Liputan6.com, Basra - Pertandingan final Arabian Gulf Cup di Irak diwarnai dengan insiden kerusuhan. Insiden terjadi beberapa jam sebelum pertandingan pada pukul 19.00 di Palm Trunk Stadium, kota Basra.
Lautan manusia menyerbu stadion di Basra tersebut, alhasil terjadi aksi injak-injak.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan Al Jazeera, Kamis (19/1/2023), kementerian dalam negeri sudah memperingatkan agar orang yang tak punya tiket supaya jangan ikut-ikutan datang. Namun, ribuan orang tanpa tiket disebut meramaikan area stadion.
Pihak pemerintah Irak ingin menghindari insiden sesak karena jumlah penonton yang terlalu banyak, serta kehadiran jumlah massa dalam jumlah besar dikhawatirkan menambah beban kepada pasukan keamanan.
Mayjen Saad Maan dari militer juga meminta para fans untuk mengikuti regulasi dan arahan pasukan keamanan.
Gerbang Palm Trunk Stadium dilaporkan telah ditutup karena kapasitasnya sudah penuh. Pemerintah mengaku siap mengambil keputusan untuk menunda pertandingan sebagai opsi terakhir.
Kementerian Olahraga Irak berkata para fans harus mundur dari lokasi sekitar stadion jika ingin pertandingan dilanjutkan. Pertandingan disebut tak bisa digelar apabila massa terus berkumpul.
Kapasitas Palm Trunk Stadium adalah 65 ribu orang, dan puluhan ribu orang lantas mendatangi lokasi. Jumlah penonton dari luar negeri juga mencapai puluhan ribu untuk menonton pertandingan antara Irak melawan Oman.
Salah seorang penonton sepak bola yang datang dari Diwaniyah mengaku menyesal karena terjadinya insiden ini.
"Jika saya tahu bahwa ini akan terjadi, saya tidak akan datang," ujar Sajjad Ahmed yang berusia 17 tahun.
Lautan Manusia
Sebelumnya dilaporkan, ribuan orang datang sejak sehari lalu. Ada orang yang bahkan tidur di jalanan sehingga banyak jalan yang ditutup dan aparat keamanan harus mengendalikan kerumunan.
Selain itu, ada juga puluhan ribu orang yang datang dari negara-negara Teluk lainnya untuk menonton pertandingan, sehingga menambah tekanan di kota Basra.
Belum jelas apakah pertandingan sepak bola malam ini masih akan dilanjutkan, sebab dua orang dinyatakan meninggal, dan beberapa orang yang terluka dinyatakan kritis.
Jurnalis Al Jazeera yang ada di lokasi, Mahmoud Abdelwahed, melaporkan bahwa pemerintah tidak sepenuhnya siap untuk menyambut para fans.
"Pihak berwenang berkata mereka beruntung bisa menjadi tuan rumah acara yang spesial itu, tetapi kotanya tidak bersiap sebagaimana seharusnya. Basra telah dibebani sejumlah masalah dalam beberapa dekade terakhir, seperti kurangnya pelayanan, vacuum keamanan, dan banyak konflik akhir-akhir ini," ujar Abdelwahed.
Situasi kurangnya persiapan pemerintah itu mirip dengan tragedi festival Halloween di Itaewon, Korea Selatan, pada Oktober 2022. Saat itu, aparat lokal dan kepolisian dianggap tidak bersiap terhadap membludaknya pengunjung, serta tidak responsif ketika ada laporan masyarakat terkait situasi di area.
Advertisement