thailand dan Teluk Thailand di Barat.

Mayoritas penduduk Kamboja adalah orang Khmer, mereka juga bertutur dalam bahasa Khmer. Negara ini memiliki beberapa fakta yang mungkin belum banyak diketahui. Berikut enam fakta menarik Kamboja yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sistem Pemerintahan

Kamboja didirikan sebagai demokrasi multi-partai di bawah monarki konstitusional. Raja menjabat sebagai kepala negara dan Perdana Menteri adalah kepala pemerintah Kerajaan Kamboja, dikutip dari Open Development Cambodia.

Di bawah Konstitusi 1993, kekuasaan pemerintah dipisahkan menjadi tiga cabang: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dewan Menteri (juga dikenal sebagai Kabinet Kamboja) mengepalai cabang eksekutif, yang mencakup Perdana Menteri dan semua kementerian.

Parlemen memiliki kekuasaan legislatif yang terdiri dari Majelis Nasional dan Senat. Mereka dipimpin oleh seorang presiden dan dua wakil presiden yang dipilih melalui suara mayoritas mutlak dari anggota majelis sebelum setiap sesi legislatif. Sementara, kekuasaan yudikatif berada di tangan Mahkamah Agung, Pengadilan Banding, dan pengadilan kota/provinsi.

2. 95 Persen Orang Kamboja Beragama Buddha

Buddhisme adalah agama resmi Kamboja dan diperkirakan 95 persen dari populasi mempraktikkan Buddhisme Theravada, mengutip dari Nomadic Boys, pada Sabtu, 24 September 2022. Agama itu telah dipraktikkan di Kamboja setidaknya sejak abad ke-5 M dan telah menjadi agama negara dari abad ke-13 hingga saat ini – kecuali selama rezim Khmer Merah ketika praktik agama dilarang.

Kuil Buddha disebut Wats dengan yang paling terkenal adalah Angkor Wat. Banyak pria menjadi biksu setidaknya selama satu tahun, atau terkadang lebih lama.

Orang Kamboja mempraktikkan agama Buddha dengan melakukan tindakan untuk mendapatkan pahala, untuk memastikan mereka mencapai nirwana. Beberapa cara untuk mendapatkan jasa, termasuk menyumbangkan uang kepada mereka yang membutuhkan, menyediakan barang dan/atau makanan kepada para bhikkhu di wat atau (khususnya untuk anak-anak) berugas di wat.

Selanjutnya klik di sini...