Sukses

Mantan Komandan Pro-Rusia Bertobat: "Saya Jahanam"

Mantan komandan pasukan Wagner yang membela Rusia meminta maaf atas tindakannya di Ukraina.

Liputan6.com, Oslo - Mantan komander militer Wagner Group menyatakan maaf karena mendukung Rusia dalam peperangan yang terjadi di Eropa. Wagner Group adalah kelompok militer swasta yang ikut bertempur melawan Ukraina.

Pria bernama Andrey Medvedev itu kini menetap di Norwegia sebagai pencari suaka. Dalam wawancara bersama media, Medvedev minta maaf atas perbuatannya di Ukraina.

"Saya jahanam bagi kalian, tetapi saya meminta kalian agar mempertimbangkan bahwa saya telah menyadarinya, meski terlambat," ujar Medvedev dalam wawancara dengan media Norwegia NRK, dikutip AP News, Kamis (2/2/2023).

Medvedev juga berkata telah mengecam invasi Rusia di Ukraina. Ia meminta agar rakyat tidak mengutuknya karena keterlibatannya.

"Saya meminta kalian agar jangan mengutuk saya, dan bagaimana pun saya minta maaf," ucapnya.

Pria itu takut nyawanya akan terancam jika pulang ke Rusia. Ia sebenarnya masuk ke Norwegia secara ilegal, kini ia tinggal di pusat pencari suaka di Oslo.

Medvedev memutuskan pergi dari Wagner Group karena kontraknya diperpanjang tanpa persetujuan dirinya. Ia pun siap memberikan testimoni terkait kejahatan perang yang ia saksikan, meski ia membantah terlibat.

Lembaga National Criminal Investigation Service di Norwegia sebetulnya terlibat dalam investigasi kejahatan perang Rusia, tetapi status Medvedev adalah saksi.

Prigozhin

Kepada CNN, Medvedev mengaku ingin pergi dari Wagner sejak lama karena tidak ingin tewas di peperangan ini, tetapi tidak punya kesempatan. Ia menyebut perbatasan Rusia-Norwegia tidak dijaga seketat perbatasan Rusia-Finlandia, sehingga ia bisa masuk ke Norwegia.

Namun, Medvedev berkata tidak menyaksikan adanya pembunuhan terhadap rakyat sipil, sebab kelompoknya beroperasi di hutan, dan kelompoknya memiliki aturan.

Ketika ditanya siapa yang harus disalahkan, Medvedev menyalahkan Yevgeny Prigozhin yang mengendalikan Wagner. Prigozhin adalah orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.

 

2 dari 4 halaman

Ukraina: Rusia Merencanakan Serangan Besar 24 Februari

Sementara, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, Rusia tengah mempersiapkan serangan besar baru. Dia memperingatkan bahwa serangan besar itu bisa dimulai paling cepat 24 Februari.

Menurut Reznikov, Rusia telah mengumpulkan 500.000 pasukan dan dapat melakukan sesuatu untuk menandai peringatan satu tahun invasi. Serangan besar, sebut Reznikov, juga dapat menandai Hari Pembela Tanah Air Rusia yang jatuh pada 23 Februari.

Pada September 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi umum sekitar 300.000 tentara wajib militer, yang menurutnya diperlukan untuk menjamin "integritas teritorial" negara. Reznikov meyakini bahwa jumlah sebenarnya yang direkrut dan dikerahkan ke Ukraina jauh lebih tinggi.

"Secara resmi mereka mengumumkan 300.000, tetapi ketika kami melihat pasukan di perbatasan, menurut penilaian kami jumlahnya jauh lebih banyak," kata Reznikov kepada jaringan BFM Prancis seperti dikutip dari BBC, Kamis (2/2/2023).

Meskipun beberapa pertempuran sengit terjadi di wilayah timur Donbas, perang telah memasuki jalan buntu dalam beberapa bulan terakhir sejak Ukraina merebut kembali Kherson.

Kecuali penguasaan Rusia atas Kota Soledar, tidak ada pihak yang membuat kemajuan klaim teritorial besar. Tapi, serangan musim semi Rusia -dan serangan balik Ukraina- telah lama dianggap mungkin terjadi.

Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Amerika Serikat baru-baru ini mengatakan bahwa Rusia dapat berusaha untuk melakukan tindakan tegas dan melancarkan serangan besar di timur.

3 dari 4 halaman

Ukraina Persiapkan Serangan Balasan

Reznikov mengklaim bahwa komandan Ukraina akan berusaha menstabilkan front dan mempersiapkan serangan balasan.

"Saya yakin tahun 2023 bisa menjadi tahun kemenangan militer," ujarnya, seraya menambahkan bahwa pasukan Ukraina tidak boleh kehilangan inisiatif yang telah mereka capai dalam beberapa bulan terakhir.

Reznikov tengah berada di Prancis untuk mencapai kesepakatan pembelian tambahan radar pertahanan udara MG-200, yang menurutnya akan secara signifikan meningkatkan kapasitas angkatan bersenjata untuk mendeteksi target udara, termasuk rudal bersayap dan balistik, serta drone dari berbagai jenis.

Pernyataan Reznikov di atas muncul ketika intelijen Ukraina menuduh Presiden Putin telah memerintahkan pasukannya untuk merebut Donbas sebelum akhir musim semi.

Sementara itu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg yang berbicara pada Senin (31/1), memperingatkan bahwa tidak ada indikasi Putin telah membatasi tujuan militernya untuk merebut wilayah timur Ukraina.

"Mereka secara aktif memperoleh senjata baru, lebih banyak amunisi, meningkatkan produksi mereka sendiri, tetapi juga memperoleh lebih banyak senjata dari negara otoriter lain seperti Iran dan Korea Utara," kata Stoltenberg.

"Dan yang terpenting, kami tidak melihat tanda-tanda bahwa Presiden Putin telah mengubah tujuan keseluruhan invasi ini, yaitu untuk mengendalikan negara tetangga, untuk mengendalikan Ukraina. Jadi, selama ini kasusnya, kita harus siap menghadapi jangka panjang."

4 dari 4 halaman

Pertempuran Sengit Terus Berlanjut di Donbas

Di lain sisi, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan bahwa pertempuran sengit terus berlanjut di wilayah Donbas, tempat pasukan Rusia dan tentara bayaran Grup Wagner berusaha merebut Kota Bakhmut. Dia menambahkan bahwa pasukan Moskow juga berusaha merebut Lyman, bekas pusat logistik Rusia yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina pada Oktober lalu.

"Pasukan Rusia secara aktif berusaha mencapai perbatasan wilayah Donetsk dan Luhansk," tulisnya di aplikasi perpesanan Telegram. "Tentara kami mempertahankan setiap sentimeter tanah Ukraina."

Berbicara pada Rabu malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa situasi di garis depan konflik sedang menguji pasukannya.

"Ada peningkatan tertentu dalam tindakan ofensif penjajah di garis depan - di timur negara kita," kata Zelensky. "Situasinya menjadi lebih parah."

Dan di Kramatorsk - sebuah kota di wilayah Donetsk - dua warga sipil tewas dan tujuh lainnya dilaporkan terluka setelah rudal Rusia menghantam sebuah bangunan tempat tinggal.