Liputan6.com, Kopenhagen - Usai kepergian Ratu Elizabeth II yang meninggal dunia pada 8 September 2022, gelar sebagai pemimpin monarki terlama yang masih berkuasa di Eropa kini dipegang oleh Ratu Margrethe II dari Denmark.
Tidak hanya itu, Ratu Margrethe II juga satu-satunya perempuan yang menjadi pemimpin monarki di Eropa setelah Ratu Elizabeth II wafat.
Baca Juga
Margrethe naik takhta ketika ia berusia 31 tahun pada 14 Januari 1972, yakni setelah kematian ayahnya, Frederik IX. Ia pun kemudian menjadi perempuan pertama yang memegang posisi ratu yang memerintah di Denmark.
Advertisement
Akan berusia 83 tahun di 2023, Ratu Margrethe II kini tercatat telah bertakhta selama lebih dari 50 tahun.
Perayaan untuk memperingati 50 tahun bertakhtanya Ratu Margrethe II sayangnya harus ditunda dan digantikan sebagai perayaan kecil saja. Sebab, perayaannya saat itu berdekatan dengan kabar meninggalnya Ratu Elizabeth II.
Acara besar-besaran pun tidak dibuat demi menghormati Elizabeth II yang baru saja wafat. Elizabeth ternyata adalah sepupu ketiga Margrethe, dilansir dari The Brussels Times, Sabtu (27/1/2023).
Margrethe juga memiliki sifat yang mirip dengan Elizabeth. Misalnya, mereka berdua sama-sama menolak turun takhta, meskipun usianya yang sangat muda.
Selain itu, Elizabeth II dan Margrethe II fasih berbahasa Prancis. Kemiripan lainnya adalah, mereka berdua menyaksikan kengerian Perang Dunia II, di mana Denmark diduduki oleh Nazi Jerman.
Popularitas Ratu Margrethe II
Ratu Margrethe II adalah sosok yang populer di Denmark. Bahkan, pada 2018, sebanyak 80 persen masyarakat Denmark mendukung monarki.
Nyatanya, Margrethe seharusnya tidak dijadikan sebagai putri. Ia adalah anak tertua dari tiga putri dan menjadi putri pada 1953 setelah referendum mengubah aturan suksesi yang memungkinkan ia menjadi Ratu. Namun, pada saat itu, sepertiga warga Denmark menentang pemimpin perempuan.
Selain itu, monarki menggelepar ketika ia dimahkotai pada 1972, dan satu dari tiga masyarakat Denmark akan memilih republik daripada monarki. Namun, profesionalisme Margrethe pada akhirnya memenangkan dan menarik hati masyarakat Denmark.
Selama masa pemerintahannya, Ratu Margrethe II berhasil menghindari skandal dan membantu memodernisasi monarki Denmark, dilansir dari The Straits Times. Contohnya, ia mengizinkan dan merestui kedua putranya menikah dengan rakyat jelata.
Sejarawan Lars Hovebakke Sorensen mengatakan kepada AFP, bahwa Ratu Margrethe II berperan besar sebagai pemersatu Denmark di masa-masa perubahan yang menimpa negara tersebut.Â
"Ia (Ratu Margrethe II) telah berhasil menjadi seorang ratu yang menyatukan bangsa Denmark di masa perubahan besar yakni globalisasi, munculnya negara multikultural, krisis ekonomi pada 1970-an, 1980-an dan lagi pada 2008 hingga 2015, serta pandemi," kata Sorensen.
"Dasar popularitasnya adalah bahwa sang ratu benar-benar non-politis," lanjutnya.
Â
Advertisement
Kenal Lebih Dalam Ratu Margrethe II
Lahir di Kopenhagen, Denmark pada 16 April 1940, Margrethe memiliki nama panjang Margrethe Alexandrine Þórhildur Ingrid.Â
Ia mengadopsi nama Margrethe sebagai nama takhtanya sebagai penghormatan dari Margrethe I, yang memimpin Denmark pada 1375 hingga 1412.
Melansir Vanity Fair, Margrethe dijuluki Ashtray Queen atau Ratu Asbak karena ternyata sang ratu adalah perokok berat.
Margrethe juga ternyata orang yang artistik. Selain menjadi ratu, ia adalah seorang pelukis serta desainer kostum dan set di sejumlah teater Eropa.
Dengan kemampuan artistiknya, ia pernah menjadi ilustrator di novel "The Lord of the Rings" oleh J.R.R. Tolkien, edisi bahasa Denmark yang terbit pada 2022.
Talenta Margrethe tidak hanya di bidang seni, tetapi juga di bidang linguistik. Sebab, ia fasih dalam lima bahasa, yakni bahasa Denmark, Swedia, Prancis, Inggris, dan Jerman. Dengan kemampuan berbahasanya, Margrethe II pernah terjun dalam proyek penerjemahan berbagai karya sastra, tetapi di bawah nama samaran.
Â
Pernah Cabut Gelar Kerajaan Cucu-cucunya
Pada akhir September 2022, Ratu Margrethe II mengumumkan perubahan besar pada gelar anak-anak Pangeran Joachim dan keturunan mereka. Ratu memutuskan bahwa Pangeran Nikolai, Pangeran Felix, Pangeran Henrik, dan Putri Athena akan dicabut gelar kerajaannya.
Dalam keterangan pers oleh Kerajaan Denmark, dijelaskan bahwa, "Yang Mulia Ratu ingin menciptakan kerangka kerja bagi keempat cucunya untuk dapat membentuk kehidupan mereka sendiri ke tingkat yang jauh lebih besar tanpa dibatasi, dengan pertimbangan dan tugas khusus yang melibatkan afiliasi formal dengan Royal House of Denmark sebagai institusi."
Empat bangsawan muda itu akan disebut sebagai Count atau Countess of Monpezat. Terlepas dari perubahan drastis, Ratu Margrethe telah mengonfirmasi keempat cucunya akan mempertahankan tempat mereka dalam urutan suksesi.
Pengadilan Kerajaan Denmark juga mengatakan dalam pernyataannya, "Keputusan Ratu sejalan dengan adaptasi serupa yang telah diterapkan rumah kerajaan lain dengan cara yang berbeda dalam beberapa tahun terakhir."
Advertisement