Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) tengah memantau keberadaan balon mata-mata, yang dicurigai milik China, yang telah melayang di atas wilayah utara AS selama beberapa hari terakhir.
"Pemerintah AS telah mendeteksi dan melacak balon mata-mata yang berada di atas wilayah AS saat ini," juru bicara Pentagon Brigjen Pat Ryder seperti dikutip dari CNBC pada Jumat (3/2). "Kami terus melacak dan memantaunya dengan cermat."
"Begitu balon terdeteksi, pemerintah AS segera bertindak untuk melindungi dari pengumpulan informasi sensitif," kata Ryder.
Advertisement
Balon mata-mata tersebut dilaporkan terlihat di atas Billings, Montana, pada Rabu (1/2). Balon itu terbang dari Kepulauan Aleutian, melalui Kanada, dan ke Montana.
Pada Rabu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dilaporkan menggelar pertemuan dengan para pemimpin militer dan pertahanan senior, termasuk Panglima Militer Jenderal Mark Milley, Komandan NORTHCOM/NORAD Jenderal Van Herck, dan komandan kombatan lainnya.
Mereka dilaporkan meninjau profil ancaman balon dan kemungkinan opsi respons, sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak merekomendasikan menyingkirkannya secara kinetik karena risiko terhadap keselamatan dan keamanan orang-orang di darat. Para pemimpin Pentagon mempresentasikan opsi tersebut kepada Presiden Joe Biden pada Rabu.
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan balon itu masih berada di atas AS, tetapi dia menolak mengatakan di mana lokasi persisnya.
"Saat ini kami menilai bahwa balon ini memiliki nilai tambah terbatas dari perspektif pengumpulan intelijen di atas apa yang dapat dilakukan China melalui cara lain," ungkap pejabat pertahanan senior yang menolak disebutkan namanya. "Namun demikian, kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi dari pengumpulan informasi sensitif oleh intelijen asing."
Tidak Mengancam Penerbangan Sipil
Pejabat pertahanan yang sama mengatakan bahwa balon tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi penerbangan sipil. Dia menambahkan bahwa AS yakin balon itu milik China.
AS disebut telah berkomunikasi dengan pemerintah China melalui berbagai saluran baik di Washington maupun di Beijing. Namun, tidak jelas apakah China mengakui balon itu milik mereka.
"Jenis aktivitas ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata pejabat pertahanan senior itu.
China, kata dia, menerbangkan balon stratosfer seperti ini sebelumnya, tetapi bedanya kali ini balon tersebut berada di AS lebih lama dari biasanya.
Hubungan AS dan China memang tengah diselimuti ketegangan, terutama setelah Pentagon mengumumkan akan meningkatkan kehadiran militer AS di dekat Taiwan melalui rencana untuk menambah jumlah personel militer AS di Filipina. Pengumuman itu disampaikan Pentagon pada Kamis (2/2), selama kunjungan Menhan Austin ke Manila.
Advertisement