Sukses

Berkomentar Antisemitisme, Partai Republik AS Depak Ilhan Omar dari Komite Urusan Luar Negeri

Partai Demokrat dan Ilhan Omar menilai bahwa keputusan ini merupakan balas dendam setelah dua Republikan digulingkan dari komite pada tahun 2020.

Liputan6.com, Washington - Partai Republik Amerika Serikat (AS) menggulingkan anggota DPR Partai Demokrat Ilhan Omar dari Komite Urusan Luar Negeri. Langkah itu mereka ambil atas komentar Ilhan Omar di masa lalu tentang Israel.

Menurut Partai Republik, langkah tersebut, mengirim pernyataan keras kepada mereka yang antisemitisme.

Namun, di lain sisi, Partai Demokrat dan Ilhan Omar menilai bahwa keputusan tersebut merupakan balas dendam setelah dua Republikan digulingkan dari komite pada tahun 2020, di mana saat itu Demokrat menguasai DPR. Tidak hanya itu, Ilhan Omar juga menuding bahwa dia disingkirkan karena dia adalah seorang wanita muslim yang berimigrasi ke AS sebagai pengungsi.

"Apakah ada yang terkejut bahwa saya entah bagaimana dianggap tidak layak untuk berbicara tentang kebijakan luar negeri Amerika?," kata Ilhan Omar sesaat sebelum pemungutan suara untuk menggulingkan dirinya seperti dikutip dari BBC, Jumat (3/2/2023).

Partai Republik mengamankan kursi mayoritas di DPR setelah pemilu sela pada November tahun lalu dan Republikan memiliki suara bulat untuk mencopot Ilhan Omar pada Kamis (2/2).

Ilhan Omar adalah salah satu dari tiga politikus top Demokrat yang didepak dari komite selama Partai Republik berkuasa di DPR.

Sejumlah Republikan, termasuk Ketua DPR Kevin McCarthy, berpendapat Ilhan Omar seharusnya tidak bertugas di Komite Urusan Luar Negeri yang powerful karena komentarnya di masa lalu tentang Israel, yang kadang-kadang dikritik oleh anggota partai dari kedua belah pihak.

2 dari 3 halaman

Sudah Minta Maaf

Ilhan Omar sudah meminta maaf pada tahun 2019 setelah dia mentwit bahwa Komite Urusan Umum Israel Amerika dan donor Yahudi membayar politikus untuk mendukung Israel dengan mengatakan, "Ini semua adalah tentang uang, sayang."

Pemimpin Demokrat saat itu, Nancy Pelosi, mengutuk komentar Ilhan Omar sebagai antisemitisme karena memunculkan stereotip fanatik tentang orang Yahudi yang menggunakan uang untuk pengaruh.

"Antisemitisme itu nyata dan saya berterima kasih atas sekutu dan kolega Yahudi yang mendidik saya tentang sejarah menyakitkan kiasan antisemitisme," kata Omar dalam sebuah pernyataan saat itu.

Pada Kamis, Demokrat, termasuk anggota Kongres Yahudi, mengatakan Ilhan Omar telah mengambil langkah yang tepat untuk mendidik dirinya sendiri tentang antisemitisme.

Secara historis, partai yang berkuasa di DPR jarang mendisiplinkan anggota oposisi, tetapi hal itu telah mulai berubah, menciptakan bentuk permainan partisan baru yang dapat semakin memecah belah kongres.

3 dari 3 halaman

Tit-for-tat?

Pada tahun 2020, Demokrat mengeluarkan Marjorie Taylor Greene dan Paul Gosar dari komite mereka, menyusul komentar dan unggahan mereka di media sosial yang diarahkan ke Demokrat, termasuk Ilhan Omar.

McCarthy kemudian pada Kamis membantah keputusan bahwa mengeluarkan Ilhan Omar dari Komite Urusan Luar Negeri adalah "tit-for-tat" setelah pemecatan Greene dan Gosar.

"Kami tidak mengeluarkannya dari komite lain," katanya kepada wartawan. "Kami hanya tidak percaya ketika menyangkut urusan luar negeri, terutama dengan tanggung jawab posisi itu di seluruh dunia, dengan komentar yang Anda buat, dia seharusnya tidak bertugas di sana."

Anggota Kongres Max Miller, seorang Republikan Ohio yang memperkenalkan resolusi untuk secara resmi mengeluarkan Ilhan Omar dari komite, mengatakan komentar Ilhan Omar yang "diskriminatif" terhadap Israel dan hubungan yang tegang dengan sekutu asinglah yang mendiskualifikasi Ilhan Omar.

Tetapi anggota kongres dari Partai Demokrat Kathrine Clark mengatakan pemecatan Ilhan Omar akan membuat komite kehilangan "seorang pengungsi dan penyintas perang" yang "tahu langsung apa yang dipertaruhkan dalam pekerjaannya".

Anggota lain mengatakan keputusan itu berisiko meningkatkan dendam partisan di DPR.

Ilhan Omar, yang mewakili bagian dari Minnesota, tiba di Amerika Serikat pada 1990-an sebagai pengungsi Somalia. Pada tahun 2018, dia menjadi salah satu wanita muslim pertama yang terpilih menjadi anggota DPR AS.