Liputan6.com, Moskow - Rusia memperingatkan eskalasi yang sangat berbahaya jika NATO mengerahkan bantuan senjata berat seperti tank tempur dan sistem rudal jarak jauh ke Ukraina.
Pernyataan Kremlin itu datang pada Kamis (19/1/2023), sebelum pertemuan sekutu Barat pada Jumat (20/1). Tatap muka itu akan membahas pengiriman bantuan militer yang lebih masif ke Ukraina. Demikian dilansir Al Jazeera.
Baca Juga
"Berpotensi, sangat berbahaya. Itu akan membawa konflik pada level yang sama sekali baru, yang tentu saja bukan pertanda baik dari sudut pandang global dan keamanan Eropa," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Advertisement
Peskov mengungkapkan hal tersebut setelah Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov membuat pernyataan bernada serupa.
"Ini harus menjadi jelas bagi semua orang: Tidak peduli senjata apa yang dipasok AS atau NATO ke rezim Zelensky, kami akan menghancurkannya," kata Antonov. "Tidak mungkin mengalahkan Rusia."
Antonov menambahkan bahwa retorika AS atas Ukraina kian agresif.
"Dengan bersikeras bahwa Krimea adalah bagian dari Ukraina dan mengatakan Kyiv dapat menggunakan senjata AS untuk melindungi wilayahnya, Washington pada dasarnya mendorong rezim Kyiv untuk melakukan tindakan teror di Rusia," ungkap diplomat Rusia tersebut.
Sementara itu, secara terpisah, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa dukungan berkelanjutan Barat untuk Ukraina dapat menyebabkan perang nuklir.
"Kekalahan tenaga nuklir dalam perang konvensional dapat memicu pecahnya perang nuklir," tulis Medvedev via aplikasi perpesanan Telegram. "Kekuatan nuklir tidak pernah kalah dalam konflik besar yang menjadi sandaran nasib mereka."
Peskov menggarisbawahi bahwa komentar Medvedev sejalan dengan doktrin nuklir Rusia.
NATO Merespons Ancaman Rusia
Panglima pasukan NATO di Eropa mengatakan risiko eskalasi perang di Ukraina menyusul pengiriman tank tempur oleh Barat dapat dikelola.
"Bisakah kita mengelola risiko? Ya, tentu saja. Saya percaya kita dapat mengelola risiko secara umum," kata Jenderal AS Christopher Cavoli pada Kamis di Brussels setelah pertemuan Komite Militer NATO.
Adapun Ketua Komite Militer NATO Rob Bauer menggarisbawahi pentingnya memasok tank ke Ukraina.
"Rusia bertempur dengan tank, sehingga Ukraina membutuhkan tank juga," katanya. "Penting bagi Ukraina untuk mencocokkan diri dengan apa yang dimiliki musuh dan berambisi untuk mendapatkan kembali wilayah mereka sendiri."
Melalui Twitter, penasihat presiden Ukraina, Mykhaylo Podolyak, mengatakan bahwa sekarang adalah waktunya berhenti gemetar menghadapi Vladimir Putin dan mengambil langkah terakhir.
"Ukraina membutuhkan tank, tank adalah kunci untuk mengakhiri perang dengan baik," tulis Podolyak.
Advertisement
Komitmen Bantuan Barat
Awal bulan ini, AS berjanji mengirimkan kendaraan tempur lapis baja Bradley, sementara Prancis menawarkan RC AMX-10 yang sangat mobile – senjata ofensif yang sebelumnya dianggap terlarang oleh negara-negara Barat.
Di lain sisi, menteri luar negeri dan menteri pertahanan Ukraina mengatakan bahwa bantuan tank Inggris yang dijanjikan, meski diterima, tidak akan cukup untuk mencapai tujuan operasional.
"Kami menjamin bahwa kami akan menggunakan senjata ini secara bertanggung jawab dan eksklusif untuk tujuan melindungi integritas teritorial Ukraina dalam perbatasan yang diakui secara internasional," kata Dmytro Kuleba dan Oleksii Reznikov seraya mengimbau Jerman dan negara lain yang menggunakan Leopard 2 untuk bergabung dengan 'koalisi tank internasional'.
Sejak Inggris mengumumkan minggu lalu akan mengirim tank Challenger 2, Jerman telah menghadapi tekanan yang meningkat untuk memasok tank Leopard 2 atau setidaknya membuka jalan bagi pihak lain, seperti Polandia, untuk mengirimkan peralatan pabrikan Jerman dari stok mereka sendiri.
AS Pimpin Pertemuan Sekutu
Pertemuan sekutu Barat yang dipimpin AS akan berlangsung di pangkalan udara AS di Ramstein, Jerman. Menteri pertahanan AS Lloyd Austin akan menjadi tuan rumah pertemuan koordinasi tersebut.
"Kami akan memperbarui komitmen bersama kami untuk mendukung pertahanan diri Ukraina untuk jangka panjang," ujar Austin.
Fokus pertemuan di Ramestein ini adalah membahas dukungan militer untuk Ukraina oleh sekitar 50 negara, termasuk 30 anggota NATO.
Advertisement