Sukses

Korban Tewas Gempa Turki dan Suriah Tembus 4.000 Orang, WHO Prediksi Bisa Meningkat 8 Kali Lipat

WHO memprediksi bahwa korban tewas gempa Turki dan Suriah bisa meningkat hingga delapan kali lipat.

Liputan6.com, Ankara - Setidaknya 4.372 kematian telah dikonfirmasi pasca gempa Turki bermagnitudo 7,8 terjadi pada Senin (6/2/2023), sekitar pukul 04.17. Kepala Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki Yunus Sezer mengumumkan bahwa total korban tewas di negara itu menjadi 2.921 jiwa, sementara 15.834 lainnya terluka.

Di Suriah, angka kematian menjadi 1.451, sementara 3.531 lainnya terluka.

Dikutip dari CNN, Selasa (7/2), Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan, setidaknya terdapat 100 gempa susulan berkekuatan 4,0 atau lebih terjadi sejak gempa besar pertama pada Senin pagi.

"Frekuensi dan besarnya gempa susulan cenderung menurun. Namun, gempa susulan 5,0 hingga 6,0 lebih masih mungkin terjadi dan membawa risiko kerusakan tambahan pada struktur yang terganggu akibat gempa asli. Hal ini membawa ancaman lanjutan bagi tim penyelamat dan penyintas," ungkap USGS.

"Gempa susulan membentang lebih dari 300 kilometer (186 mil) di sepanjang zona patahan yang pecah di Turki selatan, berorientasi dari barat daya ke timur laut dan membentang dari perbatasan dengan Suriah melalui Provinsi Malatya."

Badan PBB, WHO, memprediksi bahwa jumlah kematian bisa meningkat delapan kali lipat atau melampaui 20.000 orang.

"Ada potensi terus terjadi keruntuhan lebih lanjut sehingga kami sering melihat peningkatan delapan kali lipat pada jumlah awal," ungkap petugas darurat senior WHO untuk Eropa Catherine Smallwood seperti dikutip The Guardian. "Kami selalu melihat hal yang sama terkait gempa... korban meninggal atau luka akan meningkat cukup signifikan pada pekan berikutnya."

2 dari 2 halaman

Bantuan Berdatangan

Jepang, menjadi salah satu negara, yang telah mengirim bantuan ke Turki.

"Atas permintaan Pemerintah Turki, dan mengingat perspektif kemanusiaan dan hubungan persahabatan Jepang dengan Turki, Jepang telah memutuskan untuk memberikan bantuan darurat kepada Turki untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaannya," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang.

"Tim Penyelamat dari Jepang berangkat ke Turki pada Senin malam untuk mendukung operasi pencarian dan penyelamatan."

Angkatan Udara India mengumumkan bahwa tim bantuan pertama dari dua yang direncanakan telah berangkat ke Turki pada Senin malam.

Angkatan Udara India mentwit pada Selasa bahwa C-17, sebuah pesawat angkut strategis, berangkat ke Turki dengan membawa tim pencarian dan penyelamatan dari Pasukan Tanggap Bencana Nasional (NDRF).

Adapun Kementerian Luar Negeri India (MEA) juga mengumumkan, "Babak pertama bahan bantuan gempa berangkat ke Turki, bersama dengan Tim Pencarian dan Penyelamatan NDRF, regu anjing terlatih khusus, pasokan medis, mesin bor, dan peralatan lain yang diperlukan."

Dari AS, Departemen Pemadam Kebakaran Wilayah Los Angeles mengirim 78 anggota tim Pencarian dan Penyelamatan Perkotaan (USAR) ke Turki pada Senin.

"Atas permintaan Biro Bantuan Kemanusiaan (BHA), pemadam kebakaran mengirimkan tim USAR, yang dikenal sebagai USA-2, dan tujuh personel tambahan untuk membantu operasi," sebut pernyataan Departemen Pemadam Kebakaran Wilayah Los Angeles. "Tim dapat dikerahkan selama dua minggu atau lebih. Tim USAR ini adalah yang terbaik dari yang terbaik dan akan berperan penting dalam menyelamatkan nyawa orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan."

Sementara itu, pesawat yang membawa kiriman bantuan dari Irak dan Iran dilaporkan telah mendarat di Bandara Internasional Damaskus, Suriah.

"Bantuan Iran tiba pada Senin dan bantuan Irak mendarat pada Selasa pagi waktu setempat," demikian dilaporkan kantor berita SANA.

Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Irak Mahdi Ghanem mengatakan kepada SANA bahwa pesawat membawa sekitar 70 ton makanan, obat-obatan, selimut, dan persediaan yang diperlukan.

Daftar bantuan di atas adalah sedikit dari banyaknya bantuan dari sejumlah negara yang terus berdatangan, baik ke Turki maupun Suriah.