Liputan6.com, Brussels - Di Belgia, seorang ahli detektor logam dan arkeolog Patrick Schuermans telah menemukan fragmen artefak perunggu misterius yang dikenal sebagai dodecahedron Romawi. Diperkirakan benda itu usianya lebih dari 1.600 tahun.
Cangkang logam cor berlubang 12 sisi seukuran bola bisbol ini memiliki lubang besar di setiap permukaan dan kancing di setiap sudut. Benda ini telah ditemukan di Eropa Utara selama 200 tahun terakhir, dilansir dari Live Science, Senin (30/1/2023).
Schuermans menemukan fragmen itu beberapa bulan sebelumnya di ladang yang dibajak dekat kota kecil Kortessem, di wilayah Flanders utara Belgia.
Advertisement
Namun, tidak ada yang tahu mengapa atau bagaimana dodecahedron tersebut digunakan.
"Ada beberapa hipotesis untuk itu yakni semacam kalender, instrumen untuk mengukur tanah, tongkat kerajaan, dan sebagainya. Namun, tidak ada yang memuaskan," ucap Guido Creemers, seorang kurator di Gallo-Roman Museum di Tongeren, Belgia.
"Kami lebih suka berpikir bahwa itu ada hubungannya dengan kegiatan non-resmi seperti ilmu sihir, meramal, dan sebagainya," imbuhnya.
Creemers dan rekan-rekannya di Museum Gallo-Romawi diberikan fragmen oleh penemu dodecahedron tersebut dan mengidentifikasinya pada Desember 2022.
Benda tersebut hanya terdiri dari satu sudut objek dengan tiang sudut tunggal, tetapi jelas merupakan bagian dari dodecahedron yang awalnya berukuran lebih dari 2 inci (5 cm).
Creemers mengatakan bahwa Museum Gallo-Romawi telah memajang dodecahedron perunggu kuno lengkap yang ditemukan pada 1939 tepat di luar tembok kota Romawi Tongeren. Fragmen yang ditemukan Schuermans pun akan dipajang di sebelahnya pada Februari 2023.
Tentang Dodecahedron Misterius Ini
Dodecahedron Romawi pertama yang ditemukan di zaman modern ditemukan di Inggris pada abad ke-18. Sekitar 120 dodecahedron lainnya telah ditemukan sejak saat itu di Inggris Raya, Belanda, Belgia, Prancis, Jerman, Austria, dan Swiss.
Sulit untuk menentukan usia logam itu sendiri secara tepat, tetapi beberapa dodecahedron ditemukan terkubur di lapisan bumi yang berasal dari antara abad pertama dan kelima Masehi.
Misteri tidak berakhir di situ, arkeolog tidak dapat menjelaskan fungsi artefak geometris dan tidak ada catatan tertulis tentang dodecahedron yang pernah ditemukan.
Ada kemungkinan benda itu digunakan secara rahasia untuk tujuan magis, seperti ramalan untuk menceritakan masa depan yang populer di zaman Romawi tetapi dilarang di bawah agama Kristen, agama Kekaisaran Romawi, kata Creemers.
"Kegiatan ini tidak diperbolehkan, dan hukumannya berat," kata Creemers.
"Itu mungkin mengapa kami tidak menemukan sumber tertulis."
Beberapa penjelasan untuk artifak misterius telah dikemukakan selama bertahun-tahun. Awalnya, mereka digambarkan sebagai "kepala gada" dan dianggap sebagai bagian dari senjata.
Gagasan lain adalah bahwa itu adalah alat untuk menentukan waktu yang tepat untuk menanam biji-bijian, dadu untuk semacam permainan, atau instrumen untuk mengukur jarak dan untuk menemukan jangkauan yang tepat untuk artileri Romawi, seperti balista.
Saran baru lainnya adalah bahwa dodecahedron merupakan pola rajutan untuk sarung tangan Romawi.
Namun, sebagian besar arkeolog berpikir benda-benda itu mungkin digunakan dalam ritual magis. Dodecahedron tidak memiliki tanda yang menunjukkan bagaimana mereka digunakan, seperti yang diharapkan untuk alat ukur, dan semuanya memiliki bobot dan ukuran yang berbeda, mulai dari 1,5 hingga 4,5 inci (4 hingga 11 cm).
Dodecahedron Romawi juga hanya ditemukan di wilayah barat laut Kekaisaran Romawi dan banyak yang digali di situs pemakaman.
Petunjuk-petunjuk ini menunjukkan bahwa kultus atau praktik magis menggunakan benda itu terbatas pada wilayah "Gallo-Romawi" yakni bagian dari Kekaisaran Romawi yang kemudian dipengaruhi oleh Galia atau Celt, menurut Sejarawan Tibor Grüll di Universitas Pécs Hungaria yang telah meninjau literatur akademik tentang dodecahedron.
Advertisement
Teka-teki Kuno
Guido Creemers mengatakan bahwa fragmen dodecahedron yang ditemukan di dekat Kortessem dapat menjelaskan lebih banyak tentang benda-benda logam misterius tersebut.
Banyak dodecahedron Romawi lainnya yang pertama kali dikenali sebagai koleksi pribadi atau museum, sehingga konteks arkeologisnya tidak diketahui, jelasnya.
Namun, menurut Creemers, lokasi fragmen Kortessem didokumentasikan dengan baik dan penyelidikan arkeologi selanjutnya telah mengungkap fragmen mural di situs tersebut, yang menunjukkan bahwa itu mungkin adalah vila Romawi.
Sebuah pernyataan oleh The Flanders Heritage Agency mengatakan bahwa permukaan fragmen yang retak menunjukkan bahwa dodecahedron sengaja dipatahkan, mungkin selama ritual terakhir.
Lokasi pertama kali dodecahedron ditemukan yakni di Kortessem, akan dipantau untuk penemuan dan studi lebih lanjut.
"Berkat metode kerja yang benar dari ahli pendeteksi logam, para arkeolog untuk pertama kalinya mengetahui lokasi yang tepat dari dodecahedron Romawi di Flanders," kata pernyataan dari The Flanders Heritage Agency.
"Itu membuka pintu untuk penelitian lebih lanjut."
Rahasia Bangunan Romawi Kuno yang Tahan Lama
Sementara itu, orang Romawi kuno dikenal sebagai ahli dalam membangun jaringan jalan luas, saluran air, pelabuhan, dan bangunan besar. Bahkan, sisa-sisa karya mereka pun masih bertahan selama dua milenium.
Banyak dari struktur bangunan Romawi kuno dengan beton. Pantheon di kota Roma yang terkenal, misalnya, memiliki kubah beton tanpa tulangan terbesar di dunia dan didedikasikan pada 128 M serta masih utuh hingga saat ini.
Beberapa saluran air peninggalan Romawi kuno juga masih mengalirkan air ke Roma hingga saat ini. Sementara itu, banyak struktur beton modern yang runtuh setelah beberapa dekade saja.
Para peneliti telah menghabiskan waktu puluhan tahun mencoba mencari tahu rahasia dari bahan konstruksi kuno yang sangat tahan lama ini, terutama pada struktur yang bertahan dalam kondisi sangat keras. Sebut saja dermaga, parit, dan tembok laut, atau yang dibangun di lokasi yang aktif secara seismik.
Terkini, tim peneliti dari MIT, Harvard University, dan laboratorium penelitian di Italia dan Swiss, telah membuat kemajuan di bidang ini. Mereka menemukan strategi pembuatan beton kuno yang menggabungkan beberapa fungsi penyembuhan diri utama.
Advertisement