Sukses

Mediasi Rusia - Ukraina Terus Diupayakan oleh Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab (UAE) sedang melakukan upaya mediasi antara Moskow dan Kiev untuk mengurangi ketegangan dan memperkuat perdamaian dan keamanan global.

Liputan6.com, Jakarta Uni Emirat Arab (UAE) sedang melakukan upaya mediasi antara Moskow dan Kiev untuk mengurangi ketegangan dan memperkuat perdamaian dan keamanan global, kata seorang diplomat senior di Abu Dhabi kepada Sputnik.

"Mediasi antara Rusia dan Ukraina adalah kelanjutan dari upaya UAE untuk memperkuat dasar perdamaian dan keamanan global, mengurangi ketegangan dan menemukan penyelesaian diplomatik untuk krisis," kata sang diplomat.

Ia mengungkapkan langkah UAE itu saat mengomentari pertukaran tawanan perang baru-baru ini antara Rusia dan Ukraina --Sputnik melaporkan seperti dikutip dari Antara, Minggu (5/2/2023).

Mediasi antara Moskow dan Kiev tersebut, kata dia, diupayakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden UAE Mohamed bin Zayed Al Nahyan di St. Petersburg pada Oktober tahun lalu.

Pada Sabtu (4/2), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan ada 63 anggota militer Rusia yang sudah pulang dari wilayah yang dikontrol Ukraina sebagai hasil dari proses negosiasi yang rumit.

Kemenhan Rusia menambahkan bahwa pertukaran itu telah berhasil dilakukan berkat upaya mediasi UAE.

Selama berbulan-bulan, UAE telah menyatakan kesediaan untuk memfasilitasi pertukaran tawanan perang antara kedua negara. Pada Oktober, juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan Moskow tertarik untuk melanjutkan upaya mediasi Abu Dhabi menyangkut masalah itu.

 

2 dari 4 halaman

Simak video pilihan berikut:

3 dari 4 halaman

Putin Samakan Perang Dunia 2 dengan Konflik Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan peringatan Perang Dunia 2 pada Kamis (2/2) untuk mendapatkan dukungan bagi invasinya ke Ukraina, dengan membandingkannya pada perang melawan invasi Nazi Jerman dan mengisyaratkan bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir.

Putin telah menggunakan Perang Dunia 2 untuk mempromosikan agenda politiknya dalam beberapa tahun terakhir, sementara Kremlin berusaha memberikan status kultus bagi kemenangan Moskow dalam apa yang Rusia sebut Perang Patriotik Besar.

Mengunjungi kota Volgograd untuk merayakan peringatan 80 tahun kemenangan Soviet di Pertempuran Stalingrad, yang dicapai lewat pengorbanan sangat besar, Putin berusaha meningkatkan dukungan bagi perangnya di Ukraina, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (3/2/2023).

Ia membandingkan apa yang ia sebut sebagai “operasi militer Rusia” di Ukraina itu dengan perang melawan Nazi Jerman pada periode 1941-1945. Ia juga mengklaim warga Rusia siap melakukannya “hingga akhir.”

“Lagi dan lagi kita dipaksa menghalau agresi bersama negara-negara Barat,” kata Putin di kota yang sebelumnya bernama Stalingard itu.

“Kita tidak mengirim tank ke perbatasan mereka, tapi kita harus merespons, dan itu bukan hanya soal menggunakan kendaraan lapis baja. Semua orang harus memahami ini,” tambahnya.

“Perang modern dengan Rusia akan benar-benar berbeda,” katanya.

Sejak mengirimkan pasukan ke Ukraina – yang didukung Barat – Februari tahun lalu, Putin telah berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara-negara Barat apabila konflik itu mengeskalasi.

“Ini tidak bisa dipercaya tapi nyata adanya. Kita kembali diancam oleh tank Leopard Jerman,” kata Putin.

 

4 dari 4 halaman

Putin: Kami Kembali Diancam Tank Leopard Jerman

Vladimir Putin membandingkan invasi Rusia ke Ukraina dengan perang melawan Nazi Jerman. Hal tersebut disinggung Putin dalam pidatonya memperingati 80 tahun berakhirnya Pertempuran Stalingrad.

Mengutip keputusan Jerman untuk mengirimkan tank ke Ukraina, Presiden Rusia itu mengatakan bahwa sejarah terulang kembali.

"Sulit dipercaya tapi terjadi," kata Presiden Putin saat pidato di Volgograd - nama modern untuk Stalingrad - seperti dikutip dari BBC, Jumat (3/2/2023). "Kami kembali diancam oleh tank Leopard Jerman."

Putin mengisyaratkan bahwa pihaknya dapat bergerak melampaui senjata konvensional.

"Mereka yang berharap untuk mengalahkan Rusia di medan perang tampaknya tidak mengerti bahwa perang modern dengan Rusia akan sangat berbeda bagi mereka," kata pemimpin berusia 70 tahun itu. "Kami tidak mengirim tank kami ke perbatasan mereka, tetapi kami memiliki sarana untuk menanggapinya. Itu tidak akan terbatas pada penggunaan perangkat lapis baja. Setiap orang harus memahami ini."

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak untuk menguraikan komentar Putin tetapi mengatakan kepada wartawan bahwa saat senjata baru dikirim oleh kolektif Barat, Rusia akan memanfaatkan potensinya untuk merespons.

Pertempuran Stalingrad yang berlangsung pada 23 Agustus 1942 – 2 Februari 1943 adalah pertempuran besar antara Nazi Jerman dan sekutunya melawan Uni Soviet untuk menguasai Stalingrad. Soviet dilaporkan berhasil menawan hampir 91.000 tentara Jerman dalam pertempuran yang menewaskan lebih dari satu juta orang tersebut.