Sukses

Kisah Juana Barraza, Pegulat Wanita yang Jadi Pembunuh Berantai Targetkan Lansia

Dijuluki "Pembunuh Wanita Tua Kecil", Juana Barraza yang asal dari Meksiko ini dikenal sebagai pegulat yang membunuh wanita di usia 70 tahun ke atas alias lansia.

Liputan6.com, Kota Meksiko - Juana Barraza dikenal sebagai serial killer atau pembunuh berantai asal Meksiko yang menargetkan wanita di atas usia 70 tahun.

Juana dijuluki "Little Old Lady Killer" atau "Pembunuh Wanita Tua Kecil". Ia bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari 30 wanita, dilansir dari Inside Edition, Senin (30/1/2023).

Juana meneror wanita lansia di Kota Meksiko karena perbuatannya yang membunuh wanita dengan cara mencekik.

Ia kemudian dijatuhi hukuman 759 tahun penjara pada 2015, dinyatakan bersalah atas pembunuhan 16 wanita di persidangan.

Hukuman 759 tahun untuk Juana adalah yang terbesar dari pembunuhan lainnya di Kota Meksiko.

Menurut penulis Susana Vargas Cervantes yang menerbit buku "The Little Old Lady Killer", kejadian Juana adalah pertama kalinya dalam sejarah Meksiko di mana polisi menyebut dan menyatakan adanya seorang pembunuh berantai.

Saat kasus beberapa wanita di atas 70 tahun meninggal karena pembunuhan, penyelidik setempat awalnya mengira bahwa pelakunya adalah pria.

Ada juga para penyelidik yang menduga pembunuhnya adalah seorang waria. Sebab, para saksi menggambarkan orang bertubuh besar dan berotot yang mengenakan wig dan pakaian wanita.

"Mereka (penyelidik Meksiko) tidak bisa membayangkan pembunuh berantai wanita," kata Susana.

"Jadi mereka pergi pada Oktober 2005 dan menangkap banyak pekerja seks waria, dan setelah tidak satu pun dari mereka cocok dengan sidik jari yang ditemukan, mereka menyimpulkan bahwa pelakunya bukan waria, tetapi yakin bahwa pelakunya adalah seorang transgender," kenang Susana.

Namun, polisi keliru. Mereka mendapat petunjuk besar dalam kasus tersebut pada 2006.

Ada seorang penyewa yang suatu saat kembali ke rumah dan menemukan jasad kosbas (tuan tanah) di lantai. Saksi tersebut juga tak lama melihat ada seorang wanita melarikan diri.

Kesaksian tersebut akhirnya membuat polisi berhasil menangkap Juana Barraza.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Juana Barraza dari Pegulat Hingga Pembunuh

Setelah penangkapan Juana, terkuak fakta bahwa ia dulunya seorang pegulat Lucha Libre.

Lucha Libre adalah gulat Meksiko yang memerlukan pegulatnya menggunakan topeng.

Dalam kariernya sebagai pegulat Lucha Libre, Juana mempunyai nama samarannya yakni La Dama del Silencio yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Lady of Silence.

Melansir dari All That's Interesting, Kamis (26/1/2023), pada siang hari, Juana bekerja sebagai penjual jagung berondong dan terkadang sebagai pegulat di tempat Lucha Libre dalam sirkuit amatir di Kota Meksiko.

Namun, pada malam hari, Juana seketika berubah. 

Pada awal 2003, Juana Barraza masuk ke rumah wanita lansia dengan berpura-pura membantu membawa belanjaan mereka atau mengaku dikirim oleh pemerintah untuk memberi bantuan medis.

Begitu Juana masuk, ia akan mengambil barang apa pun yang bisa dipakai sebagai senjata, kemudian memakainya untuk mencekik.

Menurut penyelidik dan kepolisian, Juana tampaknya sangat metodis dalam pemilihan korbannya. Ia berhasil memperoleh daftar wanita lansia yang mengikuti program bantuan pemerintah.

Kemudian, Juana menggunakan daftar ini untuk mengidentifikasi wanita lansia yang tinggal sendiri dan menggunakan kredensial palsu untuk berpura-pura bahwa ia adalah seorang perawat yang dikirim oleh pemerintah untuk memeriksa tanda-tanda vital.

3 dari 4 halaman

Alasan di Balik Pembunuhan yang Dilakukan Juana

Kriminolog yang menangani kasus Juana Barraza mengatakan bahwa pembunuhan yang dilakukan olehnya adalah bentuk dari luka yang tidak tersembuhkan.

Ketika kriminolog dan profiler mendalami kasus Juana, mereka melihat target korbannya, yakni wantita-wanita lansia yang berusia 70 tahun ke atas.

Hal ini karena Juana menargetkan wanita yang seumuran dengan ibunya.

Melansir dari Crime Reads, Kamis (26/1/2023), Juana saat itu berusia tiga belas tahun dirinya dijual kepada pria yang lebih tua.

Ibu Juana, Justa Samperio, adalah seorang pecandu alkohol yang selalu memukuli putrinya. Juana juga tumbuh dalam kemiskinan di Kota Meksiko bagian utara,

Ia tidak pernah belajar banyak membaca atau menulis, dan juga tidak mengenal ayah kandungnya.

Namun, sumber utama trauma dalam hidupnya, adalah ibunya. Karena seorang alkoholik, Justa akan melakukan apa saja untuk minum.

Maka dari itu, ketika Juana berusia tiga belas tahun, ibunya menjualnya kepada seorang pria bernama Jose Lugo dengan imbalan bir. Pertukaran itu sangat kejam bagi Juana karena ia berpikir ibunya lebih memilih bir daripada putrinya sendiri.

Juana suatu saat dibawa oleh Jose untuk kembali ke rumahnya. Juana pun menunggu ibunya untuk datang dan menyelamatkannya. Namun, tidak ada yang muncul.

Alhasil, Juana harus menderita lima tahun karena tinggal bersama Jose yang berulang kali menyiksanya secara fisik dan mental. 

Setelah lima tahun berakhir, akhirnya paman Juana menemukannya dan menyelamatkannya.

"Itulah mengapa saya membenci wanita yang lebih tua," ucap Juana dalam wawancara.

4 dari 4 halaman

Juana Enggan Mengaku

Ketika Juana pertama kali ditangkap, ia langsung diinterogasi.

Hasil interogasi mengatakan bahwa Juana mengaku telah mencekik setidaknya satu wanita, menyatakan bahwa ia melakukan kejahatan tersebut karena rasa marah pada wanita lansia pada umumnya.

Kebenciannya tersebut berakar pada perasaan terhadap ibunya, seorang pecandu alkohol yang menyerahkannya pada usia 13 tahun kepada pria yang lebih tua yang melecehkannya.

Menurut kesaksian Juana, ia bukan satu-satunya orang di balik pembunuhan itu.

Saat dikonfrontasi oleh pers, Juana mengatakan, "Dengan segala hormat kepada pihak berwenang, ada beberapa dari kami yang terlibat dalam pemerasan dan pembunuhan orang, jadi mengapa polisi tidak mengejar yang lain juga?"

Namun menurut kepolisian, Juana Barraza bertindak sendiri. Mereka berhasil mencocokkan sidik jarinya dengan sidik jari yang tertinggal di tempat terjadinya beberapa pembunuhan.

Dengan bukti yang dikumpulkan pula, polisi dapat menuntut Juana dengan 16 pembunuhan berbeda, tetapi ia diyakini telah membunuh lebih dari 30 orang.

Juana terus-menerus mengatakan bahwa ia hanya bertanggung jawab atas salah satu pembunuhan tersebut, tetapi dari hasil investigasi para detektif dan penyelidik, akhirnya ia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 759 tahun penjara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.