Sukses

Dikubur dengan Air hingga Langit, Ini 5 Ritual Pemakaman Unik di Dunia

Indonesia memiliki tradisi penguburan unik yakni ngaben hingga pemakaman ala adat Toraja. Namun rupanya, masih banyak ritual pemakaman paling unik di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki sejumlah ritual unik dalam proses penguburan atau pemakaman bagi orang yang sudah meninggal. 

Misalnya saja, Ngaben. Ngaben adalah prosesi upacara pembakaran jenazah oleh masyarakat Hindu di Bali. Tujuannya adalah untuk menyucikan roh umat Hindu yang sudah meninggal dunia dan mempercepat kembalinya jasad ke alam asalnya.

Selain Ngaben, tradisi pemakaman bagi masyarakat Toraja juga tak kalah unik. Prosesinya yang dikenal sebagai upacara adat Rambu Solo atau Aluk Rombo Solo. Ini merupakan prosesi ketika keluarga yang ditinggalkan akan mengarak jenazah untuk disimpan di 'lakian' atau tempat menyemayamkan jenazah sementara.

Sementara bagi mereka yang belum bisa mengadakan upacara tersebut, jasad akan dibaringkan di tempat tidur layaknya masih hidup. 

Ritual penguburan jenazah unik tak hanya ada di Indonesia, namun juga di sejumlah negara di dunia. 

Dilansir dari laman Britannica, Selasa (31/1/2023), berikut adalah sejumlah ritual pemakaman unik di dunia:

1. Pemakaman Langit

Pemakaman langit adalah suatu hal biasa di Tibet di antara umat Buddha. Mereka percaya untuk mengirimkan jiwa orang yang mereka cintai ke surga.

Dalam ritual ini, jenazah dibiarkan di luar, seringkali dipotong-potong, untuk dimakan burung atau hewan lain. Ini untuk menghilangkan jasad tersebut dan membiarkan jiwanya pergi, sekaligus untuk melanjutkan lingkaran kehidupan dengan memberi makanan kepada hewan.

2 dari 5 halaman

2. Famadihana

“Menari dengan orang mati” adalah istilah paling tepat untuk menggambarkan tradisi penguburan di Madagaskar.

Festival ini dikenal sebagai festival Famadihana.

Orang Malagasi akan membuka makam orang mati setiap beberapa tahun dan membungkusnya kembali dengan pakaian penguburan yang baru. Setiap kali orang mati mendapatkan bungkus baru, mereka juga mendapatkan tarian baru di dekat makam dan musik pun diputar di sekitar mereka.

Ritual ini juga dikenal dengan “pembalikan tulang”, dimaksudkan untuk mempercepat pembusukan dan mendorong arwah orang mati menuju akhirat.

3 dari 5 halaman

3. Pemakaman Air

Banyak budaya, terutama di negara-negara Nordik, menggunakan air dalam ritual pilihan mereka untuk orang mati.

Ritual ini mulai dari meletakkan peti mati di atas tebing menghadap ke air hingga benar-benar menggunakan air sebagai tempat pemakaman.

Dalam ritual ini, beberapa jasad terapung-apung di "kapal kematian", baik di sepanjang sungai atau di laut. Maksud dari ritual ini adalah untuk memberikan jasad kembali kepada dewa.

4 dari 5 halaman

4. Jasad Diarak dalam Parade

Salah satu tradisi dari India akan mengarak orang mati dalam sebuah parade atau festival.

Jasa akan diarak di jalan-jalan sambil dikenakan warna yang menonjolkan kebajikan orang yang sudah meninggal tersebut. Biasanya, warna merah untuk kemurnian atau kuning untuk pengetahuan.

Dalam upaya untuk mendorong jiwa tersebut mencapai keselamatan dan mengakhiri siklus reinkarnasi, jasad akan diperciki dengan air dari Sungai Gangga dan kemudian dikremasi.

5 dari 5 halaman

5. Adat Zoroastrianisme

Zoroastrianisme atau Mazdayasna adalah sebuah agama yang berasal dari Iran Raya dan merupakan salah satu agama terorganisir tertua yang masih terus dianut hingga sekarang, yang didasarkan pada ajaran seorang Nabi berbahasa Iran yakni Zoroaster.

Dalam ritual pemakamannya, burung nasar alias burung pemakan bangkai akan dibutuhkan. 

Dalam tradisi itu, mayat diyakini mengotori semua yang disentuhnya — termasuk tanah dan api. Maka dari itu, membahwa mayat ke langit untuk dimakan burung nasar menjadi satu-satunya pilihan.

Sementara itu, air seni banteng digunakan untuk membersihkan tubuh orang yang sudah meninggal. Mayat itu kemudian ditempatkan di atas Menara Keheningan, dengan maksud untuk dijauhkan dari hidup yang bisa dinodai olehnya.