Liputan6.com, Mont Blanc - Sekitar 117 orang telah tewas setelah Air India dengan tipe pesawat Boeing 707 jatuh di dekat puncak Mont Blanc di Pegunungan Alpen.
Pesawat itu sedang dalam penerbangan reguler dari Bombay ke New York dan kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 08.00 waktu setempat, dikutip dari BBC, Selasa (24/1/2023).
Baca Juga
Semua 106 penumpang dan 11 awak tewas di pesawat saat bersiap untuk mendarat di bandara Jenewa di Swiss.
Advertisement
Salah satu korban termasuk ketua Komisi Energi Atom India Dr Homi Jehangir Bhabha. Ia sedang dalam perjalanan ke Wina kala itu.
Tim penyelamat menemukan puing-puing tersebar di sisi barat daya gunung, sekitar 1.400 kaki (427 meter) di bawah puncak.
Gerard Devoussoux, seorang pemandu gunung yang merupakan salah satu orang pertama yang tiba di lokasi bencana, berkata: "Hanya berjarak 15 meter (50 kaki), pesawat itu nyaris meleset dan jatuh ke kawah besar di gunung."
"Semuanya benar-benar hancur. Tidak ada yang dapat diidentifikasi kecuali beberapa surat dan paket."
Otoritas Prancis mengirim berita bahwa hampir tidak ada harapan untuk selamat saat pesawat jatuh di daerah tersebut.
Pencarian akhirnya dibatalkan setelah cuaca buruk dan jarak pandang yang buruk menghambat upaya penyelamatan.
Kerabat penumpang yang terlibat dalam bencana itu menangis setelah pejabat bandara menyampaikan berita tentang kecelakaan itu.
Robert Bruce, dari Tooting, yang sedang menunggu orang tuanya datang, berkata: "Saya sangat kaget, saya bahkan tidak bisa menangis.
"Sejauh yang saya ketahui, dunia saya telah berakhir."
Penyebab kecelakaan itu belum diketahui dan diperkirakan akan memakan waktu beberapa hari sebelum semua jenazah ditemukan.
Pesawat itu terlambat beberapa menit dari jadwal karena bersiap untuk turun.
Tetapi kapten dari Air India Boeing 707, yang merupakan salah satu pilot maskapai yang paling berpengalaman, telah menghubungi menara kontrol beberapa menit sebelumnya untuk melaporkan bahwa instrumennya bekerja dengan baik dan pesawat terbang pada ketinggian 19.000 kaki (5.791 meter) -- setidaknya 3.000 kaki (514 meter) lebih tinggi dari puncak Mont Blanc.
Tak lama kemudian, pesawat menabrak gunung Mont Blanc.
Yeti Airlines Alami Kecelakaan
Belum lama ini, publik juga dihebohkan dengan jatuhnya Yeti Airlines, maskapai asal Nepal.
Pesawat itu membawa sekitar 72 orang dari Kathmandu dilaporkan jatuh di Pokhara Nepal pagi ini, kata Yeti Airlines.
Media Nepal melaporkan setidaknya 16 jenazah telah ditemukan dari reruntuhan, dikutip dari NDTV.com, Minggu (15/1/2023).
Pesawat ATR bermesin ganda yang dioperasikan oleh Yeti Airlines sedang dalam perjalanan dari Kathmandu, ibu kota Nepal, kata seorang pejabat kepada kantor berita Reuters.
Operasi penyelamatan terhambat karena kobaran api di reruntuhan, kata wartawan Nepal Dilip Thapa kepada NDTV.
Perdana Menteri Nepal Pushpa Kamal Dahal 'Prachanda' telah mengadakan rapat kabinet darurat atas insiden ini.
Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN), pesawat lepas landas dari Kathmandu pada pukul 10:33 waktu setempat.
Pesawat itu hampir mendarat di bandara Pokhara, ketika jatuh di tepi Sungai Seti.
Kecelakaan itu terjadi sekitar 20 menit setelah lepas landas, menunjukkan bahwa pesawat mungkin hendak turun. Waktu penerbangan antara kedua kota adalah 25 menit.
Pesawat terbakar saat jatuh, dan petugas penyelamat berusaha memadamkannya, kata seorang pejabat setempat.
Advertisement
Kecelakaan Pesawat di Nepal Mei 2022
Pada Mei 2022, 21 jasad telah ditemukan dari lokasi jatuhnya sebuah pesawat penumpang Nepal di daerah perbukitan terpencil di distrik Mustang Nepal, kata seorang pejabat pemerintah setempat, Senin.
"Dua puluh satu mayat telah ditemukan sementara satu masih hilang," kata Netra Prasad Sharma, kepala pejabat distrik Mustang, kepada Xinhua.
Sepuluh jasad telah dikirim ke Kathmandu dengan helikopter, kata pejabat itu.
Dilansir dari aman Xinhua, Selasa (31/5/2022), pesawat Twin Otter hilang pada Minggu pagi beberapa menit setelah lepas landas dari kota Pokhara di Nepal menuju Jomsom di distrik Mustang. Tentara Nepal, yang memimpin upaya pencarian dan penyelamatan, menemukan lokasi kecelakaan pada Senin pagi.
Sembilan belas penumpang, di antaranya 13 orang Nepal, empat orang India, dan dua orang Jerman, berada di dalam pesawat bersama tiga awak, kata Tara Air, selaku operator penerbangan.
Indra Singh Sherchan, seorang pengusaha hotel di lokasi kecelakaan, mengatakan lokasinya berada di 4.100 meter di atas permukaan laut dan jasad-jasad berserakan di sana-sini di tebing.
"Karena pesawat tidak terbakar, wajah-wajah itu dapat diidentifikasi," katanya kepada Xinhua.
Kecelakaan udara tidak jarang terjadi di Nepal karena perjalanan melalui udara merupakan pilihan ketika rute darat umumnya tidak dalam kondisi yang baik di negara pegunungan, terutama selama musim hujan.
Hilang Tak Lama Setelah Lepas Landas
Pesawat bermesin ganda Tara Air 9 NAET hilang kontak saat terbang dari kota wisata Pokhara, sekitar 200 km barat laut ibu kota Nepal, Kathmandu, ke Jomsom, sekitar 80 km ke barat laut. Pesawat yang berada dalam penerbangan terjadwal 15 menit tersebut kehilangan kontak tak lama setelah lepas landas pada pukul 09.55 waktu setempat.
"Pesawat itu terlihat di atas langit Jomsom di distrik Mustang dan kemudian dialihkan ke Gunung Dhaulagiri setelah itu tidak melakukan kontak," kata Kepala Pejabat Distrik Netra Prasad Sharma seperti dikutip oleh kantor berita ANI.
Pesawat tersebut mengangkut empat warga negara India dan tiga warga negara Jepang. Sisanya adalah warga negara Nepal dan pesawat tersebut ditumpangi oleh 22 penumpang termasuk awak, menurut State Television.
Menurut pejabat polisi, pesawat hilang kontak itu diduga jatuh di daerah "Titi" Lete di distrik pegunungan Mustang. Wilayah tersebut merupakan distrik terbesar kelima di negara Himalaya dan tempat ziarah Kuil Muktinath.
"Warga Titi menelepon dan memberi tahu kami bahwa mereka telah mendengar suara yang tidak biasa seperti ada ledakan. Kami mengerahkan helikopter ke lokasi untuk operasi pencarian," kata Ram Kumar Dani, DSP Kantor Polisi Distrik, Mustang kepada ANI.
Advertisement
Bukan Kali Kedua
Nepal merupakan rumah bagi gunung tertinggi di dunia. Negara ini memang punya catatan kecelakaan di jaringan udara domestiknya yang luas, dengan cuaca yang berubah-ubah dan landasan terbang di lokasi pegunungan yang sulit.
Pada 2016, sebuah pesawat turboprop Twin Otter yang dioperasikan oleh Tara Air jatuh di distrik barat Myagdi, menewaskan 23 orang. Selain tiga awak, 20 penumpang, termasuk seorang warga negara China dan satu warga negara Kuwait, berada di dalam penerbangan naas tersebut.
Dikutip dari Global Liputan6.com, maskapai Tara Air masuk sebagai salah satu dari empat maskapai dengan catatan keselamatannya yang tidak bagus, berdasarkan situs Top Tenz. Menurut Aviation Safety Network, Tara Air adalah anak perusahaan dari Yeti Airlines yang berbasis di Nepal yang didirikan pada 2009.
Dalam 10 pertama operasinya, tidak kurang dari lima kecelakaan telah menimpa maskapai ini. Dua dari kecelakaan itu adalah insiden serius dan keduanya menabrak bukit atau lereng gunung, menewaskan 45 orang di dalam pesawat.