Liputan6.com, Damaskus - Seorang bayi perempuan yang baru lahir berhasil diselamatkan dari reruntuhan di sebuah rumah di Suriah utara pasca gempa Turki 6 Februari 2023. Bayi yang masih terikat dengan tali pusar ibunya yang sudah meninggal itu ditemukan oleh salah seorang kerabatnya, Khalil al-Suwadi.
Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat ketika gempa bermagnitudo 7,8 meratakan bangunan yang dihuni keluarganya di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak.
Baca Juga
"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Suwadi kepada AFP, Selasa (7/2/2023), seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (8/2).
Advertisement
"Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh), jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit."
Bayi perempuan tersebut saat ini menerima perawatan di rumah sakit anak di Kota Afrin. Dokter anak Hani Maarouf mengatakan kepada AFP bahwa kondisi bayi tersebut stabil tetapi terdapat memar, luka robek, dan hipotermia.
Suwadi menuturkan bahwa keluarga bayi tersebut tinggal di gedung apartemen lima lantai.
Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban tewas akibat gempa Turki melampaui 7.800 orang. Di Turki, 5.894 orang dipastikan tewas, sementara di Suriah, angka kematian mencapai 1.932 orang.
Pencarian dan penyelamatan masih terus dilakukan di kedua negara. Upaya tersebut diperumit oleh kondisi dingin, jalan dan infrastruktur yang rusak, serta gempa susulan.
Bantuan Lintas Batas Terganggu
Pada Selasa, juru bicara PBB untuk Koordinasi Bantuan Kemanusiaan (OCHA) Madevi Sun-Suon menuturkan, bantuan dari Turki ke Suriah untuk sementara terganggu karena kerusakan yang disebabkan oleh gempa.
"Bantuan terhambat karena kondisi jalan, khususnya jalan dari Gaziantep ke pusat transhipment kami di Hatay," kata Sun-Suon.
Situasi tersebut membuat para sukarelawan kembali bergulat dengan masalah bagaimana membantu orang-orang di negara yang porak-poranda akibat perang.
Operasi bantuan lintas batas yang diawasi PBB sejak tahun 2014, sangat penting bagi warga Suriah yang melarikan diri dari pemerintahan Bashar Al Assad selama konflik, melintasi wilayah yang dikuasainya.
"Sekarang, bagaimanapun, tidak ada gambaran yang jelas kapan bantuan yang menjadi tumpuan sekitar 4 juta orang itu akan dapat dilanjutkan," ungkap Sun-Suon.
Badan PBB, UNICEF, mengatakan bahwa setengah dari 4,6 juta penduduk Suriah di barat laut telah dipaksa keluar dari rumah mereka akibat konflik, dengan 1,7 juta sekarang tinggal di tenda dan kamp pengungsi di wilayah tersebut. Tahun lalu, UNICEF melaporkan bahwa 3,3 juta warga Suriah di kawasan itu tidak aman pangan.
Beberapa bagian Suriah di barat laut, termasuk Idlib, masih dikuasai pemberontak antipemerintah.
Banyak yang khawatir efek gempa paling parah menimpa mereka yang tinggal di daerah yang dikuasai pemberontak karena rezim menggunakan isolasi untuk melumpuhkan infrastruktur lokal.
Direktur Komite Penyelamatan Internasional (IRC) untuk Suriah menggambarkan gempa sebagai "pukulan dahsyat lainnya bagi begitu banyak populasi rentan yang sudah berjuang setelah konflik bertahun-tahun."
Dia memperingatkan bahwa ribuan orang terpapar saat suhu turun di bawah nol.
"Banyak orang di barat laut Suriah telah mengungsi hingga 20 kali," kata Tanya. "Dengan fasilitas kesehatan yang melebihi kapasitas, bahkan sebelum tragedi ini banyak yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan yang sangat mereka butuhkan."
Advertisement
Jerman Desak Rusia Tekan Suriah Terkait Bantuan Gempa
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock telah meminta Rusia untuk menekan Suriah agar mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke negara itu dengan cepat dan tanpa hambatan tambahan.
"Semua aktor internasional, termasuk Rusia, harus menekan rezim Suriah untuk memastikan bantuan kemanusiaan bagi para korban dapat segera tiba," kata Baerbock seperti dikutip dari Al Jazeera.
"Penting bahwa senjata sekarang dikesampingkan dan semua upaya di wilayah ini difokuskan pada bantuan kemanusiaan dan pemulihan serta perlindungan para korban."
Bagian dari daerah yang terkena gempa di Suriah dikendalikan oleh kelompok pemberontak, tetapi pemerintah Suriah menegaskan bahwa semua bantuan kemanusiaan harus disalurkan melalui mereka.