Liputan6.com, Teheran - Korea Selatan dan Iran memanggil duta besar satu sama lain menyusul perselisihan diplomatik yang dipicu oleh pernyataan Presiden Yoon Suk Yeol. Ia mendeskripsikan Teheran sebagai musuh Uni Emirat Arab (UEA).
"Musuh UEA, negara yang paling mengancam adalah Iran dan musuh kita adalah Korea Utara," kata Presiden Yoon Suk Yeol saat mengunjungi pasukan khusus Korea Selatan yang ditempatkan di Abu Dhabi, Senin (16/1/2023).
Baca Juga
Pernyataan Yoon Suk Yeol sontak memicu respons keras dari Kementerian Luar Negeri Iran, yang mengatakan tengah menyelidikinya.
Advertisement
"Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Hukum Reza Najafi memanggil duta besar Korea Selatan pada Rabu untuk memprotes pernyataan Yoon Suk-yeol," kata kantor berita resmi Iran IRNA seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (20/1).
Najafi disebut menuduh Seoul melakukan "pendekatan tidak bersahabat" terhadap Iran, dan mencatat masalah pembekuan dana Iran di bank-bank Korea Selatan. Iran telah berulang kali menuntut agar Seoul melepaskan sekitar US$ 7 miliar dananya yang dibekukan di bawah sanksi Amerika Serikat.
Industri hiburan Korea Selatan berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Korean Wave terus menjamur ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu pengaruh penting dari Korean Wave adalah melalui Drama Korea atau yang lebih dikenal dengan Drakor.
Giliran Korsel Panggil Dubes Iran
Pada Kamis, giliran Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korea Selatan Cho Hyun-dong memanggil Duta Besar Iran Saeed Badamchi Shabestari untuk menjelaskan sekali lagi sikap Seoul.
"Seperti yang kami jelaskan beberapa kali, komentar (Presiden Yoon Suk Yeol) dimaksudkan untuk mendorong pasukan kami menjalankan tugas mereka di UEA, dan tidak ada terkait dengan hubungan luar negeri Iran, termasuk hubungan Korea Selatan-Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Lim Soo-suk.
"Keinginan pemerintah kami untuk mengembangkan hubungan dengan Iran tetap tidak berubah," tambahnya.
Menurut Kantor Berita Yonhap, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan telah menekankan bahwa pernyataan Presiden Yoon Suk Yeol "tidak relevan" dengan hubungan Seoul-Teheran, dan juga mendesak Iran agar tidak melakukan "penafsiran berlebihan yang tidak perlu".
Advertisement
Bencana Diplomasi
Lawan politik Yoon Suk Yeol di Korea Selatan menggambarkan peristiwa ini sebagai "bencana diplomasi". Perselisihan ini sendiri terjadi saat UEA berupaya mengelola hubungannya dengan Iran, yang merupakan mitra bisnis penting.
UEA, yang juga menampung sekitar 3.500 tentara AS, dan telah menghabiskan miliaran dolar untuk membeli sistem rudal-permukaan-ke-udara Korea Selatan sebagai sarana untuk melindungi diri dari serangan udara. Ancaman itu termasuk serangan pesawat tak berawak oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Korea Selatan pernah menjadi salah satu pembeli minyak mentah terbesar Iran di Asia dan kini mendapati dirinya terjepit oleh ketegangan atas kesepakatan nuklir Iran yang runtuh dengan kekuatan dunia. Miliaran dolar dana Iran tetap dibekukan di bank-bank Korea Selatan setelah Washington menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran pada 2018.
Iran menahan kapal tanker minyak Korea Selatan selama berbulan-bulan pada tahun 2021 di tengah perselisihan tersebut. Kedua belah pihak dilaporkan telah melakukan pembicaraan tentang pencairan dana dan melanjutkan perdagangan minyak.