Sukses

Digerogoti Tikus hingga Ditabrak Gajah, Ini 7 Hukuman Paling Keji dan Aneh di Dunia

Hukuman mati rupanya tidak hanya dilakukan dengan cara ditembak mati atau digantung. Rupanya, ada banyak cara lain yang tampak aneh namun ternyata lebih menyiksa.

Liputan6.com, Jakarta - Hukuman mati tentu selalu terdengar keji dan menyeramkan. Sementara itu, pro dan kontra masih terus terjadi di beberapa negara terkait pengaplikasian hukuman mati terhadap suatu tindak pidana tertentu. 

Bentuk hukuman mati yang paling umum adalah ditembak mati atau hukuman gantung. 

Namun, tahukah Anda bahwa ada banyak bentuk hukuman yang keji sekaligus aneh di dunia?

Dilansir laman Britannica, Minggu (5/2/2023), berikut adalah sejumlah bentuk hukuman paling menyeramkan sekaligus aneh yang pernah ada di dunia:

1. Dijatuhkan dari ketinggian

Apa hal pertama yang terlintas dalam pikiran Anda ketika merasa kesal terhadap seseorang? Mungkin pikiran jahat Anda berpikir untuk menjatuhkan mereka dari tebing.

Ini telah menjadi solusi sederhana sebagai bentuk hukuman selama berabad-abad.

Meskipun bentuk hukuman ini dinilai sudah ketinggalan zaman, Iran masih menggunakan metode ini untuk eksekusi di negara tersebut.

2. Ditabrak Gajah

Ini adalah metode eksekusi yang sangat terdengar sangat aneh tapi juga paling efektif.

Seperti yang Anda duga, hukuman ini umum di daerah di mana gajah secara alami ditemukan, terutama di Asia Selatan dan Tenggara. Di sana, gajah sering dilatih untuk menabrak dan menginjak dengan sebrutal mungkin.

2 dari 6 halaman

3. Penebasan Bertahap

Metode ini bisa dibilang sebagai salah satu metode yang paling keji, di mana korban eksekusi akan ditebas bagian tubuhnya satu per satu secara bertahap.

Metode bernama Ling Chi ini merupakan metode eksekusi yang menyiksa yang dipraktikkan di Tiongkok.

Orang yang terhukum tersebut akan diikat ke tiang dan potongan kulit serta anggota badan secara bertahap dihilangkan satu per satu.

Biasanya proses akhirnya akan dilakukan di jantung atau pemenggalan kepala. Metode ini digunakan sejak abad ke-10, dan berlanjut selama hampir seribu tahun. Untungnya, metode ini kemudian dilarang pada tahun 1905.

3 dari 6 halaman

4. Diseret di Kapal

Keelhauling adalah jenis hukuman khusus untuk para pelaut, yang diterapkan oleh angkatan laut Belanda pada akhir abad ke-16.

Terhukum akan diikat dengan tali dan diseret di bawah air dari satu ujung kapal ke ujung lainnya.

Dalam prosesnya, banyak yang meninggal karena tenggelam atau mengalami luka parah.

4 dari 6 halaman

5. Direbus dalam Air Mendidih

Metode merebus hidup-hidup rupanya pernah diterapkan pada berabad-abad yang lalu di wilayah Asia Timur hingga Inggris. 

Orang yang terhukum dilucuti dan kemudian ditempatkan dalam tong atau panci berisi cairan mendidih, biasanya air atau minyak.

Bahkan yang lebih mengerikan lagi, pelaku bisa dimasukkan ke dalam cairan dingin lalu dipanaskan hingga mendidih. Catatan dari masa pemerintahan Henry VIII menunjukkan bahwa beberapa orang direbus hingga dua jam sebelum akhirnya meninggal.

5 dari 6 halaman

6. Digerogoti Tikus

Dalam bentuk penyiksaan yang aneh sekaligus mengerikan ini, tikus yang lapar atau sakit ditempatkan dalam ember di atas perut atau dada korban yang telanjang.

Ember itu kemudian dipanaskan dari luar, dan tikus yang gelisah itu akan mengunyah daging korban secara perlahan. 

6 dari 6 halaman

7. Penyiksaan Putih

Bentuk penyiksaan ini bisa dibilang yang paling manusiawi, tapi ternyata juga merusak psikis seseorang secara umum.

Penyiksaan putih adalah jenis perampasan sensorik di mana sel tahanan, pakaian, dan bahkan makanan seluruhnya berwarna putih.

Penjaga berpakaian serba putih, lampu menyala 24 jam sehari, dan tidak ada kata-kata yang diucapkan. Tidak ada warna yang terlihat.

Itu didokumentasikan dalam kasus Amir Fakhravar, yang ditangkap di negara asalnya Iran dan menjadi sasaran siksaan kulit putih selama sekitar 8 bulan pada tahun 2004. Sementara rasa sakit fisik akibat kekurangan sensorik minimal dibandingkan dengan siksaan lain dalam daftar ini, kerusakan psikologisnya sangat besar.

Fakhravar mengatakan ketika dia dibebaskan dia bukan orang normal lagi, dan bahkan tidak bisa mengingat wajah orang tuanya.